Globalisasi yang pesat dan dominasi budaya lain dapat menyebabkan peradaban lokal menghadapi krisis identitas. Generasi muda, khususnya Gen Z, lebih cenderung menunjukkan kecenderungan ini karena mereka cenderung lebih tertarik pada budaya asing dibandingkan budaya mereka sendiri. Selain mengancam warisan budaya, krisis identitas budaya lokal ini juga menyebabkan sulitnya melestarikan keragaman budaya di era kontemporer.
Â
Banyak alasan yang berkontribusi terhadap krisis identitas yang sering dihadapi budaya lokal. Penyebaran budaya global melalui media sosial, film, musik, dan platform digital lainnya adalah salah satunya. Karena Gen Z dibesarkan di era digital, mereka memiliki akses mudah terhadap berbagai budaya global. Akibatnya, mereka menjadi lebih mengenal dan menghargai budaya asing dibandingkan budaya lokal, yang mungkin terlihat kurang menarik dan kurang relevan. Misalnya, mereka sering kali mengikuti musik pop dunia, tren fesyen, dan gaya hidup yang dipromosikan di media sosial, sedangkan budaya lokal dianggap kurang menarik.
Â
Akibat perubahan kepentingan yang drastis, krisis identitas ini menjadi ancaman bagi kelangsungan budaya lokal. Budaya lokal mungkin akan terabaikan dan mungkin terancam punah jika Generasi Z memilih untuk memeluk budaya asing. Meskipun demikian, ada sejumlah tindakan yang telah diperhitungkan dan dapat dilakukan untuk mengatasi masalah ini dan mendukung pertumbuhan budaya daerah.
Â
Pertama dan terpenting, penting untuk mendorong pengetahuan budaya dimulai sejak dini. Konten ekstensif tentang nilai-nilai budaya lokal, adat istiadat, dan sejarah harus dimasukkan dalam kurikulum. Generasi muda akan menghargai warisan budaya mereka dan merasakan rasa memiliki jika mereka memiliki pemahaman yang kuat tentangnya. Untuk menarik perhatian siswa, program pembelajaran ini dapat menggabungkan berbagai media, termasuk media interaktif, novel, dan dokumenter.
Â
Kedua, salah satu cara praktis untuk melindungi dan memajukan budaya daerah adalah melalui pemanfaatan teknologi digital. Karena Gen Z sangat paham digital, membuat platform atau aplikasi yang menampilkan budaya daerah dengan cara yang menarik dapat menarik pengguna. Aplikasi yang menonjolkan masakan khas daerah, festival budaya, atau kerajinan tangan, misalnya, dapat mempromosikan budaya lokal secara efektif dan menarik.
Â
Ketiga, kolaborasi antara generasi tua dan muda sangat penting. Generasi tua yang memiliki pengetahuan dan pengalaman tentang budaya lokal dapat bekerja sama dengan Gen Z untuk mengembangkan cara-cara baru dalam menyebarkan budaya tersebut. Misalnya, seni tradisional bisa disesuaikan dengan gaya kontemporer yang lebih sesuai dengan selera Gen Z, sehingga budaya lokal bisa tetap relevan di era modern.
Â
Keempat, melibatkan Gen Z dalam proses pembuatan keputusan terkait budaya lokal adalah langkah strategis. Mereka harus diberi kesempatan untuk berpartisipasi dalam merancang program dan kegiatan budaya. Dengan melibatkan mereka secara langsung, akan ada rasa kepemilikan yang lebih besar terhadap budaya lokal dan keinginan untuk memelihara dan mengembangkannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H