[caption id="attachment_379436" align="aligncenter" width="538" caption="Ka-Ki; Pak Al Johan, Agung Han, Mbak khairunisa, mbak Okti, Pak Suhendi (dokpri)"][/caption]
Saya tak meyangka keikutsertaan dalam blog competition berbuah manis, mengingat artikel yang ikut semua bagus dan menarik. Gelaran blogcomp  Kompasiana bekerja sama dengan JNE menjadi sebuah momentum bagi saya pribadi. Sebuah artikel berjudul Bersama-jne-memulai-usaha, menempatkan nama saya berada di antara sepuluh kompasianer terpilih. Ini adalah kali pertama event istimewa di Kompasiana, yang mencatatkan nama saya sebagai salah satu pemenang. Syukur dan bahagia menguasai perasaan ketika keesokan sebuah email saya terima, Pihak JNE mengabarkan bahwa saya dipastikan berangkat ke Jogjakarta. Bergabung dalam rangkaian kegiatan, dimasukkan dalam kelompok media dan blogger. Puncaknya acara bersamaan dengan peringatan HUT 24 Tahun JNE, yang akan diadakan di Pelataran Candi Prambanan.
Seminggu sebelum hari H pihak JNE cukup pro-aktif, menghubungi saya baik melalui email dan sambungan telepon. Mbak Dewi dan Mas Yahdi memastikan keikutsertaan saya, dan bersedia mengikuti semua jadwal dari awal sampai akhir. Rundown acara tersusun rapi dan jelas, membacanya menumbuhkan keyakinan akan menjadi perjalanan yang menarik dan berkesan. Sehari sebelum keberangkatan kembali Mbak Dewi menelepon, mengingatkan pukul 4 dini hari musti sudah berada di Bandara Soetta.
[caption id="attachment_379437" align="aligncenter" width="601" caption="Teh hangat (dokpri)"]
Jumat 28 November 2014 menjadi hari yang tersepakati, saya mempersiapkan diri dengan memasang alarm agar tak telat bangun. Pagi masih belum terlalu sempurna beranjak, sebelum alarm membangunkan saya lebih dulu membuka mata. Teh hangat yang disediakan istri ketika saya di kamar mandi, setidaknya membuat beradaptasi dengan udara dingin. Jaket yang menutupi tubuh turut membantu menghangatkan badan.
[caption id="attachment_379438" align="aligncenter" width="538" caption="Pak Ojek (dokpri) "]
Belum genap jarum jam menunjukkan waktu di pukul tiga, ojek pesanan terdengar bunyi mesinnya di depan rumah. Pak Yanto sang ojek on time menunaikan janji, membawa saya menuju kantor travel jurusan Bintaro-Bandara. Selama di perjalanan kami berbasa-basi, mencairkan kebekuan dan mengalihkan rasa dingin. Pak Yanto terlihat berusaha mencari pelanggan baru, dan saya yang menjadi pendengar otomatis menjadi target "prospekan". Akhirnya motor Pak Ojek bertubuh tambun namun ramah, benar-benar menuntaskan kebersamaan kami pagi itu. Sang marketing dadakan terpaksa menghentikan "rayuan", melepaskan saya menjauh sebelum menjawab tegas bakal menjadi pelanggannya.
[caption id="attachment_379440" align="aligncenter" width="570" caption="kantor travel (dokpri)"]
Kantor travel masih sepi, petugas ticketing duduk di belakang meja, tak sampai lima menit berikutnya menyusul calon penumpang selanjutnya. Sampai jadwal keberangkatan tepat pukul tiga, kursi penuh terisi dengan penumpang menuju Bandara. Untuk mendapatkan satu tempat duduk pada jam keberangkatan, saya musti lebih awal order, yaitu sehari sebelumnya. Kalau mau spekulasi membeli ticket on the spot, kecil kemungkinan ikut terangkut mengingat "first flight" termasuk favorit.
[caption id="attachment_379442" align="aligncenter" width="598" caption="Menuju Bandara (dokpri)"]
Jalanan masihlah lengang perjalanan diprediksi tak akan mengalami hambatan, enam puluh menit waktu terbentang ke depan menuju tempat tujuan. Waktu tempuh ini terhitung lebih cepat tiga puluh menit, dibanding kalau mengambil perjalanan satu atau dua jam lebih lambat. Karena jam lima atau jam enam pagi, biasanya bersamaan dengan jam berangkat kantor. Beberapa teman yang saya kenal dan tinggal di daerah BSD atau Tangerang, biasanya berangkat jam lima agar sampai di kantor daerah segitiga emas Ibu Kota lebih awal.
[caption id="attachment_379444" align="aligncenter" width="550" caption="Terminal 3 Setta (dokpri)"]
Perkiraan waktu tempuh terbukti tak meleset, sepuluh menit sebelum genap di jam empat travel memasuki area Bandara. Sebuah nomor masuk tertera di layar handphone, suara Mas Yahdi dari JNE terdengar dari ujung sana. Memastikan keberadaan agar tak terlambat, sekaligus mengabarkan bahwa kehadiran saya sudah ditunggu. Dengan antusias saya melenyapkan kekhawatiran mas yang baik ini, bahwa dalam hitungan menit segara saya menyusul ke tempat yang ditentukan.
[caption id="attachment_379446" align="aligncenter" width="535" caption="Rombangan JNE (dokpri)"]
Travel menghentikan saya di terminal tiga Bandara Soetta, kantuk yang masih tertahan tak memberatkan langkah. Mas Yahdi tampak sudah berada di public area, tak jauh dari pintu keberangkatan. Saya mengenali keberadaan orang yang baru menelpon, melalui baju seragam yang dikenakan. Kemudian kami saling berkenalan dengan crew JNE lainnya, nama seperti Mbak Ria, mbak Dewi, Mas Wisnu, Mas Yogi, mbak Ririn menambah daftar teman baru. Tampak juga rekan Kompasianer Pak Al Johan, Pak Hendi, Mbak Okti, Mbak Khairunnisa, dari Kompasiana ada mas Derry sementara Mas Nurul terpaksa berangkat beda pesawat selisih tak sampai tiga puluh menit.
[caption id="attachment_379447" align="aligncenter" width="546" caption="Pintu Ruang Tunggu"]
[caption id="attachment_379448" align="aligncenter" width="516" caption="Ruang Tunggu (dokpri)"]
Setelah anggota rombongan lengkap dan petugas check in JNE sudah kelar, kami serombongan menuju boarding lounge. Adzan berkumandang terdengar menembus hiruk-pikuk Bandara, sembari menunggu panggilan naik pesawat kami menunaikan sholat subuh di musholla ruang tunggu.
[caption id="attachment_379450" align="aligncenter" width="581" caption="Bus Bandara (dokpri)"]
Tak sampai enam puluh menit di ruang tunggu, suara petugas memenuhi ruangan memberi pengumuman. Pesawat Batik Air dengan nomor penerbangan ID 6360 sudah berada di landasan, siap membawa kami para penumpang menuju Kota Jogjakarta.
[caption id="attachment_379451" align="aligncenter" width="548" caption="dokpri"]
Sebentar lagi pukul enam matahari pagi mulai merekah, sinarnya yang masih hangat menembus kulit dan pori-pori. Menyapa semangat kami menyambut hari ini, mengantarkan kami menunaikan urusan di dunia yang riuh rendah ini. Bus penghubung dari ruang tunggu menuju dekat tangga pesawat, menunggu kami di ujung pintu menuju landasan. Sampai akhirnya langkah-langkah kecil kami team dari JNE, menapaki satu per satu anak tangga melampaui pintu pesawat.