Ketika presiden Suharto bertanya kepada Tuhan kapan indonesia akan makmur gilirah Tuhan yang menangis...
Secuplik guyonan Gusdur yang ditayangkan beberapa TV akhir-akhir ini, sepintas terasa hanya sebagai lelucon, namun bagi penulis itu bukanlah lelucon melainkan sesuatu yang harus disikapi secara serius, dan menggambarkan masa depan bangsa kita.
Gusdur hadir ketika budaya moral bangsa mengalami degradasi pada titik terendah. Budaya korupsi merajalela, masyarakat sangat materialistik dimana segala sesuatu diukur dalam bentuk materi, bahkan penghormatan terhadap orang lain diukur dari penampilan dan materi. Umat beragama sudah tidak jelas karena keyakinan beragagama hanya menghasilkan permusuhan bukan perdamaian, bahkan sesama umat islam saling mengklaim paling benar yang justru menimbulkan kebencian satu sama lain. Pembunuhan dengan motif politik sudah menjadi pemandangan sehari-hari, kaum minoritas tidak mendapat tempat yang layak untuk berdiri sama tinggi dengan masyarakat lain.
Hadirnya GUSDUR merupakan sindiran atas semua kondisi yang terjadi, hadir dalam kondisi yang tidak normal (dalam kesehatan), merupakan kritik terhadap budaya masyarakat yang terlalu materialistik, memandang orang dari penampilan, harta dan kekuasaan yang selalu menyembunyikan kebenaran. Dengan kesehatan yang tidak normal, dan kesederhanaan GUSDUR tidak perduli bahkan banyak pihak yang mencibir hanya karena beliau tidak normal, dan lawan-lawan politikpun mengganjal pencalonan beliau sebagai Presiden dengan alasan kesehatan, padalahal beliau secara psikologis dan ideologis adalah orang paling sehat pemikirannya di Negeri ini, boleh bandingkan dengan tokok politik yang ada sepangjang sejarah Indonesia.
Kesederhanaan, kasih sayang GUSDUR terhadap umat manusia tidak memandang asal-usul, suku, kelompok, agama dll, benar-benar tulus hal ini dibuktikan ketika Menjabat Presiden kedekatan dengan umat tidak berubah, tidak ada sekat yang menhalangi walaupun tahta tertinggi sebagai RI 1 ada di pundaknya, dan istanapun dirubah menjadi istana rakyat, ini adalah sindiran bagi sistem kekuasaan yang justru menjadi sekat antara rakyat dan pimpinannya bahkan terkadang perlakuan terhadap kekuasaan melebihi perlakuan terhadap Tuhan , alangkah indahnya seandainya istana tetap menjadi istana rakyat.
Sebagai Presiden dengan segala keterbatasan justru GUSDUR tampil sebagai presiden yang gagah berani mengalahkan keberanian para tentara yang mendapat pendidikan militer, dan boleh dibilang GUSDUR adalah Presiden paling berani selama sejarah RI. Berani membuat kebijakan yang diyakininya benar apapun resikonya sekalipun harus berhadapan dengan tentara(bandingkan dengan Suharto yang berani karena tentara adalah punya dia), dicaci maki, dihina, bahkan diturunkan dari jabatan sekalipun bukan sesuatu yang akan menghambat langkah-langkah beliau, yang beliau tidak berani adalah membunuh lawan politiknya, membunuh rakyatnya sendiri.
Sebagai Kyai, Gusdur sangat kritis terhadap kelompok-kelompok islam yang selalu menganggap paling benar bahkan sering menggunakan kekerasan terhadap kelompok lainnya dengan alasan-alasan agama, bukankah islam dilahirkan untuk menciptakan perdamaian di muka bumi. Pandangan keislaman beliau adalah pandangan islam sejati yang sudah dibuktikan dengan sikap, tindakan, sifat kasih sayang, sifat melindungi bandingkan dengan sikap kelompok yang menganggap dirinya benar dengan menjual ayat-ayat tuhan bahkan berteriak menyebut nama tuhan sedangkan sikapnya lebih "buas" dan lebih "sombong" dibadingkan "setan".
Dari perjalanan hidup beliau, dan ujian-ujian keimanan yang beliau hadapi penulis yakin bahwa GUSDUR adalah orang yang dipilih tuhan untuk Indonesia, untuk meluruskan degradasi moral yang menjadi penyakit sehingga Indonesia tidak maju-maju. Bukankah tuhan akan selalu mengirimkan seorang utusan untuk setiap umatnya, dan pada saat itu Kondisi sosial, kultur masyarakat yang berada pada tititik terandah, bangsa kita membutuhkan seorang utusan tuhan untuk meluruskan apa yang sedang terjadi.
Gaya politik beliau adalah gaya politik penuh kejujuran dimana ucapan, tindakan , pemikiran dan hati menjadi satu dan sejalan. Apa yang perlu diucapkan dan dilakukan sesuai dengan kata hati benar-benar diucapkan walaupun akan dianggap aneh,kontroversi, diserang dll, namun keyakinan beliau untuk mengucapkan yang benar walaupun akan terasa sakit benar-benar sudah menjadi satu.
Sebagai orang yang dipilih tuhan tentunya GUSDURÂ mengalami ujian keimanan yang bertingkat-tingkat. Bandingkan dengan para Nabi dan Rosul yang selalu akan diuji keimanannya secara bertingkat. Ciri dari ujian itu adalah keterikatan dengan urusan-urusan duniawi. GUSDUR mengalami masa penghinaan dan pandangannya selalu dianggap kontroversi. Bukankah para Rosul, Nabi, Wali selalu menjadi kontroversi pada jamannya masing-masing dan selalu mendapat hinaan, dari orang-orang yang berbeda pandangan. Ujian terakhir Gusdur adalah ketika harus kehilangan tahta kepresidenan dengan cara-cara yang sangat menyakitkan. Namun GUSDUR tetap tegar, keimanan dan keyakinan tidak goyah hanya karena kehilangan tahta. Padahal waktu itu, bahkan jauh sebelum menjadi presiden GUSDUR mengalami serangan stroke yang sangat hebat, dan sempat tidak sadar dalam beberapa waktu. Bagi orang biasa, serangan stroke ringan saja akan sangat berbahaya bila mendapat tekanan-tekanan fsikologis, namun ternyata itu tidak berlaku bagi GUSDUR.
Sebagai individu yang telah mengalami ujian yang panjang, maka sudah lengkaplah perjalanan kehidupan dunia dan Tuhanpun telah memanggil kembali GUSDUR ke sisinya. Namun Tuhan benar-benar menangis! sesuai dengan judul tulisan diatas...kenapa??