Ketika jalur 3in1 diberlakukan, para pemakai mobil probadi mengakalinya dengan memakai joki. Padahal mereka tahu bahwa program 3in1 tujuannya untuk mengurangi peredaran mobil pribadi sehingga mengurangi kemacetan Jakarta. Orang kaya dan terpelajar gitu lho……
Yang aneh adalah, tidak satupun menganggap penggunaan joki itu sebagai kelicikan karena telah mencurangi peraturan. Polisi juga adem-ayem saja melihat joki-joki itu berkeliaran di sepanjang jalan menuju jalur 3in1.
Kini, mobil plat merah di Jakarta akan dilarang memakai BBM bersubsidi. Artinya akan biaya BBM meningkat dari Rp. 4500 per liter (premium) menjadi 10.000 (pertamax). Kita semua tahu tujuannya pelarangan itu kan?
Dugaan saya, yang akan terjadi adalah maraknya bensin eceran di pinggir jalan. Ini bisa jadi bisnis yang menggiurkan. Dengan modal carry minibus, ia bisa saja membeli 200 liter premium perhari. Beli fulltank kemudian pompa keluar, beli lagi dan seterusnya.
Jika harga beli Premium 4500 dijual 6000, ia akan dapat selisih 1500. Dari 200 liter ia akan dapat laba kotor 300ribu perhari atau 9 juta sebulan, jika untuk sogok-sana-sogok sini dan operasionalnya menghabiskan 3 juta, ia sudah dapat laba 6 juta sebulan. Sebuah penghasilan yang lumayan kan???Â
Pasarnya tentunya adalah pemakai mobil dinas yang jumlahnya cukup banyak. Ini sangat potensial karena akan terjadi hubungan saling menguntungkan.  Si empunya mobil dinas yang dapat anggaran 10.000 per liter akan menikmati sisa 4000 dari setiap liternya dengan menggunakan BBM kaki lima tersebut. Jika mobil rusak karena kadar kualitasnya kurang sesuai, lha.. emang mereka pikirin. Itu kan bukan mobil pribadi…
Yaah, Itulah sepintas mental bangsa yang pintar, tapi digunakan untuk mengakali peraturan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H