Baru baru ini telah terjadi kasus perundungan di sekolah tepatnya bulan kemarin yang terjadi di Jakarta tepatnya di SMAN 70 Jakarta. Perundungan tersebut diduga terjadi pada saat jam sekolah berlangsung pada tanggal 28 November 2024 jam 12.00 WIB," kata Nurma saat ditemui di Polres Metro Jakarta Selatan, Kamis (12/12/2024). Perundungan tersebut dilakukan ditoilet sekolah oleh kaka kelas ABF yang sekarang dibangku kelas 12. Dari pihak sekolah melalui kepala sekolah juga membenarkan adanya kasus perundungan tersebut dan akan melakukan mediasi dengan orangtua korban sekaligus orang tua pelaku.
Dalam laporan dugaan kasus penganiayaan itu, ABF yang duduk di bangku kelas satu dipanggil oleh teman seangkatannya untuk datang ke toilet di lantai dua sekolah. Setibanya di lokasi, tangan ABF ditarik oleh seorang senior yang duduk di kelas tiga berinisial F. Seperti dikutip Antara, keduanya terlibat cekcok di dalam toilet, hingga F, yang diduga tersulut emosi, memukul tubuh ABF hingga membuatnya terjatuh. ABF kemudian diminta berdiri kembali, tetapi kembali menjadi korban kekerasan oleh teman-teman F yang sudah berada di sekitar toilet.
Perundungan atau bullying sendiri di sekolah adalah masalah yang semakin mengkhawatirkan di Indonesia. Kasus ini tidak hanya berdampak pada kesehatan mental dan fisik korban tetapi juga mengganggu proses belajar mengajar di lingkungan sekolah. Banyak siswa yang menjadi korban perundungan mengalami stres, kecemasan, dan bahkan depresi. Hal ini membuat mereka sulit berkonsentrasi dalam belajar dan berinteraksi dengan teman-teman mereka. Selain itu, beberapa korban juga mengalami masalah fisik seperti sakit kepala dan gangguan tidur  yang bisa berlanjut menjadi masalah kesehatan jangka panjang.
Untuk mengatasi masalah perundungan ini, sekolah perlu mengambil langkah-langkah yang konkret. Pertama, penting untuk mengadakan program pendidikan yang meningkatkan kesadaran siswa dan guru tentang dampak negatif perundungan. Dengan memahami konsekuensi dari tindakan mereka, diharapkan siswa dapat lebih berhati-hati dalam berinteraksi dengan teman-teman mereka. Selain itu, sekolah harus menciptakan lingkungan yang aman dan nyaman bagi semua siswa, di mana mereka merasa dihargai dan diterima.
Dukungan psikologis bagi korban perundungan juga sangat penting. Sekolah perlu menyediakan layanan konseling untuk membantu siswa yang mengalami perundungan agar mereka dapat pulih dari pengalaman buruk tersebut. Di sisi lain, tindakan tegas terhadap pelaku perundungan juga harus diterapkan. Sekolah perlu memiliki kebijakan yang jelas dan sanksi yang sesuai untuk mencegah terulangnya perilaku tersebut. Mengatasi perundungan di sekolah bukan hanya tanggung jawab sekolah semata, tetapi juga tanggung jawab kita semua---pemerintah, orang tua, dan masyarakat. Dengan bekerja sama, kita dapat menciptakan lingkungan belajar yang lebih aman dan mendukung bagi semua siswa.Â
Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H