Mohon tunggu...
Agung Han
Agung Han Mohon Tunggu... Wiraswasta - Blogger Biasa

Part of #Commate'22- Now - KCI | Kompasianer of The Year 2019 | Fruitaholic oTY'18 | Wings Journalys Award' 16 | agungatv@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Edukasi Pilihan

Budaya Cuci Tangan dengan Sabun Sejak Kecil

4 Desember 2014   08:22 Diperbarui: 17 Juni 2015   16:05 103
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ternyata muntah dan mencret yang sedang dialami anak kami, tak terlepas dari kebiasaannya memasukkan dua jari kedalam mulut. Kuman yang ada di jari tersebut masuk kedalam perut, akhirnya menyebabkan bakteri tertinggal dilambung. Inisiatif sang ibu untuk rutin mencuci tangan si kecil adalah langkah tepat, namun cuci tangan di bawah air saja tak cukup.

Prosesi cuci tangan yang terkesan "sepele", mustilah memakai sabun agar kuman yang ada di tangan mati. Pesan dari pak dokter kami patri dalam ingatan, sambil pulang kami membeli sabun khusus untuk cuci tangan.

[caption id="attachment_380452" align="aligncenter" width="538" caption="Cuci Tangan (dokpri)"]

14176307101449858849
14176307101449858849
[/caption]

[caption id="attachment_380455" align="aligncenter" width="559" caption="Cuci Tangan (dokpri)"]

1417630820953660996
1417630820953660996
[/caption]

Sejak hari itu di dekat wastafel tempat cuci tangan, tempat sabun khusus bertengger disebelahnya. Entah sabun cair atau sabun batangan, yang pasti istri tak mau mengulangi kejadian serupa.

******

[caption id="attachment_380457" align="aligncenter" width="532" caption="Dokpri"]

1417630894479439253
1417630894479439253
[/caption]

Kini anak kami yang pernah mencret dan muntah beranjak besar, posisinya bergeser menjadi anak sulung. Kebiasaan mencuci tangan menggunakan sabun tetap bertahan hingga sekarang, dan terbukti anak kedua kami tak mengalami mencret dan muntah seperti kakaknya.

Kadang kalau saya memutar ulang kejadian saat itu jadi merenung, betapa kebiasaan yang terlihat sepele dan tak berbiaya mahal tapi dampaknya besar. Harga sabun yang tak sampai lima ribu rupiah, tak dinyana dampaknya sangat besar untuk kesehatan.

Apabila kebiasaan kecil yang sudah saya rasakan manfaatnya, dan saya "tularkan" kepada tetangga terdekat. Kemudian dari tetangga berlanjut kepada keluarga, dan diteruskan kepada saudaranya lagi. Kemudian berkembang lebih luas lagi dan lagi, maka niscaya awalnya gerakan kecil akan membesar dan semoga suatu saat negara kita bisa minim terkena diare atau muntah muntah. aminnn(semoga bermanfaat wassalam)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Edukasi Selengkapnya
Lihat Edukasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun