Mohon tunggu...
Agathis Rachmawan
Agathis Rachmawan Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hidup yang tak dipertaruhkan, tak akan pernah dimenangkan.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Fast Fashion: Apa, Mengapa, dan Bagaimana?

8 Agustus 2023   10:39 Diperbarui: 8 Agustus 2023   10:48 380
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lyfe. Sumber ilustrasi: FREEPIK

Mode adalah salah satu bentuk ekspresi diri yang paling populer di dunia. Namun, di balik kilauan dan glamor industri mode, ada sebuah fenomena yang menimbulkan dampak negatif bagi lingkungan dan masyarakat yaitu, fast fashion.

Apa itu Fast Fashion?

Fast fashion adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan model bisnis industri pakaian yang mereplikasi tren catwalk terbaru dan desain mode tinggi, memproduksinya secara massal dengan biaya rendah, dan membawanya ke toko ritel dengan cepat, saat permintaan sedang tinggi.

Fast fashion pertama kali muncul pada awal 1990-an, ketika merek Spanyol Zara datang ke New York dan menawarkan konsep baru, hanya membutuhkan 15 hari untuk sebuah pakaian dari tahap desain hingga dijual di toko-toko. Sejak itu, banyak merek lain yang mengikuti jejak Zara, seperti H&M, Forever 21, UNIQLO, dan lain-lain.

Ciri-ciri dari fast fashion adalah sebagai berikut:

  • Memasukkan produk ke pasar dengan segera, sesuai dengan tren yang sedang berlaku.
  • Meningkatkan jumlah pengecer/ritel di seluruh dunia untuk menjangkau lebih banyak pelanggan.
  • Menghubungkan permintaan pelanggan dengan operasi hulu desain, pengadaan, produksi, dan distribusi.
  • Membutuhkan siklus pengembangan pendek, prototyping cepat, dan banyak variasi.
  • Membangun rantai pasokan yang sangat cepat dan sangat responsif.

Mengapa Fast Fashion Bermasalah?

Fast fashion memiliki beberapa keuntungan bagi konsumen dan perusahaan, seperti harga terjangkau, kepuasan instan, dan demokratisasi pakaian bergaya. Namun, fast fashion juga memiliki banyak dampak negatif bagi lingkungan dan masyarakat.

Beberapa dampak negatif fast fashion adalah sebagai berikut:

  • Menyumbang polusi udara, air, dan tanah akibat penggunaan bahan kimia berbahaya, pembakaran limbah tekstil, dan pembuangan air limbah.
  • Menghasilkan limbah tekstil yang sangat besar dan sulit terurai. Menurut World Economic Forum, setiap tahunnya sekitar 85% pakaian yang diproduksi berakhir di tempat pembuangan sampah atau di bakar.
  • Mengkonsumsi sumber daya alam yang sangat banyak, seperti air, tanah, dan energi. Menurut World Resources Institute, untuk membuat satu kaos katun saja dibutuhkan sekitar 2.700 liter air, setara dengan air yang diminum seseorang selama 2,5 tahun.
  • Menimbulkan masalah sosial dan etis akibat praktik kerja yang tidak adil, upah rendah, kondisi kerja yang tidak aman, dan pelanggaran hak asasi manusia. Menurut Clean Clothes Campaign, sekitar 80% pekerja garmen di dunia adalah perempuan yang rentan mengalami diskriminasi, pelecehan seksual, dan kekerasan.

Bagaimana Mengatasi Fast Fashion?

Untuk mengatasi masalah fast fashion, diperlukan kerjasama dari semua pihak yang terlibat dalam industri mode yaitu, produsen, pengecer/ritel, konsumen, pemerintah, LSM, dan media.

Beberapa langkah yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut:

  • Produsen harus meningkatkan standar kualitas produk mereka, menggunakan bahan-bahan yang ramah lingkungan dan etis, mengurangi penggunaan bahan kimia berbahaya, mengoptimalkan proses produksi dan distribusi untuk menghemat energi dan air, serta memastikan kesejahteraan pekerja mereka.
  • Pengecer/ritel harus lebih transparan tentang asal-usul produk mereka, memberikan informasi lengkap tentang bahan-bahan yang digunakan, proses produksi yang dilalui, dampak lingkungan yang ditimbulkan, serta kondisi sosial dan etis pekerja yang terlibat. Mereka juga harus memberikan insentif bagi konsumen untuk membeli produk-produk yang lebih berkelanjutan, seperti memberikan diskon, voucher, atau poin loyalitas.
  • Konsumen harus lebih sadar dan kritis tentang pilihan mereka dalam berbelanja pakaian. Mereka harus mengurangi konsumsi pakaian yang berlebihan, memilih produk-produk yang berkualitas, tahan lama, dan multifungsi, serta menghindari produk-produk yang mengikuti tren sesaat. Mereka juga harus merawat pakaian mereka dengan baik, memperbaiki yang rusak, mendaur ulang yang tidak terpakai, atau menyumbangkan yang masih layak pakai.
  • Pemerintah harus membuat regulasi yang lebih ketat dan efektif untuk mengawasi industri mode, seperti memberlakukan standar lingkungan dan sosial yang wajib dipatuhi oleh produsen dan pengecer/ritel, memberikan sanksi bagi pelanggar, serta memberikan insentif bagi pelaku usaha yang berkelanjutan. Pemerintah juga harus meningkatkan kesadaran masyarakat tentang dampak fast fashion melalui kampanye, edukasi, dan advokasi.
  • LSM dan media harus berperan aktif dalam mengungkap praktik-praktik buruk industri mode, menyoroti isu-isu lingkungan dan sosial yang terkait, serta memberikan informasi dan solusi alternatif bagi masyarakat. LSM dan media juga harus bekerja sama dengan produsen, pengecer/ritel, konsumen, dan pemerintah untuk menciptakan perubahan positif dalam industri mode.

Kesimpulan

Fast fashion adalah fenomena industri mode yang menghasilkan pakaian secara cepat dan murah untuk memenuhi tren terbaru. Fast fashion memiliki dampak negatif bagi lingkungan dan masyarakat, seperti polusi, limbah, konsumsi sumber daya alam, serta masalah sosial dan etis. Untuk mengatasi fast fashion, diperlukan kerjasama dari semua pihak yang terlibat dalam industri mode: produsen, pengecer/ritel, konsumen, pemerintah, LSM, dan media.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun