Mohon tunggu...
Agung Han
Agung Han Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger Biasa

Part of #Commate'22- Now - KCI | Kompasianer of The Year 2019 | Fruitaholic oTY'18 | Wings Journalys Award' 16 | agungatv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Berkah Pasca Idul Qurban

6 Oktober 2014   15:05 Diperbarui: 17 Juni 2015   22:12 12
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

[caption id="attachment_364196" align="aligncenter" width="480" caption="tusuksate.blogspot"][/caption]

Idul Adha atau Idul Qurban baru saja berlalu baik bagi kaum muslim yang merayakan hari sabtu tgl 4 oktober 2014 atau bagi sebagian kaum muslim lain yang ikut merayakan pada hari berikutnya pada minggu 5 oktober 2014. Usai penyembelihan hewan qurban berupa sapi atau kambing kemudian potongan daging dibagikan merata pada yang berhak, bahkan karena stock yang begitu berlimpah panitia membagikan bagi warga yang ada disekitar masjid. Ternyata euforia hari raya idul adha tak berhenti sampai di situ saja, masih ada episode baru yang kuat benang merahnya. Kalau pada 5 oktober saya mengulas berkah bagi pemulung koran pada atikel Berkah Idul Adha Ternyata Tak Hanya Daging, kini bekah pasca penyembelihan hewan qurban dirasakan saudara kita yang lain.

Seorang penjual sate yang biasa mangkal di dekat saya tinggal pernah berujar, "kalau hari raya haji (baca idul adha) biasanya selama tiga hari saya libur jualan, kalau dipaksakan buka dagangan saya sepi pembeli" kata sang bapak dengan logat madura yang kental. Ketika saya sangkal bahwa sang bapak masih bisa jualan sate ayam si penjual sate membalas "Tetap sepi Pak karena orang sudah punya daging ngapain beli ayam, lagian dagingnya awet beberapa hari kalau disimpan di freezer kulkas" lanjutnya berargumen. Saya yang minim pengalaman dalam dunia per-sate-an akhirnya menyerah dan tidak berniat memperpanjang perdebatan yang nyata nyata tak imbang dan pasti dimenangkan penjual sate.

[caption id="attachment_364197" align="aligncenter" width="360" caption="bisnisjakartaselatan.com"]

14125567131310140597
14125567131310140597
[/caption]

Lain tukang sate lain toko kelontong yang kini betebaran sampai di sudut sudut kampung, seolah memanfaatkan momentum mereka tak mau ketinggalan. Saya mengamati hampir setiap toko yang saya lalui memajang dagangan berupa tusuk sate dan arang kayu, insting mereka sebagai penjual sangatlah teruji. Kedua dagangan didisplay sangat mencolok, diletakkan di depan tokonya dengan meja khusus dan ditempel tulisan "menyediakan Tusuk Sate dan Arang". Ulah sang pedagang sangat mengundang perhatian pelanggan, mereka memprediksi sampai seminggu masih ada yang mencari dua dagangan barunya. Kalaupun stock tusuk sate atau arang tidak habis masih bisa disimpan, toh tidak mungkin busuk dan tidak ada batas kadaluarsanya.

Tuhan menciptakan alam semesta menjadi berkah bagi seluruh umat-NYA, yang dituntut dari setiap manusia adalah memaksimalkan ikhtiar. Bagi pedagang kelontong upaya yang dilakukan adalah memenuhi kebutuhan pelanggannya sesuai momentum, menyediakan barang kebutuhan dengan kualitas yang memadai dan harga yang bersaing. Bagaimanapun hukum pasar akan berlaku sampai kapanpun, konsumen yang merasa dipecundangi tentu tak akan bertahan pada satu penjual yang tak jujur.

Kembali pada momentum hari lebaran Haji atau Idul Adha, coba kita bayangkan betapa produksi pabrik tusuk sate dan pabrik arang akan meningkat drastis untuk memenuhi kebutuhan konsumen seluruh Indonesia, efek domino yang akan menyenangkan tentu akan terjadi pada banyak pihak. Bagi para pekerja pabrik tusuk sate dan arang tentu akan meningkat kesejahteraannya, kemudian pada sales yang bertugas memasarkan akan betambah komisinya dan tak ketinggalan toko toko yang menjual kedua barang ini(tusuk sate dan arang) akan kecipratan untungnya. Wassalam.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun