Mohon tunggu...
Agathis Rachmawan
Agathis Rachmawan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hidup yang tak dipertaruhkan, tak akan pernah dimenangkan.

Selanjutnya

Tutup

Vox Pop Pilihan

Kendaraan Listrik vs Kendaraan Umum: Mana yang Lebih Efektif dalam Mengatasi Polusi dan Kemacetan?

12 Agustus 2023   11:41 Diperbarui: 12 Agustus 2023   11:43 357
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Polusi dan kemacetan adalah dua masalah besar yang dihadapi oleh kota-kota besar di dunia, termasuk Jakarta. Polusi udara dapat menyebabkan berbagai penyakit pernapasan, kanker, dan kematian dini, sementara kemacetan dapat menyebabkan stres, kehilangan waktu, dan kerugian ekonomi. Salah satu penyebab utama polusi dan kemacetan adalah jumlah kendaraan bermotor yang terus meningkat, terutama sepeda motor dan mobil.

Untuk mengatasi masalah ini, ada dua alternatif yang sering disarankan, yaitu penggunaan kendaraan listrik dan kendaraan umum. Kendaraan listrik adalah kendaraan yang menggunakan energi listrik sebagai sumber tenaga utamanya, sedangkan kendaraan umum adalah kendaraan yang digunakan untuk mengangkut banyak orang secara bersama-sama, seperti bus, kereta api, atau angkutan kota. Mana yang lebih efektif dalam mengatasi polusi dan kemacetan? Artikel ini akan membahas beberapa aspek perbandingan antara kedua alternatif tersebut.

Dampak Lingkungan

Salah satu keunggulan kendaraan listrik adalah kemampuannya untuk mengurangi emisi gas buang langsung ke udara, sehingga dapat mengurangi polusi udara. Menurut Nissan, salah satu produsen mobil listrik terbesar di dunia, mobil listrik mampu mengurangi pencemaran udara hingga 4,6 metrik ton gas rumah kaca. Namun, kendaraan listrik tidak sepenuhnya bebas dari dampak lingkungan, karena proses produksi, penggunaan, dan pembuangan baterainya juga menghasilkan emisi gas rumah kaca dan limbah berbahaya. Selain itu, kendaraan listrik juga bergantung pada sumber energi listrik yang digunakan untuk mengisi baterainya. Jika sumber energi listrik masih berasal dari bahan bakar fosil, seperti batu bara atau minyak, maka kendaraan listrik tidak akan efektif dalam mengurangi polusi udara.

Kendaraan umum juga dapat mengurangi polusi udara dengan cara mengurangi jumlah kendaraan pribadi yang beroperasi di jalan. Menurut studi dari Universitas Indonesia tahun 2019, jika 10 persen pengguna sepeda motor di Jakarta beralih ke bus Transjakarta, maka emisi karbon dioksida dapat berkurang sekitar 0,5 juta ton per tahun. Namun, kendaraan umum juga masih menghasilkan emisi gas buang ke udara, terutama jika masih menggunakan bahan bakar fosil. Oleh karena itu, perlu adanya upaya untuk meningkatkan efisiensi bahan bakar dan memperbarui armada kendaraan umum agar lebih ramah lingkungan.

Dampak Sosial

Kendaraan listrik juga memiliki dampak sosial yang positif bagi penggunanya. Kendaraan listrik dapat meningkatkan kenyamanan dan keamanan berkendara, karena memiliki suara yang lebih halus, getaran yang lebih rendah, dan resiko kebakaran yang lebih kecil daripada kendaraan bermotor konvensional. Kendaraan listrik juga dapat menghemat biaya operasional dan perawatan, karena memiliki konsumsi energi yang lebih rendah dan komponen yang lebih sedikit daripada kendaraan bermotor konvensional. Namun, kendaraan listrik juga memiliki beberapa tantangan sosial yang perlu diatasi. Kendaraan listrik masih memiliki harga yang relatif mahal dibandingkan dengan kendaraan bermotor konvensional, karena biaya produksi dan teknologi yang masih tinggi. Kendaraan listrik juga masih memiliki ketersediaan dan aksesibilitas yang terbatas, karena kurangnya infrastruktur pendukung, seperti stasiun pengisian kendaraan listrik umum (SPKLU), jaringan listrik, dan fasilitas penanganan limbah baterai. Kendaraan listrik juga masih memiliki kinerja dan kapasitas yang terbatas, karena memiliki jarak tempuh yang lebih pendek dan waktu pengisian yang lebih lama daripada kendaraan bermotor konvensional.

Kendaraan umum juga memiliki dampak sosial yang positif bagi penggunanya. Kendaraan umum dapat meningkatkan mobilitas dan aksesibilitas masyarakat, terutama bagi mereka yang tidak memiliki atau tidak mampu memiliki kendaraan pribadi. Kendaraan umum juga dapat meningkatkan interaksi sosial dan solidaritas masyarakat, karena memungkinkan orang untuk berbagi ruang dan pengalaman dengan orang lain. Namun, kendaraan umum juga memiliki beberapa tantangan sosial yang perlu diatasi. Kendaraan umum masih memiliki kualitas dan kuantitas yang kurang memadai, karena sering mengalami kerusakan, kepadatan, keterlambatan, atau kekurangan armada. Kendaraan umum juga masih memiliki tarif dan subsidi yang kurang adil, karena sering memberatkan pengguna atau pengelola. Kendaraan umum juga masih memiliki persepsi dan preferensi yang kurang baik, karena sering dianggap sebagai pilihan terakhir atau tidak prestisius oleh masyarakat.

Dampak Ekonomi

Kendaraan listrik juga memiliki dampak ekonomi yang positif bagi negara. Kendaraan listrik dapat mengurangi ketergantungan terhadap impor bahan bakar fosil, yang memiliki harga yang fluktuatif dan sumber yang terbatas. Kendaraan listrik juga dapat mendukung pengembangan industri otomotif nasional, karena memiliki kandungan lokal yang tinggi dan potensi pasar yang besar. Kendaraan listrik juga dapat mendukung pengembangan energi terbarukan, seperti tenaga surya, angin, dan air, sebagai sumber energi untuk mengisi baterai. Namun, kendaraan listrik juga membutuhkan investasi dan insentif yang besar dari pemerintah untuk membangun dan mengembangkan infrastruktur dan teknologi yang diperlukan. Kendaraan listrik juga dapat menimbulkan dampak negatif bagi industri bahan bakar fosil dan sektor-sektor terkait, seperti pertambangan, transportasi, dan distribusi.

Kendaraan umum juga memiliki dampak ekonomi yang positif bagi negara. Kendaraan umum dapat mengurangi kerugian akibat kemacetan lalu lintas, yang diperkirakan mencapai Rp 100 triliun per tahun di Jakarta. Kendaraan umum juga dapat meningkatkan produktivitas dan kesejahteraan masyarakat, karena dapat menghemat waktu, biaya, dan energi dalam berpergian. Kendaraan umum juga dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah, karena dapat meningkatkan mobilitas dan aksesibilitas masyarakat ke berbagai tempat dan peluang. Namun, kendaraan umum juga membutuhkan biaya operasional dan pemeliharaan yang besar dari pemerintah atau pengelola untuk menjaga kualitas dan kuantitas layanan. Kendaraan umum juga dapat menimbulkan dampak negatif bagi industri otomotif dan sektor-sektor terkait, seperti produksi, penjualan, dan perbaikan.

Kesimpulan

Kendaraan listrik dan kendaraan umum adalah dua alternatif yang dapat dipertimbangkan untuk mengatasi polusi udara dan kemacetan di Jakarta. Kedua alternatif ini memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing dari segi lingkungan, sosial, dan ekonomi. Oleh karena itu, tidak ada jawaban pasti mana yang lebih efektif dalam mengatasi polusi udara dan kemacetan. Yang dibutuhkan adalah strategi yang komprehensif dan kolaboratif dari semua pihak terkait untuk menciptakan sistem transportasi yang berkelanjutan, efisien, adil, dan ramah lingkungan di Jakarta. Nah, menurut kalian bagaimana?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Vox Pop Selengkapnya
Lihat Vox Pop Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun