Marhaenisme yang terdiri dari sosio-nasionalisme, sosio-demokrasi, dan ketuhanan, menetapkan bahwa segala praksis nasionalisme dan demokrasi harus berdasar kemanusiaan tanpa membuat satu manusiapun terenggut nyawanya, tanpa satupun terinjak hak asasinya. Sehingga, menghalalkan segala cara bukan merupakan azas perjuangan marhanisme.
Fenomena-fenomena ini menjadi bekal bagaimana kita dapat merasakan perbedaan pemikiran antara marxisme-Leninisme dan marhanisme dalam menyikapi permasalahan. Kedua pemikiran tersebut juga dapat digali perbedaannya dalam percaturan teori yang tentu juga akan mengasyikan bila kita bahas, yang kemudian hari saya sampaikan dalam beberapa serial tulisan.
Terlepas dari kesadaran perbedaan marxisme-leninisme dan marhaenisme, jika kita telah sepakat akan hal itu, sebenarnya yang menjadi concern saya belakangan adalah bagaimana eksistensi pemikiran sosialisme dalam zaman dimana kapitalisme telah menguasai seluruh dunia seperti sekarang, adakah ideologi alternatif ?, siapkah sosialisme bangkit dari kuburnya ?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H