Yogyakarta, 3 Desember 2011
Seyuman manis itu selalu menghasi pagi cerah hari-hari ku, meski hanya lewat selembar pixel yang terbingkai manis penuh cinta namun tetap mampu charge kembali semangat ku tuk mengejar impian agar ku bisa bersanding denganmu suatu saat nanti. Meksi aku sadar, kata “pantas” untuk mendapatkan dirimu terlalu jauh dari kenyataan.
Bisikan suara lembut mu selalu terekam di kepala ku ketika sejenak ku pejamkan mata tuk kenang kembali lembut indah wajah mu yang penuh kedamain dan kepolosan namun mampu runtuhkan tembok egois kaum adam dan memabukan setiap insan yang mencari cinta.
Tak ada yang tak mungkin, kalimat itulah yang selalu aku percaya agar aku selalu mampu menjaga impian ku tuk bersanding denganmu, meski aku tak pernah tahu keberadaan mu. Hanya janji suci yang terucap di subuh 14 November 4 tahun lalu yang entah kamu masih mengingatnya atau tidak.
Dentangan waktu ternyata terlalu cepat berlari tak bersedia menemaniku yang selalu duduk menunggu mu dengan setia. Sepucuk surat bertuliskan nama mu buat ku kembali mengenang semua masa manis yang kita lalui, namun senyum itu kini telah membuat luka dihati ku.
Tak sekokoh batu karang yang mampu menahan serangan ombak dan badai, batin ku terasa terlalu lemah tuk topang kenyataan. Kini janur kuning telah menghiasi sudut indah halaman rumah mu. Selamat sayang kini engkau telah mendapatkan pasangan hidup yang selalu jaga senyum indah di wajah mu.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H