Mohon tunggu...
Agung WahyuPrayitno
Agung WahyuPrayitno Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Saya Agung Wahyu Prayitno, suka menulis nulis, pernah menjalani pendidikan sarjana di bidang bahasa dan sastra Indonesia di Universitas Kuningan. Saya menulis banyak buku fiksi dan nonfiksi, termasuk novel, cerpen, dan artikel. Selain menulis, Saya hobi mendengarkan musik, nonton film, baca buku, minum kopi, dan berolahraga.

Selanjutnya

Tutup

Artificial intelligence

Peringatan CEO OpenAI: Bahaya ChatGPT dan Kecerdasan Buatan yang Terlalu Cepat Berkembang

21 Maret 2023   08:28 Diperbarui: 21 Maret 2023   08:34 194
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber gambar:/newsingermany.com/sam-altman-from-open-ai-he-should-make-microsoft-smarter-economy/

Kecerdasan buatan (AI) semakin berkembang dengan pesat, sehingga muncul kekhawatiran akan dampak negatifnya pada manusia. CEO OpenAI, Sam Altman, mengemukakan kekhawatiran tersebut dalam sebuah wawancara dengan ABC News. Altman mengatakan bahwa regulator dan masyarakat perlu ikut menjaga teknologi AI untuk menghindari efek buruk terhadap masa depan manusia.

Altman menekankan bahwa masyarakat harus hati-hati terhadap perkembangan AI yang sangat cepat dan mempertimbangkan dampak yang mungkin timbul. Menurutnya, orang-orang seharusnya senang bahwa mereka merasa takut terhadap hal ini, karena itu akan mendorong mereka untuk lebih berhati-hati.

Altman juga mengkhawatirkan penggunaan AI untuk disinformasi skala besar dan serangan siber ofensif. Ia menyatakan bahwa setelah model AI semakin baik dalam menuliskan kode komputer, teknologi ini dapat digunakan untuk serangan siber ofensif yang berdampak besar.

Peringatan Altman ini dilontarkan setelah OpenAI merilis model bahasa AI terbarunya, GPT-4, yang diklaim lebih pintar dan kreatif dibandingkan dengan model sebelumnya. GPT-4 bahkan dapat menganalisis perintah berbentuk gabungan teks dan gambar.

Namun, Altman mengakui bahwa GPT-4 masih belum sempurna dan sering mengalami halusinasi, di mana AI dapat menampilkan informasi yang dianggap faktual tapi ternyata hanya hasil karangannya saja. Meski begitu, Altman tetap menjagokan GPT-4 yang semakin pintar setelah berhasil mendapatkan nilai yang sangat baik di ujian advokat di Amerika Serikat dan hampir sempurna di ujian SAT matematika untuk anak SMA.

Altman juga mengkhawatirkan bahwa AI dapat menggantikan peran manusia jika tidak diatur dengan baik. Menurutnya, AI hanya bisa berfungsi di bawah perintah atau input dari manusia, tetapi ia khawatir dengan orang yang mengontrol AI dengan tidak bertanggungjawab.

Altman menekankan bahwa masyarakat memiliki waktu yang terbatas untuk memikirkan bagaimana merespons perkembangan AI, mengatur dan mengatasi dampaknya. Kita perlu mengambil langkah-langkah untuk memastikan bahwa pengembangan AI dilakukan dengan etis dan bertanggungjawab, sehingga dapat memberikan manfaat yang maksimal bagi manusia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Artificial intelligence Selengkapnya
Lihat Artificial intelligence Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun