Mohon tunggu...
Agung prayogi
Agung prayogi Mohon Tunggu... Insinyur - Pewaris Semangat D

Book, Dream, and Love

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Jamu Tolak Miskin

27 April 2022   10:38 Diperbarui: 28 April 2022   18:51 1156
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kemudian bayangkan anda di jok belakang dan teman anda yang mengendarai. Dalam hal ini, anda hanya mampu sebagai "sang pemengaruh". Segala keputusan tentang keberlangsungan kendaraan itu berada di tangan teman anda, anda hanya dapat mempengaruhi nya untuk melakukan sesuatu tanpa anda bisa mengendalikan. 

Kemudian bayangkan anda yang berada di trotoar sedang berjalan kaki, tengah mengamati seseorang yang sedang mengendarai sepeda motor di jalan raya yang sibuk, tanpa bisa memengaruhi apa lagi mengendalikan. Anda sebagai "pengamat" hanya mampu mengamati bahwa anda tetap aman berjalan ditrotoar tanpa di tabrak sepeda motor tersebut. 

Ketiga analogi tersebut dapat anda gunakan sebagai peta dalam setiap kondisi yang anda alami. Terkadang dalam sebuah situasi, kita tidak menyadari, berada dalam posisi apakah kita, apakah kondisi tersebut dalam kendali kita, pengaruh kita, atau hanya mampu kita amati.

Lingkar Kendali
Lingkar Kendali

Sebagai contoh, seorang siswa yang khawatir untuk menghadapi ujian nasional di esok hari, dari pada ia rebahan dan overthinking dengan keadaan besok, takut tidak lulus ujian, takut tidak bisa menjawab soal, takut telat bangun dan terlambat, jika ia menyadari, kendali yang ia satu-satunya miliki ialah melihat kisi-kisi dan mempelajari topik-topik yang akan keluar dalam ujian, merencanakan waktu tidur agar tidak telat bangun, menyiapkan baju seragam, tas, alat tulis, rute berkendara agar sampai ke sekolah tepat waktu kemudian berdoa lalu berserah diri kepada tuhan agar tenang saat ujian.


Kaji buruk

Ibu saya mengajari kebiasaan ini, dan juga ternyata merupakan dasar dalam pemikiran stoikisme tentunya dengan penyebutan yang berbeda, Premeditatio malorum, mereka menyebutnya. Adalah sikap yang kita ambil agar siap akan situasi terburuk yang mungkin kita alami dalam sebuah situasi.
Contoh sederhana, sebagai seorang pecinta timnas sepakbola Indonesia, tentu anda sudah sangat terlatih untuk dikecewakan hasil kekalahan. Namun, misalkan saat berhadapan dengan timnas Inggris dalam suatu pertandingan persahabatan, anda tentu sudah menyiapkan mental akan kemungkinan besar kekalahan timnas Indonesia, mungkin 5-0, anda memprediksi, namun setelah pluit panjang dibunyikan, skor akhir menunjukan 2-1 untuk kemenangan inggris, memang, Indonesia tetap kalah, namun anda pasti akan sangat beryukur dengan hasilnya, karena, selain blunder bek maguire, Indonesia bisa menahan gempuran  dan hanya menghasilkan 2 gol, anda mungkin mengatakan, timnas kita sudah mengalami peningkatan, begitupun yang di katakan seantero negri, itu semua disebabkan oleh anda telah bersiap dengan semua kondisi terburuk dalam situasi tersebut, kemudian anda pasti akan lebih mudah untuk bersyukur dengan hasil yang tuhan berikan pada anda kemudian. Namun, perlu diingat hal ini jangan malah membuat anda menjadi pesimis dan tidak berjuang, teknik ini anda gunakan setelah semua kemampuan anda kerahkan lalu menunggu hasilnya.

Legowo

Filsuf stoikisme menyebutnya dengan Amor Fati atau mencintai takdir. Sudjiwo Tejo pernah menulis dalam buku talijwo. 

Gagal adalah cara manusia menamai hasil yang sesuai kehendak-Nya, tetapi tak sesuai kehendaknya. 

Dalam quote tersebut mbah tejo ingin menyampaikan bahwa segala yang disebut manusia sebagai "gagal" adalah sebenarnya sesuai dengan apa yang telah direncanakan Tuhan. 

Amor fati menekankan pada penerimaan atas segala hasil yang telah di tentukan Tuhan, manusia seakan lupa bahwa segala hasil yang akan ia peroleh bukanlah berada dalam kapasitasnya, saya jadi teringat dengan candaan teman ketika berada di bangku SMP, "kau kah tuhan?", mereka mengatakan, hal ini membuat kita sadar, kita sebagai manusia terlalu sombong untuk mengatur Tuhan harus menentukan hasil dari semua yang telah kita lakukan. 

Pemahaman ini akan membuat anda merelakan masa lalu yang anda anggap sebagai sebuah kesalahan, dimana hal itu adalah salah satu jangkar dikaki anda  yang membuat anda tidak mampu melangkah ke masa depan. 

"Coba saja saat itu saya lebih memilih inah dari pada surmini mungkin saya akan bahagia", "Coba kemarin saya tidak Top up di aplikasi binomo, mungkin saya sekarang punya uang lebih untuk modal berdagang pisang goreng."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun