Sebagai kaum intelektual terdidik, manusia yang agung, kini telah termakan oleh zaman. Arus liberalisasi berjalan diatas globalisasi bernamakan kepentingan manusia merongrong masuk dan mencabik kesadaran kaum muda.
Ia tak segarang sejarahnya, tak selantang gerakannya. dealiktika sejarah telah mencatat gejolak-gejolak perubahan. Perkembangan zaman membawa kaum muda melupakan jati dirinya sebagai agen of control. Kapitalisme mutakhir memenetrasi setiap sendi kehidupan manusia, namun kaum muda berdiri kokoh diatas menara gading sembari duduk dan bercanda.
Melihat dari kajuahan penderitaan saudara-saudara nya yang tertindas oleh kepentingan ekonomi minoritas. Kondisi ini membuat ibu pertiwi menangis, ia tak tau kepada siapa memohon pertolongan.
Setiap detik,menit,hari,bulan, dan bahkan tahun dirinya terus dieksploitasi serta dirusak. Bebannya semakin berat, berharap kaum muda mengerti atas kondisinya. Benar sebagai anak zaman, yang akan melahirkan zamannya kini telah tumbuh menjadi dewasa.
Namun kedewasaan tidak selaras dengan perkembangan nya. Kaum muda semakin direnggut,bukan hanya hak nya, badannya,tenaganya, juga pada tahapan kesadaran dan empatinya terhadap sesama. Mereka (borjuasi) telah berhasil menjadikan kaum muda sebagai buruh,dan sebagai budak di negeri sendiri.
Memang, perjuangan kaum muda dengan jalan kebenaran itu sulit, tapi diam bukan lah pilihan, dan hanya keberanian serta harapan yang kaum muda miliki. percayalah sejarah akan mencatat bahwa kita pernah ada dan kita berjuang bersama manusia lainnya. Biarkan kita memiliki sejarah kita sendiri bukan menjadi pembaca sejarah sampai akhir nanti.
Catatan harapan untuk kaum muda.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI