Membuka folder file2 lama, menemukan kembali coretan kata yang pernah saya tulis dulu, sekitar bulan Desember 2009. Puisi ini pernah diikutkan lomba. Nama persis lombanya saya lupa. Yang jelas, saat itu peserta diminta menginterpretasikan gambar dan menuangkannya dalam bentuk puisi. Saya memilih gambar/foto awan gelap dengan seekor burung yang melintas dengan sayapnya yang nampak indah... Saya bagi coretan ini untuk pembaca semua. Semoga berkenan. Jika ingin mengapresiasi/mengkritik, saya persilahkan dengan senang hati sebagai bagian dari proses kreatif untuk karya2 yang berikutnya :) :)
Pulang
Kepak sayap burung yang tak berbayang
Mengingatkanku bahwa opera malam akan dimulai
Kemanakah mereka akan dibawa oleh angin?
Yang kutau pasti mereka ingin bergegas pulang
Terlalu lelah mengelilingi alam hari ini
Arak-arakan awan hitam bagai kelambu saja
Menyuruh matahari segera enyah
Dan menggantinya dengan lampu-lampu kota
Senja menyimpan rahasianya sendiri
Yang selalu ingin kukerat
Hingga berlubang dan membukakan tabirnya
Adakah kegelapan membawa rahasia?
Jika memang ada ingin aku bergegas pulang
Mengendap-endap dari balik jendela
Dan mencuri dengar percakapan awan dan burung
Tentang kepulangan manusia yang tak bisa tertunda
Aku sendiri belum pernah pulang ke rumah
Tempat jiwa dan raga bersandar dalam keabadian
Sejenak aku dengar awan berbisik pada burung
Bahwa kegelapan pertanda kebinasaan
Maka awan menyuruh burung bergegas pulang
Sebelum langit benar-benar gelap
Pulang ke rumah singgah dan menyiapkan bekal
Sebelum rumah keabadian dibukakan pintunya
Bila esok mereka masih diijinkan tinggal di rumah singgah
Maka mencari bekal bukanlah kemustahilan
Mengais sesuap dua suap nasi dan seteguk air
Yang akan menghapus dahaga di rumah keabadian
-Linna-
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H