Awal semester ganjil tahun 2013/2014, IPB kembali meng-evaluasi hasil belajar mahasiswa/i pada semester genap 2012/2013. Tidak sedikit dari evaluasi ini, IPB terpaksa harus melepaskan putra/putri terbaik bangsa tersebut, untuk mengakhiri status mahasiswanya di jadwal yang bukan seharusnya berakhir status mahasiswa mereka. Alias Drop Out (DO).
Kriteria pemutusan studi tersebut semua tertulis dalam buku Panduan Program Pendidikan Sarjana. Sebagai salah satu contoh, belakangan ini kalangan civitas akademika IPB ‘dikejutkan’ dengan berita mahasiswa tingkat akhir yang terpaksa harus Drop Out. Mahasiswa ini telah mengulang matakuliah Tingkat Persiapan Bersama (TPB) sebanyak dua kali dan tetap mendapat nilai E. Sesuai dengan kreteria pemutusan studi dalam buku Panduan Program Pendidikan Sarjana, mahasiswa ini terpaksa harus diberhentikan atau dikeluarkan dari IPB.
Miris rasanya melihat peristiwa tersebut, namun agar akreditasi dan kualitas dari suatu perguruan tinggi baik, IPB harus menyeleksi mahasiswa-mahasiswa terbaik untuk menjadi lulusan sarjana yang baik dan berkualitas serta mampu berkompetensi dalam dunia kerja.
Kalau sudah begini, pernyataan “mendapat nilai E sama dengan Kiamat” adalah benar (?).
“Apakah tidak ada harapan lagi kalau telah mendapat huruf mutu E ? “
“Apakah perjuangan keras berhenti ketika telah mendapat huruf mutu E? “
“Apakah tidak ada solusi lagi ketika telah mendapat huruf mutu E ?”
Akhirnya pernyataan “penyesalan selalu datang terakhir” yang selalu terucap. Seharusnya pertanyaan-pertanyaan tersebut dijadikan evaluasi bagi diri sendiri.
“Mengapa bisa mendapatkan nilai huruf mutu E disaat teman-teman lain mendapat nilai bagus?”
“Apakah selama ini mengikuti pelajaran dengan baik dikelas?”
“Apakah ketika dikelas mendengarkan dan memperhatikan dosen dengan baik?”
“Apakah tugas-tugas yang diberikan Dosen dikerjakan dengan baik?”
“Apakah cara belajar telah teratur dengan baik ?”
Pertanyaan-pertanyaan evaluasi yang lebih banyak muncul dibanding pertanyaan-pertanyaan menuntut ketika telah mendapat huruf mutu E. Artinya pernyataan “penyesalan selalu datang terakhir” adalah pernyataan yang belum lengkap. "Penyesalan selalu datang terakhir, segera lakukan evaluasi dan semangat memperbaikinya" adalah pernyataan lengkapnya.
Dengan evaluasi terhadap kesalahan yang terjadi tentu akan menimbulkan rasa tidak ingin jatuh dilubang yang sama. Kalau sudah berfikiran seperti ini, semangat untuk memperbaiki kesalahan tersebut agar tidak terulang kembali pada kesalahan yang sama akan timbul. Adanya rasa seperti ini akan membuat kesungguh-sungguhan dalam memperbaiki kesalahan agar menjadi lebih baik lagi. Makanya evaluasi diri terhadap kesalahan yang terjadi adalah penting bagi semua orang. Jika sudah mampu berfikiran untuk mengevaluasi kesalahan yang terjadi, seharusnya tidak ada peristiwa mahasiswa yang di DO karena telah mengulang beberapa kali dan masih tetap mendapat E. Karena mahasiswa tersebut akan melakukan evaluasi diri dan segera bersungguh-sungguh untuk memperbaiki kesalahan yang dialaminya agar tidak terulang kembali. Sehingga sekarang pernyataan “mendapat nilai E tidak sama dengan Kiamat” adalah yang benar