Mohon tunggu...
Agung Han
Agung Han Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger Biasa

Part of #Commate'22- Now - KCI | Kompasianer of The Year 2019 | Fruitaholic oTY'18 | Wings Journalys Award' 16 | agungatv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Artikel Utama

Menyusuri Eksotisme Gua Pindul

1 Desember 2014   12:52 Diperbarui: 17 Juni 2015   16:22 563
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption id="attachment_379520" align="aligncenter" width="576" caption="Atap Gua Pindur (dokpri)"][/caption]

Rasa bungah menguasai perasaan saat menjejakkan kaki di Kota Jogjakarta, meski saya tak terlalu asing dengan kota ini tetapi setiap kunjungan tak sirna juga perasaan takjub. Jogjakarta di awal 1990-an sempat saya jadikan kota harapan untuk menuntut ilmu, namun apa boleh buat takdir membelokkan saya merantau ke kota lain.

Usai perjalanan membelah awan di udara selama kurang dari satu jam terlalui, dengan bus pariwisata kami rombongan sekitar 20-an orang menuju Eastparc Hotel di kawasan Sleman. Team dari JNE sudah standby lebih dulu di teras hotel, menyambut kedatangan kami sambil membagikan voucher sarapan di restaurant. Perut sepertinya memang sudah tak sabar minta diisi, mendorong langkah kaki lebih bergegas menjangkau tempat makan.

[caption id="attachment_379521" align="aligncenter" width="560" caption="Ka-Ki ; Riana, Khairunisa, Nurul, Okti, Al Johan, Hendi, Derry, Agung Han"]

14173866051135102013
14173866051135102013
[/caption]

Sepuluh pemenang dari Kompasiana empat berasal dari Jabodetabek, satu dari Cianjur, dua Kompasianer dari Jogjakarta, tiga Kompasianer lainnya tersebar di Purwokerto, Medan dan Batam. Tak lama setelah kami usai sarapan di Eastpac, Mbak Riana Kompasianer Jogja datang menghampiri. Kami saling berkenalan dan saling menyapa, sementara K-ers Mbak Grace dari Jogja dan Mbak Pungky dari Purwokerto menyusul pada acara malam hari. Dua Kompasianer yang terpaksa tidak bisa bergabung adalah mas Venus dari Medan, dan Mbak Cucum dari Batam.

Kehadiran Mbak Riana pagi itu menambah semarak team K-ers, sekaligus menjadi tempat saya bertanya tentang obyek yang dituju. Semula saya sempat keselo lidah dengan menyebut Gunung Pindur, mbak Riana dengan telaten membetulkan sebutan Gua Pindul.

[caption id="attachment_379522" align="aligncenter" width="576" caption="Rombongan Media & Blogger (dokpri)"]

14173867521818374787
14173867521818374787
[/caption]

Sekitar pukul 10 perjalanan menuju Gua Pindul dimulai, gua ini tepatnya berada di desa Bejiharjo kecamatan Karangmojo Kabupaten Gunungkidul. Waktu tempuh yang diperlukan sekitar satu jam lebih tiga puluh menit, perjalanan tak terasa panjang dan menjemukan. Mas Yudi sang pemandu piawai menghibur dengan kuis dan tebakan, bahasa Indonesianya yang santun menandakan beliau orang Jawa tulen. Rasa kantuk yang mencoba menyergap mendadak hilang, apalagi pihak JNE menyediakan voucher belanja bagi penjawab yang benar. Saya beruntung menjadi penerima hadiahnya, setelah berhasil menaklukkan tebak tebakkan Mas Yudi yang ramah. Perjalanan kami terhenti di sebuah rumah makan, setting waktu sangat tepat karena mendekati saat shalat Jumat.

[caption id="attachment_379523" align="aligncenter" width="602" caption="Rumah Makan Joglo (dokpri)"]

14173868211765175349
14173868211765175349
[/caption]

[caption id="attachment_379524" align="aligncenter" width="512" caption="Dawet (dokpri)"]

1417386906931710134
1417386906931710134
[/caption]

Rumah makan berbentuk bangunan joglo menyediakan menu khas Jawa, sedang desert disediakan dawet yang manis dan nikmat. Tak jauh dari rumah makan berdiri sebuah masjid, tempat kami umat muslim menjalankan kewajiban shalat Jumat seminggu sekali.

Usai semua urusan tertunaikan Mas pemandu meminta naik ke bus kembali, tujuan selanjutnya adalah Gua Pindul. Waktu tempuh tak sampai tiga puluh menit, Bus kembali parkir di tanah lapang yang strategis. Sebuah basecamp disediakan oleh kelompok Dewa Bejo, kata lain dari singkatan Desa Wisata Bejiharjo menjadi pemandu kami. Setelah sedikit briefing dan berdoa dipimpin seorang bapak, kami dibagikan baju pelampung dan ban karet besar. Dari tempat basecamp kami menyusuri anak tangga menanjak melewati situs napak tilas Panglima Besar Jendral Sudirman, kemudian anak tangga kembali turun menuju Gua Pindul.

[caption id="attachment_379525" align="aligncenter" width="563" caption="Pelampung (dokpri)"]

14173869781539770519
14173869781539770519
[/caption]

[caption id="attachment_379526" align="aligncenter" width="550" caption="Mulut masuk Gua (dokpri)"]

14173870671868679550
14173870671868679550
[/caption]

Dari pingir mulut gua setiap peserta duduk dalam ban, dengan posisi sedikit rebahan seperti di kolam renang ban mengapung di atas aliran air. Kira kira setiap sepuluh peserta dalam ban besar disambung dengan tali, kemudian diawasi seorang pemandu bertopi seperti helm proyek dengan lampu senter di bagian depan penutup kepala. Kegiatan ini dikenal dengan istilah cave tubing atau mengarungi sungai bawah tanah, sang pemandu dengan telaten menjelaskan kisah di balik terjadinya Gua Pindul.

[caption id="attachment_379527" align="aligncenter" width="560" caption="Dalam Gua (dokpri)"]

14173871281897538997
14173871281897538997
[/caption]

[caption id="attachment_379528" align="aligncenter" width="640" caption="Atap Gua (dokpri)"]

14173872801947985066
14173872801947985066
[/caption]

Aliran sungai bawah tanah dimulai dari mulut gua sampai bagian akhir gua sepanjang 350 meter. Ban pelampung membantu kami melewati aliran air sepanjang perjalanan. Lebar gua rata-rata sekitar 5 meter ada beberapa titik yang lebih sempit, dengan lebar sekitar dua meter membuat kami musti waspada agar kepala tidak membentur dinding gua. Sementara selama perjalanan menyusuri gua kami bisa menikmati keindahan pahatan bebatuan di bagian atas dan pinggir gua, jarak permukaan air dengan atap gua sekitar 4 meter. Penulusuran di dalam gua akan terdapat formasi bebatuan stalaktit, yaitu sejenis mineral sekunder yang menggantung di langit-langit gua kapur. Sebagian lainstalaktit ada yang sudah tumbuh sampai bawah dan menjadi seperti pilar, beberapa bagian ada batuan karst masih hidup tandanya meneteskan air. Ada juga batu yang dinamakan batu gong, ketika permukaan batu dipukul mengeluarkan bunyi nyaring seperti gamelan gong.

[caption id="attachment_379533" align="aligncenter" width="512" caption="dalam gua (dokpri)"]

1417388318283492388
1417388318283492388
[/caption]

[caption id="attachment_379529" align="aligncenter" width="585" caption="Pintu Keluar Goa (dokpri)"]

1417387422927663436
1417387422927663436
[/caption]

Gua Pindul terbagi menjadi tiga zona, yaitu zona terang (di awal dan akhir penelusuran), zona remang (setelah pintu masuk dan menjelang pintu keluar) dan zona gelap (berada di pusat gua. Pada zona remang dan gelap terdengar suara kelelawar dan kepakan sayap pertanda sedang terbbang. Menyusuri aliran sungai Gua Pindul memakan waktu kurang lebih selama satu jam, berakhir di sebuah "dam". Aliran sungai di dalam Gua Pindul berasal dari sumber air Gedong Tujuh, menurut Pak Pemandu sebut saja pak Slamet obyek wisata Gua Pindul diresmikan pada akhir 2010.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun