[caption id="attachment_356572" align="aligncenter" width="560" caption="hpc-team.blogspot.com"][/caption]
Setelah jumlah saluran televisi gratis di Indonesia mendekati angka 30 saat ini mengudara, berdampak pada persaingan merebut perhatian pemirsa televisi. Semakin ketat dan semaraknya tayangan menjadi tugas berat bagian kreatif, bagian ini menjadi sangatlah vital peranannya, karena ditangannya akan menentukan bagus tidaknya sebuah program dan ditangannya pula akan lahir berkualitas atau tidaknya sebuah tayangan. Tinggal mana yang menjadi orientasi sebuah tayangan, berkualitas tapi sepi penonton atau tayangan yang sekedar seru menomor sekiankan kualitas tapi ramai peminat. Sepi dan ramai pemirsa menjadi indikasi naik tidaknya rating sebuah tayangan televisi. Dampak yang dihasilkan semakin bagus rating maka semakin ramai pengiklan, alhasil berjubelnya iklan yang antre akan menambah pundi pundi statiun televisi. Sementara apabila mempertahankan kualitas dengan sebuah idealisme tapi sepi pemirsa otomatis sedikit pengiklan maka tinggal menghitung waktu saja sampai berapa lama tayangan akan bertahan. Semua tergantung pilihan pelaku industri televisi dan sangat tergantung pemilik televisinya, efek domino sudah terpampang didepan mata.
Dari sekian banyak channel televisi yang ada di udara negri tercinta ini sangat sedikit saluran yang melabeli diri sebagai televisi berita selebihnya saluran televisi dijejali dengan tayangan seragam serupa sinetron, acara music, variety show, gosip, reality show, kuis dan acara sejenis dan pada jam tertentu menayangkan berita itu pun durasinya biasanya hanya 30 menit. Hampir sebagian besar saluran televisi seragam dalam menggelembungkan acara non berita, pasti keputusan ini tak serta merta diambil tanpa mempertimbangkan pangsa pemirsa. Saya pribadi jadi berkesimmpulan apa yang ada dalam kehidupan sehari hari termasuk dominasi tayangan yang ada di televisi sejatinya mencerminkan kualitas mayoritas masyarakatnya.
*****
Demi persaingan pula lah sebuah tayangan akhirnya memaksa team kreatif memutar otak bagaimana agar tayangan ramai pemirsa dengan cara apapun. Mungkin masih ingat sebuah program yang sempat menarik perhatian yaitu "Termehek Mehek", saat itu sang pembawa acara berujar bahwa kejadian yang ada di acara tersebut real/nyata makanya dilabeli reality show namun akhirnya terbongkar juga kalau ternyata settingan atau rekayasa. Bermula dari seorang pemain figuran di acara tersebut yang memposting kalau dirinya diajak shooting acara tersebut lantaran tak sengaja berada di lokasi shooting untuk suatu keperluan, berujung ditawari menjadi figuran.
Saya pribadi juga pernah tidak sengaja memergoki waktu ada keperluan di Bali, melihat sang presenter acara ini terlibat sebuah diskusi dengan pemain setelah selesai masing masing pemain berada di posisi masing masing sesuai kesepakatan, akhirnya shooting dimulai seolah olah semua terjadi alami tanpa rekayasa. Saya senyum senyum saja melihat yang terjadi. Kemudian tak sengaja saya mendengar seorang pejalan kaki yang melintas terdengar menelpon seseorang sembari mengucapkan "ini ada shooting termehek mehek ternyata semua rekayasa" ujarnya.
Kejadian serupa terjadi lagi pada sebuah tayangan mistis yang menguji nyali peserta berada ditempat angker. Pada saat uji nyali berlangsung dibuat suasana sedemikian rupa agar peserta merasa takut mungkin juga agar pemira juga merasakan ketakutan itu. Namun akhirnya kecolongan juga saat ada bayangan yang nyelonong mungkin maksudnya biar dikira hantu tapi penonotn terlanjur tak bisa dibohongi bahwa itu bayangan manusia sampai akhirnya diunggah ke youtube. Kemudian ada lagi kasus persetruan artis yang ujungnya promosi film dan banyak lagi atau kasus melibatkan artis lama demi mendongkrak nama artis baru.
Kini kasus terbaru terjadi lagi di sebuah tayangan ajang pencarian bakat, dua nama juri yang namanya sedang tenar terlibat perseteruan (saya prbadi tak menonton acaranya karena kurang tertarik) sampai sang juri perempuan jengkel dan walk out. Acara yang tayang perdana pada Sabtu 30 agustus menjadi berita dan tersebar heboh, bahkan seorang sahabat K-ers menulis kejadian . Semalam berarti sehari setelah tayangan tersebut saya buka berita di web juri perempuan mengklarifikasi perihal walk outnya, dengan alasan hendak berangkat ke Surabaya. (sumber)
Saya berkesimpulan secara logika tidak mungkin seseorang meninggalkan tempat di tengah berlangsungnya acara apalagi disiarkan live secara nasional, kalaupun ada pekerjaan lain apakah sang artis tidak membuat kesepakatan dengan pihak pengundang dengan menjadwalkan waktu setelah acara sebelumnya selesai. Kemudian kedua saya berkesimpulan apakah ini bagian dari rekayasa juga untuk mempertahankan rating mengingat tayangan serupa juga sedang marak di televisi yang lain.
Belajar dari kasus kasus yang sudah kita lihat dan baca apakah rekayasa sudah sedemikian menariknya dalam industri pertelevisian di negara kita, sampai penonton juga menyediakan diri untuk "dibodohi". Maka semua tergantung selera penonton, memilih dibohongi atau mellihat acara lain yang lebih berkualitas, tapi yang mana?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H