(Tulisan ini hanya berlaku pada beberapa orang yang tak punya kuasa untuk melompat...)
"Engkau berdoa kepada Tuhan agar semua masalahmu diselesaikan…sementara engkau sendiri tak berusaha melakukan apa-apa, alih-alih mau menyerah..."
"Engkau pikir Tuhan itu pesuruhmu apah...apa menurutmu Tuhan tidak menertawakanmu (dalam persepsi keduniawian) ataukah menghukummu karena menghinakannya…sangat menghina…"
"Bukankah sudah diciptakan bagimu tangan, kaki, tubuh, otak dan hati dan mempergunakan sekujur tubuhmu yang sempurna itu untuk menyelesaikan masalahmu…itulah gunanya organ tubuh dan panca indera dengan segala fungsinya diciptakan oleh-Nya. Sudah dikasi pun tidak dipake, jadi buat apa…? Bukankah itu yang dimaksud tidak tau terima kasih dan tidak pandai bersyukur…"
"Jadi buat apa kau minta sama Tuhan untuk menyelesaikannya…?, sementara disisi lain engkau sendiri belum memberdayagunakan fasilitas yang diberikan kepadamu…berkeluh kesah di Blackberry Messanger (BBM), tak puas, tulis status di Facebook yang seolah-olah mempertanyakan kinerja Tuhan. Memangnya Tuhan bakal membalas BBM-mu atau me-reply statusmu di jejaring sosial ituh…tak waras…"
"Jangan terlalu lah, kemanusiaan kita memang tidak pernah dilarang untuk meminta kepada Yang Maha Kuasa karena hakikinya memang seperti itu, tapi bukan berarti harus duduk meratap dan mengharapkan keajaiban datang dari langit. Tidakkah engkau tahu bahwa eksistensi ke-Tuhan-an berasal dari gesekan olah dan laku hingga menghasilkan apa yang disebut percikan dan kilatan keajaiban. Ketahuilah, bahwa percikan dan kilatan ituh tidak lah bisa dibentuk dan diukur bahkan oleh kemajuan cara berfikir manusia manapun. Ketahuilah bahwa ketidakmampuan kemanusiaan itu sekaligus menjadi batas dan bukti eksistensi manusia dihadapan Pencipta-Nya, manusia hanya bisa membuat rencana sementara hasilnya hanya Tuhan yang tahu. Pada garis batas itulah seharusnya engkau berharap dan berdoa kepada Tuhan agar keajaiban itu berpihak padamu…"
"Segala kejadian memang tidak selamanya sesederhana itu, tapi minimal engkau faham bahwa ada sebuah ujung dari benang takdir dimana engkau bisa memulai merajut permasalahan menjadi sebuah bentuk yang engkau impikan. Telah diberikan kepadamu tubuh yang sempurna dan dihembuskan pula kepadamu ruh tapi selama engkau tidak ada olah dan laku kemanusiaan, engkau tidak akan pernah mendapatkan percikan apapun apatah lagi uluran kebesaran Tuhan Yang Maha Kuasa…"
"Tak pernah ada maksud untuk menceramahi atau mengkuliahi atau mengajari atau menasehati engkau, karena tulisan ini tak punya kapasitas untuk itu, pun bukan siapa-siapa bagimu… hanya sekedar meletakkan semua hal-hal tersebut diatas meja dihadapanmu. Barang-barang itu didapatkan dari sisa perjalanan sendiri juga sisa perjalanan orang lain yang dipungut. Dan toh, pada akhirnya terserah padamu mau mengambil atau tidak…"
"Bukan enak melihat kawan seperjalan terkapar tak berdaya, alih-alih meminta pertanggung jawaban Yang Maha Kuasa atas segalanya. Berdirilah…dan belajarlah berjalan, engkau tak harus berlari dari masalah, dan yakinlah, akan selalu ada yang berdiri dibelakangmu, membantumu selama engkau berusaha untuk berolah dan berlaku untuk membantu dirimu sendiri…
18 Oktober 2013, Euphorbia38, Komunitas Halaman Rawa.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H