Tulisan ini melanjutkan tulisan saya sebelumnya (http://politik.kompasiana.com/2014/06/05/jk-penghambat-elektabilitas-jokowi--656954.html ).
Dalam teori fisika : momentum adalah hasil kali massa dan kecepatan (kg.m/s). Nah hal ini juga yang menjadikan Jokowi di-capreskan. Yang menjadi pertanyaan selanjutnya adalah... apakah “massa dan kecepatan” Jokowi sudah pas?
[caption id="attachment_309897" align="alignnone" width="614" caption="momentum"][/caption]
Jika sudah, maka Jokowi akan dapat mencapai titik target akhir sebagai presiden RI, akan tetapi jika salah satu parameter tersebut stag, maka yang terjadi adalah sebaliknya, akan mengalami titik jenuh yang pada akhirnya adalah “stag” lalu menurun. Dalam teori dosimetri radiasi, surveymeter yang mengalami titik jenuh, maka tidak ada peningkatan tumbukan elektron lagi, artinya, suara untuk Jokowi ya hanya terbatas di area relawan jokowi saja, tetapi tidak bisa menambah suara lagi karena keterbatasan kemampuannya.
Harap dicatat, dari hasil survey terakhir adalah, Jokowi-JK masih unggul 42,65 % (stag) , akan tetapi elektabilitas Prabowo–Hatta malah naik (28,35 %) sedangkan 29 % tidak tahu. http://www.tribunnews.com/pemilu-2014/2014/06/05/survei-soegeng-sarjadi-school-of-goverment-jokowi-jusuf-kalla-menang-pilpres .
Jika, Tim Jokowi-JK terlena dengan hasil survey yang selalu mengunggulkan dirinya, maka kejadian : pilgub dki – fauzi bowo kalah, perkiraan survey PDIP menang 27 % yang didapat hanya 19 % .. akan bisa terulang kembali.
jadi... survei mana yang bisa kita percaya ???
Dengan sedikit waktu yang tersisa, bisa jadi Prabowo-Hatta menambah “massa dan Kecepatan” untuk menghasilkan loncatan “momentum” dalam pencapaian target... dengan selisih 5-7 %.
Siapapun yang jadi Presiden – Wakil Presiden RI ingat : VOX POPULI, VOX DEI : SUARA RAKYAT ADALAH SUARA TUHAN."
SELAMAT BERJUANG SEMUANYA....
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H