Mohon tunggu...
Agung Nugroho
Agung Nugroho Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis, Cancer Survivor

Mantan News Broadcaster Indonesia. saat ini sebagai Cancer Laring Survivor

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mengungkap Rahasia di Balik Cerita Pasien Kanker Pita Suara

22 Oktober 2023   15:24 Diperbarui: 22 Oktober 2023   15:43 328
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

10 November 2021, adalah hari "bersejarah" dalam hidupku, aku harus menerima kenyataan akan dilakukan biopsi untuk memberi kepastian masalah dalam leherku. Pagi hari, aku masih mencoba tegar menghadapi biopsi yang akan dilaksanakan besok. Lunglai, lemas dan duduk dipelataran parkir dimana biasa kuparkirkan kendaraanku yang setiap hari setia menemaniku menghantar dan menanti istriku pulang bekerja. Bak orang kehilangan arah, mondar mandir area parkir -- warung kopi entah berapa kali kulakukan dan entah berapa gelas kuhabiskan kopi hitam itu sambil berdoa memohon kekuatan dariNYA, ya hanya kepadaNYA aku memohon hingga aku terduduk lelah sambil meneteskan airmataku tanpa ada siapapun yang melihatnya terlintas pertanyaan, akankah semua berakhir disini? tak terasa lapar menyapaku dan kusambangi pedagang nasi uduk diluar pagar hanya agar lebam mataku tak ada yang melihat. 

Sepiring nasi uduk di hadapanku, tanpa sedikitpun rasa ingin menyuapkannya kedalam mulutku, lagi-lagi aku terduduk sambil merenungkan sebuah kesedihan yang mendalam, tiba-tiba terlintas dalam pikiranku, "aku harus menyantapnya sebagai yang terakhir kalinya" hingga aku tak sadar saat itu di ambil foto oleh kawan-kawan yang selama ini selalu setia menemaniku di area parkir dan perlahan kusantap tanpa dapat kunikmati hingga tak terasa piringpun kosong tanpa aku tau apa yang kumasukkan dalam mulutku.

Dengan lesu akhirnya aku menarik tas memasuki lobby Rumah Sakit untuk mengurus administrasi rawat inap dan akhirnya mendapat ruang di lantai 8. Bersama istri dan karyawan administrasi kami menuju lantai rawat inap tempat dimana aku banyak berharap agar akan ada mukzizat terbaik dariNYA

Tanpa terasa waktu terus berjalan, hingga kami harus kembali menemui dokter untuk mendapatkan hasil dari tindakan biopsi yang telah dilakukan tanggal 11 November 2021 lalu dan menunggu bagaimana tindakan selanjutnya. Masih begitu teringat, seperti disambar petir disiang hari saat dokter dengan penuh keprihatinan mengatakan sebuah vonis bahwa aku kanker pita suara stadium 1 dan operasi adalah tindakan terbaik guna mencegah penyebaran atau metastasis. Bagaimana perasaan saya ketika pertama kali didiagnosis kanker? Sedih? Tentu. jatuh secara mental? Sudah pasti......."Kenapa harus saya?".adalah pertanyaan klasik dan wajar bagi semua pasien yang mendengar vonis menderita kanker.

Setelah memberi banyak penjelasan dan pertimbangan dampak positif dan negatifnya dokter meminta agar saya secepatnya mengambil keputusan hingga tindakan pencegahan terbaik dapat segera dilakukan. Entah kekuatan apa yang hadir saat itu, seperti seorang militer yang mendapatkan perintah menuju garis perang dengan segala resikonya,  saat itu juga saya dengan penuh keyakinan menyatakan siap melakukan apa yang terbaik menurut petunjuk dokter. 

Itu semua aku lakukan atas dasar cinta saya pada keluarga yang begitu besar tanpa selama ini bisa aku tunjukkan agar mereka semua tidak lagi direpotkan dari dampak penyakit ini jika aku menolak operasi walau aku sadar operasi inipun memiliki resiko dan konskwensi yang tidak kecil dan tidak sedikit, biarlah aku yang berkorban demi mereka dan sebelumnya akupun telah mencari literature mengenai kanker pita suara sehingga aku faham bahwa angka kejadian kanker tenggorokan adalah sekitar 1%-5% dari tumor ganas di seluruh tubuh, dalam lingkup THT ada di urutan kedua setelah kanker nasofaring(St Stamford International Medical).

Saat aku konsultasi dengan dokter paru, salah satu dokter senior yang akan melakukan tindakan bedah, beliau menjelaskan dengan santai bahwa ini operasi dengan resiko besar " saya hanya punya waktu 30 sampai 45 detik saja untuk memindahkan saluran nafasmu sebelum saluran itu tertutup cairan darah" jika terlambat maka hanya 50:50 saja kemungkinannya, namun ahli onkologi itu meletakkan tangannya dengan meyakinkan di lenganku: "Kami akan membantu anda bertahan hidup," katanya dan ini membuatku merasa nyaman.

Para tim medis baik dokter, perawat semua memberi dukungan dan kelancaran dalam proses menuju operasi hingga akhirnya, hari itu 15 Desember 2021 aku berangkat ke Rumah Sakit seolah-olah aku tidak menghabiskan malam sebelumnya dengan menangis, seorang juru parkir dan seorang supir karyawan Dharmais yang setiap hari selalu bersamaku dengan setia menemaniku kala itu, menghibur, menguatkanku tentunya semanguk bubur ayam  "Atok" kami nikmati bersama sebelum aku diantar menuju lobi. Saat diruang rawat inap lantai 8, dengan tenang dan percaya diri aku merebahkan diri menanti perawat menjemputku menuju ruang operasi, aku begitu percaya bahwa ini bukan akhir segalanya, aku pasti bisa berkarya walau ada yang hilang, ya kemampuan bicara secara alamiku akan hilang akibat kanker ini.

Mendung pagi baru saja lewat waktu operasi saya dijadwalkan pada pertengahan Desember. Tidak ada yang bisa datang menemaniku kecuali istriku dan 1 sahabatku yang hanya dapat memberi dukungan beberapa detik saja karena saat itu virus Covid sedang ganas-ganasnya menyerang negara ini, kehadiran 2 orang yang sangat berarti bagi saya membuat tekadku makin bulat dan tanpa ragu maju menuju ruang operasi karena aku tau dan menghargai perjuangannya, pengorbanan dan harapan mereka, Kemudian, dokter bedahku muncul dan menggenggam tanganku erat-erat. "Tidak apa-apa" katanya.

Disaat -- saat gelap, aku menyadari bahwa suaraku telah meninggalkanku, Kehidupan yang diberkati bersama keluarga dan pekerjaanku di hari itu tanggal 16 Desember 2021. Tindakan medis sangat membantu, namun kemampuan alami untuk berbicara hilang selamanya, bagiku Kanker bukanlah kematian, bukan pula akhir dari segalanya. Disaat-saat sulit, aku memutuskan untuk membiarkan suara baruku menjadi cahaya penuntun bagi banyak orang karena saya yakin bisa berbuat lebih baik dengan bantuan suara yang ada saat ini. 

Terlepas dari tantangan ini, saya tetap menjalani kehidupan secara penuh dan bermakna serta dikelilingi oleh keluarga, sahabat, teman yang selalu mendukungku dan saya berusaha untuk mendorong banyak orang baik yang sehat terlebih yang sakit kanker .untuk tidak pernah menyerah pada impian mereka. Saat ini kemajuan teknologi kedokteran dan kesehatan sudah sangat maju pesat, fasilitas dari Pemerintah bagi siapapun yang menyandang gelar pasien dari berbagai macam penyakitpun makin hari makin bagus, baik cara maupun pelayanannya. Namun apapun itu menjaga kesehatan itu adalah yang terbaik, ciptaan Tuhan tidaklah akan tergantikan oleh kemajuan teknologi. Saat ini aku menggunakan alat berbicara elektrik namun sehebatnya alat tentu suara aslilah yang terbaik.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun