Mohon tunggu...
Agung Alit
Agung Alit Mohon Tunggu... -

Orang Biasa

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Jokowi dan Van Gaal

17 Februari 2015   06:54 Diperbarui: 17 Juni 2015   11:03 68
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Membaca berita di media akhir-akhir ini penuh dengan hingar bingar jagat politik negeri ini. Perseteruan POLRI – KPK telah menyedot seluruh perhatian publik. Pro-kontra dimana-mana. Ibarat sebuah pertandingan sepakbola, kita disuguhi berbagai macam adegan yang terkadang ada bagian yang fair play ada yang jauh dari semangat itu. Semua dapat terlibat, baik pemain, official, wasit, maupun sang pelatih, atau bahkan pemilik klub.

Dalam sepakbola kita dapat menyaksikan bagaimana antar pemain saling sikut, saling jegal, bahkan saling memprovokasi. Mulai dari penyerang sampai kiperpun tak jarang melakukan hal yang diluar semangat olah raga. Bahkan sang pelatihpun kadang bertindak yang tidak semestinya. Bagi penyuka sepakbola, tentu akan kenal siapa Morinho yang sering menyuguhkan kontroversi, baik di lapangan maupun diluar lapangan. Namun kali ini bukanlah sosok Morinho yang akan saya bahas, tapi sosok sang pelatih Manchester United (MU) saat ini, yaitu Louis van Gaal.

Van Gaal saat ini lagi pusing dengan tim asuhannya. Menerima kondisi tim MU yang kurang “greng” dari tangan pelatih sebelumnya, David Moyes, dimana sang jawara hanya finish di posisi 7 dan tidak lolos zona Champion. Sebagai pelatih, dia mulai meramu sedikit demi sedikit bagian yang bermasalah. Taktik baru yang dibawa Van Gaal membawa suasana beda. Pola penyerangan menjadi kurang, sehingga membuat banyak fans kecewa. Bahkan dalam salah satu pertandingan para penonton meneriakkan kata “attack.. attack..!” agar pemain MU lebih banyak menyerang. Namun Van Gaal tidaklah gegabah untuk menuruti kemauan penonton. Sebagai pelatih tentu dia paham dengan kondisi pemainnya. Walau kemarin sempat ditahan tanpa gol dengan lawan dari Tim kasta ke-3. Dia berusaha membaca permainan lawan dan menyusun taktik untuk memenangkan pertandingan. “Berhasilkah?” Jawabannya “Belum tentu”!

Kondisi ini agak mirip dengan apa yang dialami Jokowi saat ini. Lihatlah bagaimana kondisi Negara kita yang penuh dengan korupsi dan berbagai masalah lainnya. Saling sikut dan jegal terpampang di media begitu nyata. Jokowi menerima kondisi dimana Negara sedang banyak masalah. Penulis bukanlah hendak menyalahkan pemerintahan sebelumnya. Namun dengan kondisi yang ada saat ini, tentu bayak tantangan buat Jokowi.

Munculnya perseteruan antara KPK dan POLRI bak perseteruan antar kiper dan bek/pemain belakang sesama pemain dalam satu klub. Sebagai penjaga gawang dan menjaga pertahanan, mereka saling menyalahkan. Sebetulnya Sang Pelatih, Jokowi, bisa saja mengganti kiper atau bek yang bermasalah, namun ternyata tidak semudah itu. Walaupun sudah diinstruksikan untuk tidak saling menyerang, namun kenyataannya berbeda. Suasana ini ditambah dengan kenyataan bahwa pemilik klub dalam hal ini PDIP keberatan kalau pemain jagoannya diganti. Bahkan presiden klub pun memegang peranan dalam menentukan siapa pemain yang harus dipasang Jokowi.

Taktik yang diterapkan saat ini oleh Jokowi tak ubahnya Van Gaal yang diteriaki para penggemarnya. Kalau Van Gaal diteriaki agar menyerang, maka oleh masyarakat Jokowi diteriaki “Batalkan BG!” Langsungkah Jokowi mengiyakan? Tentu tidak. Jokowi tentunya berhati-hati mengambil keputusan. Sebagai penonton, tentu tidak semua hal diketahui tentang apa yang tengah terjadi di tubuh Tim kebanggannya, negeri tercinta ini.

Wasitpun memegang peranan penting dalam pertandingan. Terkadang wasitpun salah memutuskan. Ada yang memang tidak sengaja atau memang sengaja karena suatu alasan. Keputusan wasit tidak selalu menyenangkan semua pihak. Demikian pula yang terjadi di Negara kita. Putusan Hakim Sarpin yang memenangkan gugatan praperadilan BG tentu juga memiliki efek yang sama, yaitu salah satu pihak akan merasa dirugikan. Pendapat atas keputusan Hakim Sarpin pun bermunculan, mulai dari yang menyatakan Hakim yang sedang masuk angin, sampai pernyataan Almamater yang malu atas keputusan Hakim ini. Namun  seperti di sepakbola, tentu bagi yang tidak menerima putusan wasit dapat mengajukan banding, dalam hal ini KPK pun dapat mengajukan banding ke MA. Juga wasitpun dapat dilaporkan jika dianggap salah dalam mengambil keputusan.

Menurut penulis, sebetulnya yang sedang terjadi disini adalah adanya perselisihan sesama pemain dalam Tim yang sama. Siapakah yang diuntungkan dalam hal ini? Tentu saja Tim lawan. Kita semua tidak menyadari, siapakah lawan sebenarnya. Tidakkah disadari bahwa mungkin semua ini adalah sebuah skenario yang sengaja dirancang untuk menghancurkan kepercayaan publik terhadap Sang Pelatih dan menjatuhkannya di tengah jalan? Pelatih bisa salah, tentu saja. Namun, sekali lagi pertanyaannya adalah; kalau jatuh, siapakah yang diuntungkan? Lalu, siapakan pengganti berikutnya?

Pertanyaan – pertanyaan yang mungkin belum memperoleh jawaban pasti saat ini. Namun satu hal yang semestinya diingat bahwa kita adalah satu. Kita dipersatukan oleh berbagai macam suku, ras,  agama, dan daerah yang berbeda. Marilah kita bersama-sama membantu Sang Pelatih kita bekerja memperbaiki nusantara tercinta ini.  Jangan sampai penontonpun ikut-ikutan ke lapangan dan terjadi perkelahian massal. Hal ini jangan sampai terjadi, sebab kalau ini terjadi, maka habislah Negara kita.

Saat ini, bukan cemooh dan makian yang diperlukan, namun sebuah kritik yang baik, yang memberi solusi konstruktif. Tentu kritik ini akan menjadi pertimbangan dalam pengambilan keputusan yang semoga merupakan keputusan terbaik buat bangsa kita. Win-win solution yang ditawarkan oleh Bung Jimly tentu dapat jadi salah satu solusi alternatif yang bisa diambil. Mari kita bersabar, dan berdoa, semoga Sang Pelatih tidak salah langkah, dan para pemainnya tidak membandel. Semoga semua halangan dan rintangan yang datang akan menjadi vitamin yang akan menguatkan bangsa kita.

Selamat beraktifitas.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun