Mohon tunggu...
Agung Pambudi
Agung Pambudi Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Terima Kasih SBY, Sudah Tunaikan Janji...

26 Mei 2018   02:35 Diperbarui: 26 Mei 2018   02:54 1367
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Saya berjanji akan menyampaikan keluhan bapak ibu ini kepada pemerintah. Ini sudah tugas saya. Meski sudah pensiun, tapi secara moral saya akan tetap membantu rakyat."

Sepenggal janji yang diucapkan Presiden RI ke-6, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) ini masih melekat di ingatanku hingga saat ini. Pernyataan yang ia sampaikan saat menjawab pertanyaan salah seorang warga desaku, Desa Teluk, Kecamatan Labuan, Pandeglang, Banten, sekira sebulan yang lalu. Kala itu, mantan orang nomor satu di Indonesia ini datang berkunjung bersama rombongannya. Bahagia kami menyambutnya waktu itu.

Saat kedatangan ketua umum Partai Demokrat itu, sejak pagi hari kami sudah mulai berkumpul di pelabuhan pelelangan ikan, tempat acara dialog SBY dengan para nelayan diadakan. Nyaris tidak ada dari kami yang melaut hari itu. Kami antusias sekali ingin bertemu mantan pemimpin negeri ini, untuk berkeluh kesah tentang nasib dan harapan kami.

Acara memang baru akan berlangsung sore harinya, tapi menjelang siang, peserta mulai membludak. Entah karena nasi kotak yang dibagi-bagikan panitia, atau memang lantaran kami senang dikunjungi tamu istimewa. Tak setiap hari juga desa kami didatangi orang penting, apalagi seorang mantan kepala negara. Jadi wajar jika kami sedikit berbangga.

Waktu berdialog, aku masih ingat, ada tiga orang yang bertanya, lebih tepatnya mengeluh kepada SBY. Dua orang nelayan, Muhammad Tobi'i dan Untung Nuridin, satunya lagi seorang ibu rumah tangga bernama Yati. Ketiganya berharap SBY mau menjadi penyambung lidah untuk mengetuk hati pemerintah, agar lebih peduli akan nasib kami.

Salah satu yang kami sesali dari kebijakan pemerintah saat ini adalah mahalnya harga bahan bakar minyak (BBM). Ketersediannya langka pula. Sejak awal tahun hingga saat ini, sebagian besar dari kami lebih sering berada di rumah dibanding mengadu nasib di laut. Bukannya malas, tapi apa daya, biaya tak punya.

Dulu, saat SBY memerintah, harga BBM pernah juga naik, tapi pasokan selalu ada. Dan, yang paling utama, kami selalu mendapat insentif, bantuan langsung tunai (BLT). Jadi saat harga BBM mahal, kami masih sanggup membeli. Setidaknya sebagai modal untuk menutupi besarnya biaya operasional.

Kalau kini, kami seperti puasa Nabi Daud. Kini melaut, esok terpaksa gantung jaring. Penghasilan kami tidak berimbang dengan biaya modal yang dikeluarkan. Apalagi, program-program permodalan dari pemerintah yang dulu sangat membantu, kini tidak ada lagi. Seperti simpan pinjam PNPM (Program Nasional Pemberdayaan Masyarakat) Mandiri. Lalu Kredit Usaha Rakyat (KUR), pinjaman dengan proses mudah dan bunga rendah.

Jadi satu-satunya jalan keluar yang tersisa bagi kami selama ini hanyalah berutang kepada rentenir. Tapi rupanya ini hanya menambah masalah saja. Banyak rekan kami yang terbelit utang dan tak mampu lagi membayar. Inilah nestapa kami hidup di bawah kepemimpinan rezim ini.

Mendengat keluhan itu, SBY lantas berjanji. Ia akan menyampaikan kondisi kami ini kepada pemerintah. Kami senang, karena sebagai mantan presiden, pasti satu kata dari dia akan ditanggapi oleh pemerintah. Kami berusaha sepenuh hati untuk meyakini hal itu. Sebab, jika ucapan seorang mantan presiden juga tidak didengar, rasanya sudah tidak ada lagi asa yang tersisa.

Benar saja, beberapa hari yang lalu, SBY menyampaikan keluhan kami. Melalui akun Twitter pribadinya, ia menanggapi kebijakan pemerintah memberikan dua tunjangan untuk pegawai negeri sipil (PNS), sembari mengingatkan akan pedihnya nasib kami, rakyat miskin tak mampu, yang juga sangat perlu untuk dibantu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun