Mohon tunggu...
Agril Ramadhan
Agril Ramadhan Mohon Tunggu... Bidan - Mahasiwa Universiatas Jendral Ahmad Yani

Mahasiwa Universiatas Jendral Ahmad Yani

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Kejuangan, Pengorbanan, dan Keberanian dari Sosok Ignatius Slamet Riyadi

29 Juni 2024   00:24 Diperbarui: 29 Juni 2024   11:39 29
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
https://id.m.wikipedia.org/wiki/Berkas:Zaterdag,_12_november_werd_in_het_stadion_te_Solo_een_grote_massabijeenkomst_geh,_Bestanddeelnr_924_(Slamet_Rijadi,_cropped).jpg

Ignatius Slamet Riyadi adalah pahlawan nasional dalam mempertahankan kemerdekaan Indonesia, beliau dilahirkan pada 26 Mei 1926 di Kampung Danukusuma Solo, Jawa Tengah. Slamet Riyadi merupakan anak kedua dari pasangan Idris Prawiropralebdo dan Soetati. Idris Prawiropralebdo ayahnya Slamet Riyadi merupakan seorang abdi dalem prajurit Keraton Surakarta dan ibu Slamet Riyadi adalah Soetati, merupakan seorang pedagang buah-buahan di pasar.

Jenjang Pendidikan Ignatius Slamet Riyadi

Ignatius Slamet Riyadi mengenyam pendidikan dasar HIS Ardjeono, sebuah sekolah swasta yang didirikan oleh perkumpulan theosofi. Hal ini kemudian membentuk kakrakter Slamet yang religius dan menjadi anggota Pandu Truno Kembang (PTK), kegiatan kepanduan dengan anggota para keluarga abdi dalem Keraton Surakarta.

Karir Beliau Selama Perang Kemerdekaan

Ignatius Slamet Riyadi merupakan pemimpin yang cerdik pada saat menyusun berbagai siasat untuk melawan musuh. Beliau juga dikenal sangat dekat dengan seluruh anak buahnya. Slamet Riyadi mendapatkan gelar Mayor pada usia 19 tahun dari Wakil Presiden Mohammad Hatta yang merangkap sebagai Menteri Pertahanan dari keberaniannya pada pengepungan markas Kempeitai di Solo, Jawa Tengah. Keberaniannya menerobos serangan peluru musuh membuat rakyat dan rekannya kagum. Berbagai hal beliau lakukan, mulai dari menghentikan laju tentara Belanda saat agresi di Salatiga, hingga perang gerilya saat agresi berlangsung. Setelah Belanda mengakui kedaulatan Republik Indonesia, beliau dipercaya untuk memimpin pasukan menghadapi para pemberontak karena telah membuat petinggi militer Belanda mengaguminya.

Kemampuannya memimpin pasukan dan kecerdikan memimpin siasat ini membuat dirinya dipercaya sebagai pemimpin, bahkan anak buah yang berusia lebih tua darinya tetap menghormati Slamet sebagai seorang pemimpin. Slamet Riyadi ditugaskan untuk meredakan aksi DI/TII. Kemampuan keramahannya terhadap rakyat membuat beliau sangat terkenal. Kondisi seperti ini membuat pasukannya bertambah kuat dalam meredakan pasukan DI/TII, sehingga membuat pasukan Kahar Muzakkar tak bisa memperluas aksinya ke daerah lain. Selanjutnya beliau dipercaya untuk memimpin pasukan dalam menumpas gerakan Republik Maluku Selatan (RMS) yang menyatakan alam berpisah dari Indonesia. Beliau bekerja di bawah komando Kolonel Alex Kawilarang. Di Maluku inilah Beliau menghembuskan napas terakhirnya akibat terkena tembakan sniper pasukan RMS yang bersembunyi di balik Benteng Victoria. Atas jasa-jasanya, pemerintah memberikan gelar pahlawan terhadap Slamet Riyadi. Pangkatnya pun dinaikkan menjadi Brigadir Jenderal Anumerta.

Tugas Terakhir Ignatius Slamet Riyadi

Pasukan Slamet Riyadi bersama dengan pasukan Kol. A.E Kawilarang ditugaskan untuk mengambil alih ibu kota dari pemberontakan RMS di Nee Victoria (Ambon) pada tanggal 3 Oktober 1950. Slamet Riyadi bersama Kawilarang memimpin tiga serangan, serangan pertama, pasukan darat menyerang dari utara dan timur, serangan kedua, pasukan laut langsung diterjunkan di pelabuhan Ambon. Sementara itu, serangan ketiga yang dipimpin oleh Slamet Riyadi dengan meransek mendekati kota melewati rawa-rawa bakau. Perjalanan penyerangan tersebut memakan waktu selama satu bulan. Dalam perjalanan, pasukan RMS yang bersenjata terus menembaki pasukan Slamet Riyadi sehingga keadaan ini menyulitkan pasukannya.

Pasukan Slamet Riyadi berhasil tiba di New Victoria, meskipun kesulitan dalam mengahadapi serangan pasukan RMS. Setibanya disana, pasukan Slamet Riyadi kembali diserang oleh pasukan RMS. Slamet Riyadi dan pasukannya menaiki sebuah tank ditembaki pemberontak. Penembakan tersebut melukai Slamet Riyadi, satu peluru yang berhasil melukai perutnya. Slamet Riyadi dilarikan ke rumah sakit kapal. Sekama mendapat perawatan untuk mengobati luka tembaknya, namun upaya ini gagal. Sehibgga Slamet Riyadi menghembuskan nafas terakhirnya pada malam hari dan jenazahnya dimakamkan di Ambon. Pada 9 November 2007, Presiden Republik Indonesia, Susilo Bambang Yudhoyono menganugerahi Slamet Riyadi sebagai Pahlawan Nasional Indonesia atas jasa-jasanya memperjuangkan dan mempertahankan kemerdekaan hingga menumpas pemberontakan. 

Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun