Mohon tunggu...
Agung Han
Agung Han Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger Biasa

Part of #Commate'22- Now - KCI | Kompasianer of The Year 2019 | Fruitaholic oTY'18 | Wings Journalys Award' 16 | agungatv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Yuk, Ke Museum Layang-layang

7 Oktober 2014   12:27 Diperbarui: 17 Juni 2015   22:05 126
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_364519" align="aligncenter" width="635" caption="dokpri"][/caption]

Permainan layang layang sangat akrab dengan masa kecil, kalaupun anda bukan penggemar permainan ini paling tidak pasti mengenalnya. Dulu waktu masih masa kanak kanak  di kampung halaman usai sekolah tak sabar segera ke sawah atau lapangan demi menerbangkan layangan. Layang layang permainan murah meriah itu sampai kini tetap terpelihara tradisinya, bahkan layangan bisa dibuat sendiri. Seiring dengan bertambahnya angka penduduk tentu lahan semakin menyempit, akhirnya layang layang diterbangkan dari mana saja. Dijalanan kampung anak anak meluapkan kegembiraan berlayang layang, meski harus berbagi dengan pengguna jalan yang lain. Tak jarang benang untuk merentang nyrimpet di roda motor, ada yang nyrimpet terkena badan orang lewat. Bahkan ada layangan yang sudah mengudara terpaksa nyantol di kawat listrik, hal ini tentu berbahaya tetapi nyatanya tak sedikitpun menyurutkan keinginan untuk berlayangan.

[caption id="attachment_364520" align="aligncenter" width="591" caption="Ibu Denny- dokpri"]

1412634173191238222
1412634173191238222
[/caption]

Bagi rekan K-ers pecinta layang layang coba saja menyempatkan waktu ke daerah Pondok Labu, disepanjang raya RS fatmawati ada museum layang layang. Tempat ini mungkin bisa saja memupuskan perasaan dahaga akan pengetahuan tentang layang layang dengan segala jenisnya. Berdiri sejak 2003 museum ini mengoleksi lebih dari dua ratuan jenis layang layang dari berbagai daerah bahkan dari manca negara. Menurut Ibu Denny sang pemandu di dunia hanya ada 3 negara yang memiliki museum layang layang yaitu negara Jepang yang paling lama, disusul Malaysia dan terakhir Indonesia.

Koleksi yang terdapat di museum ini ada yang dari Muna Sulawesi Tenggara, kata lain layang layang adalah kaghati, diterbangkan masyarakat setempat pada upacara adat untuk meyambut keberhasilan panen padi, selain itu digunakan nelayan sebagai alat bantu sebagaiumpan memancing ikan dilaut terbuat dari daun kolope atau gadung sementara benang benangnya terbuat dari serat daun nenas. Kemudian dari Kalimatan Selatan memiliki sepasang layangan dengan memakai istilah dandang laki merupakan sebutan untuk alat menanak nasi juga. Dandang laki atau layangan jenis lelaki memiliki jodoh atau pasangan yaitu dandang bini. Dua layang layang ini diterbangkan ditengah lahan sawah pada musim panas dengan pengharapan pada musim panen akan membawa hasil yang berlimpah dan tentu kemakmuran bagi penduduknya. Dari Ibukota Jakarta tak mau ketinggalan dengan layangan koangan, diraut dengan halus dan hati hati dari bambu pilihan dilapisi ketas minyak dilengkapi dengan alat yang mengeluarkan bunyi bunyian merdu, sehingga dinamakan koangan. Agar penampilannya menarik diberi warna warni dan siap diikutakan dalam perlombaan khusus.

[caption id="attachment_364522" align="aligncenter" width="644" caption="dokpri"]

1412634309500530425
1412634309500530425
[/caption]

[caption id="attachment_364521" align="aligncenter" width="659" caption="dokpri"]

14126342501570792993
14126342501570792993
[/caption]

Aneka layangan dari berbagai daerah lain juga menghiasi setiap sudut dinding museum seperti Burung Enggang dari Kalimantan Barat, Layang Adu dari Kalimantan Timur, Layang Layang Pinisi dari Sulsel yang pembuatan dan penamaannya diilhami dari perahau pinisi, kemudian Pepetengan dari daerah Jawa Barat serta daerah lainnya di Indonesia. Sementara koleksi layang layang di musium ini ada yang berasal dari manca negara. Layang Layang Chula berasal dari negeri Pagoda Thailand, layangan di negara ini digunakan sebagai sarana olah raga bermartabat yang melibatkan semua orang mulai dari Raja hingga rakyat jelata. Olah raga layangan di Thailand sudah terkenal sejakpemerintahan raja Ramkamhaeng sekitar 700 tahun yang lalu. Sementara dari negri Jiran Malaysia ada Wau Bulan yaitu jenis layangan dengan bentuk menyerupai bulan sabit saat terbang di angkasa, menurut masyarakat setempat Wau berasal dari Kerajaan Sriwijaya yang melambangkan penyatuan kembali mewakili peta dari daerah taklukan perang Kerajaan Sriwijaya. Selain itu ada layangan dari Turkiye dan negara lainnya.

[caption id="attachment_364523" align="aligncenter" width="267" caption="dokpri"]

14126343681199849209
14126343681199849209
[/caption]

Dengan total waktu selama kurang lebih satu setengah jam K-ers sudah diajak menyaksikan jenis jenis layangan melalui tayangan DVD, kemudian dipandu keliling museum sekaligus praktek membuat layangan. Tersedia halaman yang cukup untuk menerbangkan layangan buatan sendiri. Ketika saya berkunjung bersamaan dengan rombongan dari Sebuah Sekolah Taman Kanak International, selain meyediakan sarana pembuatan layangan layang museum ini juga menyediakan sarana pembuatan keramik. Dengan harga tiket yang sangat terjangkau maka rekan K-ers bisa mengenal lebih jauh tentang layang layang berserta fungsinya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun