Mohon tunggu...
Agung Han
Agung Han Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger Biasa

Part of #Commate'22- Now - KCI | Kompasianer of The Year 2019 | Fruitaholic oTY'18 | Wings Journalys Award' 16 | agungatv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Catatan Pilihan

Belanja Tak Musti ke Tanah Abang

25 September 2014   11:31 Diperbarui: 17 Juni 2015   23:36 514
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_361503" align="aligncenter" width="630" caption="dokpri"][/caption]

Siapa yang menyangsikan kemashuran nama Pasar Tanah Abang Jakarta Pusat, kawasan belanja grosir pakaian yang terkenal di Asia ini menjadi tujuan belanja hampir pedagang besar. Bahkan tempat ini menjadi rujukan para pedagang besar hampir di seluruh kota besar di Indonesia, baik dari harga, mode dan atau gaya pakaian. Di tempat inilah Mukena Krisdayanti, Gamis Syahrini, Kerudung Angel lelga, Kebaya Ashanti laku keras dan terdistribusi sampai pelosok negri. Pernah saya bersebelahan dengan seorang penumpang dari Padang pada penerbangan pertama menuju Jakarta, sang pedagang adalah seorang pedagang Pakaian di Bukit Tinggi. Secara berkala datang pagi pagi ke Tanah Abang, kembali ke kota asalnya dengan penerbangan terakhir. Sementara barang belanjaan akan dibawa secukupnya di cabin pesawat sisanya dikirim lewat ekspedisi agar tak terlalu repot. Saking besarnya Pasar Tanah Abang dan banyaknya pedagang yang antusias mengeruk rejeki, tempat ini sempat menjadi biang kemacetan kota Jakarta. Rupanya Pedagang Kaki Lima (PKL) nekad menggelar dagangan di trotoar dan bahu jalan, hak pejalan kaki "dirampas" secara paksa. Pemerintah Daerah Khusus Ibukota Jakarta tentu tidak tinggal diam melihat hal ini, segala cara ditempuh guna mencari jalan keluar. Akhirnya Blok G pasar ini direnovasi agar lebih cantik dan menarik minat pembeli sehingga mudah memindahkan pedagang yang kadung nyaman berjualan di trotoar dan jalanan. Upaya Pemda DKI memang bukanlah pekerjaan yang ringan, ada kendala di sana sini tetapi usaha demi ketertiban dan pro masayarakat ibukota patutlah mendapat apresiasi.

Setelah beberapakali Istri pergi ke tanah abang untuk belanja bahan dengan berkereta, waktu tempuh dan jarak pasar ke stasiun membuat berpikir ulang. Hingga suatu ketika menemani saudara membeli bahan seragam panitia resepsi keluarga di Cipadu, istri membanding banding harga tak terlalu jauh. Dari tempat kami tinggal memang pasar ini lebih dekat, dengan sekali angkot bisa sampai kaki ini menginjak Cipadu, sehingga lebih efektif dari sisi waktu dan dari sisi harga juga terhitung miring. Apalagi tujuan membeli pakaian tidak untuk dijual lagi hanya perlu dua atau tiga macam baju, saya yang memang pendatang masih cukup buta dengan nama daerah tertentu. Sampai suatu saat untuk sebuah keperluan saya sendiri harus mencari baju untuk sebuah acara, lagi lagi istri merekomendasikan tempat ini menjadi tujuan berburu baju. Cipadu nama yang sudah sering terdengar di telinga namun saat itu belum pernah saya datangi, maka akhirnya kaki ini benar sampai di kawasan aneka macam dagangan. Sebelumpertigaan di Raya Ceger - Pondok Aren sudah terpampang petunjuk jalan menuju Ciledug, tak jauh setelah berbelok ada gapura selamat datang. Sepanjangjalan KH. Wahid Hasyim di Cipadu berjajar aneka toko mulai kain kursi, bahan dan pakaian jadi, gorden, kancing baju, resleting dan lain lainnya terus sepanjang jalan tak ada habisnya sampai tembus ke Jl HOS Cokroaminoto di Raya Ciledug - Tangerang. Sepanjang jalan hampir didominasi pertokoan bahkan rumah yang ada dipinggir jalan dialihfungsikan sebagai tempat usaha.

[caption id="attachment_361504" align="aligncenter" width="630" caption="dokpri"]

1411593688657748571
1411593688657748571
[/caption]

[caption id="attachment_361505" align="aligncenter" width="630" caption="dokpri"]

14115939981368900446
14115939981368900446
[/caption]

Saya merasakan atmosfir tanah abang di kawasan ini, namun kalau dicermati tetap ada yang mebedakan. Kalau Pasar Tanah Abang aktivitas pedagang yang resmi terpusat di satu pasar yang bertingkat tingkat, sedang Cipadu aktivitas pedagang merata dari ujung jalan ke ujung jalan. Layaknya sepanjang Thamrin - Sudirman pedagang berjajar dari daerah Senayan sampai tugu selamat datang di bundaran Hotel Indonesia. Kalau ke Cipadu membawa kendaraan lebih praktis karena bisa parkir di depan toko, atau kalau naik angkot bisa turun di depan tempat tujuan, sedang di Tanah Abang tempat Parkir dan Stand penjual terpisah.

Cipadu adalah kelurahan yang berada di kecamatan Larangan Tangerang Banten. Cipadu terdiri atas 55 RT dan 8 RW dengan 3.728 Kepala Keluarga. Kelurahan Cipadu yang memiliki luas wilayah 120,07 Ha ini berada di kecamatan Larangan. Kelurahan Cipadu jarak dari Pusat Kecamatan yaitu 2 km, Jarak dari Ibukota Kota Tangerang yaitu 10 km, jarak dari Ibukota Provinsi yaitu 200 km, dan jarak dari Ibukota Negara yaitu 50 km. (sumber : KLIK SINI).

Maka bagi Kompasianers yang tinggal di wilayah Tangerang, Tangsel dan sekitarnya kenapa tak memilih berbelanja ke Cipadu, hitung hitung tak menambah kemacetan di Jakarta. Tentu lebih efeisiensi waktu dan tenaga.

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun