Mohon tunggu...
Agsel Ghozi
Agsel Ghozi Mohon Tunggu... Freelancer - Seorang siswa di SMK Telkom Sidoarjo

Tulisan dimulai dari pikiran

Selanjutnya

Tutup

Filsafat

Be Better in 2021

1 Februari 2021   17:54 Diperbarui: 1 Februari 2021   18:00 169
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Setiap tahunnya kita berharap lebih baik daripada tahun sebelumnya. Resolusi baru pun dibuat agar bisa membuat semangat diri ini terpacu untuk mencapai semua list-list atau daftar yang berisikan keinginan yang ingin dicapai di tahun ini. Budaya tersebut seakan sudah berakar dengan kuat di Indonesia, bisa disaksikan di setiap perayaan tahun baru para warganet akan membuat sebuah post/story di media sosial mereka mengenai resolusi yang ingin dicapai di tahun baru.

Mengapa manusia suka membuat resolusi tahun baru? Mengutip dari tulisan karya Mohammad Syahrial yang dimuat di salah satu surat kabar, dijelaskan bahwa alasan manusia suka membuat resolusi tahun baru ialah banyak orang menganggap tahun baru adalah "gerbang" menuju era dan harapan baru. Oleh karena itu, banyak orang membuat resolusi untuk mendapat perubahan pada diri dan kehidupannya. Tahun baru itu seperti pintu untuk kita masuk ke dalam era baru. Jadi ada anggapan bahwa "ini saatnya saya berubah, masa kemarin saya begini, tahun depan saya harus lebih baik". Jadi, tahun baru itu simbol harapan yang baru.

Hal tersebut bisa menjadi suatu yang positif maupun negatif, kenapa hal seperti membuat resolusi bisa menjadi dua sisi yang berbeda dan berkebalikan? Bisa dianggap positif ataupun negatif. Hal positif dalam membuat resolusi ialah bisa membuat diri ini menjadi bersemangat dikarenakan telah membuat daftar-daftar indah yang akan dicapai di tahun ini. Hal positif berikutnya yakni orang-orang memandang diri kita dengan positif karena mereka melihat diri kita mempunyai-daftar-daftar yang positif.

Namun, ada beberapa hal negatif dalam membuat resolusi. Yang pertama terkadang kita menganggap hal tersebut hanyalah tradisi tahunan, jadi terkadang daftar-daftar tersebut menjadi terbengkalai karena tiada niat untuk berusaha menggapainya. Hal negatif berikutnya yakni postingan resolusi itu hanya sekedar list tanpa makna yang hanya digunakan untuk meramaikan timeline saja sebagai tradisi tahun baru.

            Saya pernah membaca sebuah artikel mengenai 3 alasan mengapa resolusi bisa mengalami kegagalan. Alasan pertama yakni resolusi tak cukup spesifik. Hal itu menjadi alasan terbesar mengapa sebagian dari kita gagal mencapai resolusi yang diinginkan. Contoh kasus misalnya kita memiliki resolusi untuk lebih sering berolahraga atau menurunkan berat badan. Ini adalah resolusi yang kerap dibuat banyak sebagian dari kita, khususnya perempuan. Namun ini juga resolusi yang sering gagal. Pasalnya, sebagian dari kita tak mempunyai tolak ukur untuk menandai kemajuan dan perkembangan resolusi serta bagaimana cara menakar keberhasilannya.

Alasan kedua mengapa resolusi kita dianggap gagal, yakni bahasa yang digunakan terlalu negatif. Ketika beresolusi untuk berhenti makan junk food maka ini akan jadi hal yang sulit karena bisa menjadi bumerang untuk diri sendiri. Alih-alih bisa tak lagi makan junk food, malahan kita akan terus memikirkannya. Kenapa demikian? Dalam ilmu psikologi hal tersebut disebut dengan Streisand Effect, yang mana segala sesuatu yang dilarang maka akan semakin menimbulkan rasa penasaran karena pemikiran manusia memiliki kecenderungan untuk selalu mencari tahu. Maka, mulai sekarang cobalah untuk membingkai resolusi dalam bahasa yang lebih positif.

Alasan yang terakhir yaitu karena resolusi itu tidak pas untuk kita. Hal ini bisa terjadi karena resolusi yang kita buat itu berdasarkan atas tuntutan dari orang lain, misal orang tua, saudara, teman,sahabat,dsb. Kendala terbesar lain yang membuat kita lebih sering gagal saat membuat resolusi adalah karena resolusi itu tidak mencerminkan apa yang sebenarnya kita inginkan. Alpert mengungkapkan bahwa terkadang orang membuat resolusi yang berhubungan dengan harapan orang terhadap diri kita. "Resolusi harus dibuat untuk individu," kata Alpert. "Namun, seringkali orang dipengaruhi oleh teman-teman, keluarga, dan apa yang mereka lihat di masyarakat." Maka penting bagi kita untuk menetapkan tujuan untuk diri sendiri bukan orang lain.

Lalu bagaimana caranya kita membuat sebuah resolusi tanpa sebuah angan-angan yang ditulis saja? Ada 3 cara agar resolusi kita bisa dicapai oleh diri kita, caranya mudah saja kok tidak perlu sebuah teori panjang lebar yang susah dipahami. Cara yang pertama yakni dengan menulis resolusi tersebut secara besar dan tempel di dinding kamar tidur, ini adalah salah satu bentuk cara terbaik karena tiap malam sebelum tidur atau saat baru bangun tidur, bahkan saat sedang asyik rebahan kita bisa membaca list-list berisi keinginan yang ingin kita capai. Dengan cara ini, kita akan jadi lebih termotivasi.

Cara kedua yaitu kita bisa flashback atau mengenang tahun sebelumnya. Tujuannya adalah mengingat apa saja resolusi yang ingin dicapai di tahun sebelumnya, jika masih ada yang belum tercapai maka jangan terburu-buru memikirkan untuk membuat resolusi baru di tahun baru ini karena nasibnya akan terbengkalai seperti resolusi tahun-tahun sebelumnya. Jadi alangkah lebih baik kita selesaikan dulu resolusi kita yang belum terlaksana di tahun sebelumnya.

Cara yang terakhir yakni kita bisa menyerahkan list atau daftar keinginan yang ingin dicapai di tahun baru ke orang terdekat, seperti orang tua atau sahabat, agar kita bisa selalu diingatkan untuk tidak bermalas-malasan. Karena daftar resolusi itu tidak akan pernah tercapai jika kita terus menunda dan bermalas-malasan mewujudkannya. Beberapa tips ini bisa membuat kita makin percaya diri untuk membuat dan mewujudkan resolusi di 2021. Walau tak dapat dipungkiri bahwa rasa ragu untuk menjalankan resolusi tahun ini masih ada. Terlebih setelah rangkaian peristiwa yang tak terduga di tahun 2020 akibat pandemi Covid-19 hingga beberapa kejadian tak mengenakkan di awal tahun 2021 ini seperti, jatuhnya pesawat Sriwijaya Air SJ-182, wafatnya Syekh Ali Jaber, hingga berbagai peristiwa bencana alam di Indonesia.

Kita semua tentunya berharap di tahun ini lebih baik daripada tahun sebelumnya. Namun realitanya baru di bulan Januari ini saja negara Indonesia mengalamai banyak musibah, sungguh awal tahun yang berat. Semoga kita semua tidak memilih pilihan untuk menyerah akibat apa yang terjadi di awal tahun ini ya! Kita adalah generasi penerus bangsa yang tangguh. Buktinya kita sudah bisa bertahan dari masa penjajahan hingga masa pandemi seperti sekarang, kita bukanlah orang-orang yang memiliki mental tempe, yang pasrah pada keadaan dan kemudian memutuskan untuk mengakhiri hidup dengan bunuh diri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun