Mohon tunggu...
Agung Nugroho
Agung Nugroho Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis, Cancer Survivor

Mantan News Broadcaster Indonesia. saat ini sebagai Cancer Laring Survivor

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengungkap Rahasia di Balik Cerita Pasien Kanker Pita Suara

22 Oktober 2023   15:24 Diperbarui: 22 Oktober 2023   15:43 328
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

56 tahun lalu, Aku terlahir sebagai anak lelaki ke 2 yang menjalani kehidupanku dengan sehat, bahagia dan ideal dengan kegiatan serta olah raga  ekstreme adalah hobbyku. Menempuh Pendidikan yang baik dan selalu mendapatkan perhatian orang tuaku. Segala keinginanku selalu mendapatkan dukungan penuh walau ayahku seorang pegawai perusahaan asing yang harus sering meninggalkan keluarga untuk beberapa hari karena tugasnya.

        Diusia 24 tahun, aku mulai kehidupan baru dengan sebuah predikat sebagai pekerja, rasa senang karena sudah bisa menghasilkan uang sendiri, memenuhi kebutuhan sendiri dan menikmati masa muda menuju kedewasaan sejati. Tanpa tersadar aku mulai terpengaruh lingkungan pergaulan metropolitan yang selalu menjepitkan sebatang rokok diantara jari telunjuk dan tengah setiap hari dan setiap kesempatan hingga akhirnya aku terbelenggu dan tergantung dengan nikotin di usia belia, nasihat orang tua pun tidak lagi aku hiraukan, didepan kukatakan "iya" dibelakang akan lain lagi faktanya hingga akhirnya orang tuaku bosan menasehatiku dan membiarkanku tumbuh dengan polaku sendiri.

Berjalan waktu aku berpindah kerja pada perusahaan besar dan terkenal, ya sebuah stasiun TV Swasta Nasional ke 5 di Indonesia yang konon saat itu kehadirannya merupakan ancaman besar bagi stasiun TV lainnya. Melewati persaingan sengit ribuan pelamar dan akhirnya lolos menjadi calon karyawan dengan NIK rendah pada divisi pemberitaan adalah hal yang sangat membahagiakanku.

                 Kebanggaan itu aku tunjukkan dengan bekerja serius tanpa neko-neko, segala perintah produserku selalu aku penuhi, akhirnya akupun nyaris menyerupai ayahku, ya.... Tugas keluar kota, luar negeri bukanlah hal aneh bagiku bahkan akupun boleh dikatakan jarang berada di kantor pusat. Pilihan tugas pagi, siang bahkan malam sebagai jurnalis shift sudah membuat fisikku "kebal" dengan perubahan cuaca, suhu ditunjang staminaku yang sangat sempurna sebagai efek hobbyku berolah raga semasa kecil hingga selesai kuliah, merupakan keberuntunganku apalagi aku boleh dikatakan jarang absen untuk alasan sakit hingga akhirnya pimpinanku melihat prestasiku dan memberi kepercayaan menjadi wartawan khusus yang bertugas di Istana Kepresidenan hingga keberangkatanku ke luar negri makin sering kujalani, mengikuti kepala negara melakukan kunjungan lawatan ke negara lain.

         

            Tahun 1995, tepat diusiaku ke 30, tahun aku meminang seorang wanita yang hingga saat ini menjadi istriku yang selalu setia menemaniku dan setahun kemudian lahirlah seorang bayi laki-laki yang sehat tentu menambah kesempurnaan kebahagiaanku beserta keluarga besarku. Dengan kesibukan serta rutinitas yang tidak pernah surut, tak terasa waktu bergulir hingga di tahun 1998 aku di percaya mengikuti Pendidikan one man show yang diadakan oleh sebuah kantor berita kelas dunia, berbagai pendidikan singkat baik di Universitas Indonesia maupun Pendidikan yang di adakan oleh instansi terkait hingga di tahun 2000 kembali aku mendapatkan kepercayaan lebih besar sebagai Pimpinan juru kamera pemberitaan se Indonesia.

Tentunya memiliki konsekwensi aku harus lebih sering berada di kantor pusat guna mengatur alur pekerjaan anak buahku setiap hari dan mengontrol kwalitas gambar dari semua koresponden sebelum gambar ditayangkan serta membuat jadwal tugas serta penilaian bulanan. Ya sebuah pengalaman baru dan menantang bahkan menjemukan karena harus diselingi rapat lintas divisi guna menyinkronkan rencana program, khususnya program siaran langsung dari Istana kepresidenan, Lembaga tinggi negara, kantor pemerintahan ataupun siaran langsung dari tempat kejadian peristiwa yang masuk dalam skala luar biasa yang umumnya terjadi mendadak, konsekwensi ini makin membuatku menikmati batang demi batang, merek demi merek atas nama stress, entah sudah berapa ratus bahkan ribu batang kunikmati itu semua dan sudah berapa juta rupiah uang hasil keringatku, aku bakar demi "pelega" stress.

Dalam perjalanan karierku, selama penugasanku ke luar kota aku selalu selalu menyempatkan diri mengunjungi laut dan pulau untuk memenuhi hasrat petualangku, DIVING, hal yang sangat menyenangkan, memenuhi hobby ditengah kesibukanku, hingga akhirnya aku berkesempatan mendapatkan sertifikat sebagai penyelam profesional sesuai log atau jam selam yang telah kucapai selama ini.

Tak terasa pengabdianku di stasiun ini dengan tekun dan setia membuatku akhirnya tahun 2011 mengundurkan diri karena ingin berusaha dikaki sendiri walau saat itu aku masih meraba untuk memulai pekerjaan baru sebagai dive guide profesional atau dive master dari Lembaga atau agency Diving Internasional yang sangat terkenal di dunia harus kumulai dari mana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun