Perlahan tapi pasti pintu demi pintu dive centre yang ada di Jakarta ku datangi, kuceritakan maksud tujuanku tentunya dengan menunjukkan sertifikat International yang sudah kuperoleh dari agency besar kelas dunia, ternyata hal melamar didunia percampuran antara kesenangan, kebahagiaan dan olah raga ini tidak semudah membalikkan tangan namun aku tak pernah kenal kata mundur, apalagi menyerah, kata-kata yang tidak pernah ada dalam kamus hidupku karena prinsip hidupku sangat jelas, "Aku harus mengerti hidup, karena hidup tidak akan mengerti aku", hidup terus  berjalan seperti jam di dinding rumahku, semakin aku diam semakin aku ditinggal detik yang setia berputar. Hadir ke beberapa dive centre, duduk ngobrol dan berbagi pengalaman dengan staff tetapnya tanpa ada imbalan rupiah kecuali berharap peluang kerja, kulakukan selama 15 bulan tanpa aku hiraukan apa kata para staff dimana aku sering berkunjung.
Gayung bersambut, salah satu dari dive centre menerimaku menjadi staff diving sebagai asisten untuk menemani para instruktur mengajar tanpa aku dibawa menikmati dinginnya air kolam bahkan tidak diajak kelaut, sehingga tugasku hanya membawa peralatan peserta, duduk dan amati kegiatan dari pinggir kolam, kali ini aku mulai merasa tidak nyaman dan berpikir, buat apa sertifikat ku? Tak terasa waktu berjalan akhirnya aku mulai dilibatkan dengan kegiatan kolam dan ujian di laut hingga akhirnya aku bisa menjadi seorang dive master sesungguhnya, membuat, bertanggung jawab, dan membawa tamu menyelam, tidak tanggung-tanggung aku buat gebrakan langsung menuju Indonesia Timur, sesuatu yang sebelumnya tidak pernah dilakukan oleh tempatku bekerja, aku hanya ingin menunjukkan bahwa aku mampu, aku berjuang untuk mendapat seritifikasi itu dan aku mau tempat kerjaku juga diperhitungkan oleh pesaingnya dalam hal trip diving.
      Saat aku merasa ingin mandiri, Tuhan tau apa yang kuinginkan, Dia "mengirimkan" tamuku yang pernah ikut trip bersamaku untuk bekerjasama yang bersifat kekeluargaan dan berbagi hasil dengan landasan kepercayaan, singkat kata akhirnya kami memiliki sebuah PT dan kantor sendiri di Selatan Jakarta, ya salah satu PT dari hanya beberapa PT untuk kegiatan olah raga selam yang ada di Indonesia, Kamilah salah satunya.Â
         Diawal PT kami berdiri, aku berkomitmen akan menjadi perusahaan penyedia layanan terbaik baik dengan harga dan pelayanan terbaik tanpa menjatuhkan agen lain sebagai saingannku karena prinsipku ini persaingan sehat dan terbuka, biarlah konsumen yang menilai dan memilihnya. Praktis aku menjalani keseharianku di ruang kantor seorang diri, melakukan komunikasi dengan rekanan dive centre daerah sendiri, melakukan penjualan sendiri, membuat iklan dan menayangkannya sendiri tapi kami saling support, aktif berkomunikasi dan rutin melakukan pertemuan dihari libur, dan hal itu kulakukan penuh suka cita karena memang sejak awal akan berdiri kami berkomitmen mandiri dengan tanggung jawab dan kegiatan masing-masing karena partnerku memang karyawan diperusahaan lain sehingga dengan keterbukaan diawal semua berjalan lancar.
      Belum genap 6 bulan, perusahaan ini sudah dikenal banyak penyuka diving, dan betul saja dugaanku beberapa agency agak sinis dengan perusahaanku karena banyak tamu yang memilih kami tentu atas dasar pertimbangan harga terjangkau dengan pelayanan bintang lima, namun kami tetap pada komitmen bahwa keuntungan bukanlah segalanya kami tetap akan menjadi "jembatan" bagi semua penyelam untuk dapat menikmati kegiatan ini kemanapun mereka mau.Trip demi trip kami jalankan bersama dan dari waktu ke waktu, tamu makin banyak bahkan terpaksa kami tolak ataupun kami buat 2 x trip diwaktu berbeda ini semua demi menjaga kepercayaan tamu yang kami bangun dalam waktu bahkan kurang dari 1 tahun.
 Awal tahun 2020, saat perusahaan menunjukkan grafik peningkatan yang sangat baik, aku mulai merasakan ada sesuatu yang tidak beres diseputar leher, saat berbicara terkadang suaraku mengecil dan cenderung hilang hingga aku harus berhenti berbicara dan ini sangat mengganggu terutama saat aku harus melakukan briefing sebelum melakukan penyelaman namun gejala ini tidak kusambut baik bahkan cenderung kuabaikan, hingga akhirnya suatu hari istriku mengajakku control ke dokter THT ditempatnya bekerja, disalah satu rumah sakit besar khusus kanker di Jakarta.
Dokter THT saat itu mengatakan kemungkinan Gerd atau hal yang berurusan dengan lambung sehingga keluarlah surat wasiat larangan makan ini dan itu, ironisnya semua itu makanan yang sangat aku suka. Mungkin bukan Agung Namanya kalau bukan orang yang suka melanggar larangan apalagi yang dilarang adalah apa yang kusukai, semua aku nikmati terus seolah aku merasa baik-baik saja.
January 2011 kembali aku harus berurusan dengan rumah sakit yang sama untuk ke dua kalinya karena suaraku makin aduhay dan menelan mulai ada kendala. Seorang dokter wanita yang memeriksaku meminta tindakan endoskopi agar lebih jelas lagi apa persoalannya, maka saat itu dilakukanlah tindakan endoskopi melalui lubang hidung dan ditampilkan ke layar agar kami sebagai pasien dan keluarga melihat langsung apa yang menjadi gangguan.
Terlihat bulatan-bulatan kecil yang menyatu dan menggumpal di sisi pita suaraku dan dokter dengan tegas meminta saya melakukan biopsi untuk lebih memastikan persoalannya dan dokter bisa menegakkan diagnostic atas penyakitku, namun.....lagi-lagi aku meminta waktu karena aku merasa masih punya tanggung jawab membawa tamuku melakukan trip diving ke pulau Maratua Kalimantan Utara pada bulan Maret dan berjanji setelah pulang dari trip ini aku akan segera melakukan saran dokter. Waktu berjalan, janji tinggal janji aku lupa untuk kembali ke dokter, hingga akhirnya di hari minggu diakhir Oktober 2021 saat terbangun pagi, suaraku hilang total untuk beberapa saat dan aku akhirnya menyerah untuk kembali kedokter.
Hari pertama diawal minggu, aku memasuki ruang tunggu dokter dengan perasaan yang aku enggak bisa ceritakan, pastinya semua bercampur aduk hingga saat konsultasi di tetapkan akan tindakan biopsy dan ini deal, aku nggak mampu lagi menolaknya bahkan dengan alasan apapun.