Mendaki gunung merupakan kegiatan berbahaya dan masuk dalam katagori olahraga ekstrim. Dewasa ini, mendaki menjadi trend tersendiri bagi sebagian kalangan muda di Indonesia. Namun sayangnya fenomena ini kurang mendapatkan perhatian bagi pendaki saat ini, terutama dalam segi keamanan dan keselamatan.
Mengingat angka kecelakan dalam pendakian meningkat tajam, komunitas pegiat alam bebas Suara Persaudaraan Alam Semesta Indonesia (SPASI) mencatat 59 jiwa menjadi korban dalam kurun waktu Januari 2013 sampai dengan Oktober 2016. Bahkan pada Oktober 2016, 2 pendaki gunung Semeru Candra Hasan dan Sahat M Pasaribu meninggal dengan selisi waktu 2 hari. Ini jelas menjadi catatan kelam dunia pendakian Indonesia dan harus segera dievaluasi.
Minimnya pengetahuan para pendaki pemula menjadi faktor utama tingginya angka kecelakaan di gunung. Banyak orang yang tergiur foto dengan latar yang bagus tetapi tidak mengetahui proses mencapainya. Pengawasan ketat dari Taman Nasional atau Instansi pemegang Kebijakan wajib ditingatkan. Pemeriksaan kelayakan mendaki dan prosedur lainnya jangan diabaikan. Karena masih banyaknya oknum-oknum petugas balai besar taman nasional menyepelekan hal tersebut.
Tidak lupa pendidikan sebelum mendaki gunung wajib diberikan kepada siapapun yang ingin mencoba kegiatan tersebut, guna meminimalisir hal yang membahayakan karena kurangnya pengetahuan kita tentang pendakian. Kepekaan, berbagi pengalaman, dan saling mengingatkan wajib hukumnya bagi sesama kita yang bergelut dengan hobi yang sama.
Cahyo relawan keselamatan gunung Semeru mengatakan, ada perubahan alur antara pendaki tahun 90-an dengan sekarag, kalo dulu kami belajar dulu baru mendaki, sekarang mendaki dulu belajarnya sambil jalan.
“dulu wajib diklat (pendidikan dan latihan) mas, minimal ada yang berpengalaman kalo emang gak ikut diklat karna gak ikut komunitasnya, dan itupun gunung-gunung yang rendah dulu, ketinggian 2500 meter kebawah, wong sekarang baru nonton film langsung mau ke Semeru”, katanya dalam pembekalan materi sebelum pendakian.
Cahyo memberikan tips yang aman dan nyaman sebelum melakukan pendakian. Yang terpenting, izin orang tua sarat mutlak mendaki, kebugaran fisik dan kesiapan mental tatkala pentingnya, lalu pelajari kemana kita akan mendaki. “karena semua gunung punya ciri khasnya masing-masing” kata Cahyo.
Persiapkan alat pendakian dan pembekalan sesuai kebutuhan selama pendakian, jaga sikap, sopan sebagaimana kita datang kerumah orang lain dan jangan lupa bawa turun sampahnya.
Jika kita patuh dengan aturan yang sudah ditetapkan keamanan dan kenyamanan mendaki pasti kita rasakan.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H