Mohon tunggu...
Pepen Prayoga
Pepen Prayoga Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Lyfe

Antara Hobi dan Uji Nyali

2 Mei 2017   12:21 Diperbarui: 2 Mei 2017   12:30 158
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber : https://pixabay.com/en/adventure-climb-hike-hiking-1868253/

Mendaki gunung merupakan kegiatan berbahaya dan masuk dalam katagori olahraga ekstrim. Dewasa ini, mendaki menjadi trend tersendiri bagi sebagian kalangan muda di Indonesia. Namun sayangnya fenomena ini kurang mendapatkan perhatian bagi pendaki saat ini, terutama dalam segi keamanan dan keselamatan.

Mengingat angka kecelakan dalam pendakian meningkat tajam, komunitas pegiat alam bebas Suara Persaudaraan Alam Semesta Indonesia (SPASI) mencatat 59 jiwa menjadi korban dalam kurun waktu Januari 2013 sampai dengan Oktober 2016. Bahkan pada Oktober 2016,  2 pendaki gunung Semeru  Candra Hasan dan  Sahat M Pasaribu meninggal dengan  selisi waktu 2 hari. Ini jelas menjadi catatan kelam dunia pendakian Indonesia dan harus segera dievaluasi.

Minimnya pengetahuan para pendaki pemula menjadi faktor utama tingginya angka kecelakaan di gunung. Banyak orang yang tergiur foto  dengan latar yang bagus tetapi tidak mengetahui proses mencapainya. Pengawasan ketat dari Taman Nasional atau Instansi pemegang Kebijakan wajib ditingatkan. Pemeriksaan kelayakan mendaki dan prosedur lainnya jangan diabaikan. Karena masih banyaknya oknum-oknum petugas balai besar taman nasional menyepelekan hal tersebut.

Tidak lupa pendidikan sebelum mendaki gunung wajib diberikan kepada siapapun yang ingin mencoba kegiatan tersebut, guna meminimalisir hal yang membahayakan karena kurangnya pengetahuan kita tentang pendakian. Kepekaan, berbagi pengalaman, dan saling mengingatkan wajib hukumnya bagi sesama kita yang bergelut dengan hobi yang sama.

Cahyo relawan keselamatan gunung Semeru mengatakan, ada perubahan alur antara pendaki tahun 90-an dengan sekarag, kalo dulu kami belajar dulu baru mendaki, sekarang mendaki dulu belajarnya sambil jalan.

“dulu wajib diklat (pendidikan dan latihan) mas, minimal ada yang berpengalaman kalo emang gak ikut diklat karna gak ikut komunitasnya, dan itupun gunung-gunung yang rendah dulu, ketinggian 2500 meter kebawah, wong sekarang baru nonton film langsung mau ke Semeru”, katanya dalam pembekalan materi sebelum pendakian.

Cahyo memberikan tips yang aman dan nyaman sebelum melakukan pendakian. Yang terpenting, izin orang tua sarat mutlak mendaki, kebugaran fisik dan kesiapan mental tatkala pentingnya, lalu pelajari kemana kita akan mendaki. “karena semua gunung punya ciri khasnya masing-masing” kata Cahyo.

Persiapkan alat pendakian dan pembekalan sesuai kebutuhan selama pendakian, jaga sikap, sopan sebagaimana kita datang kerumah orang lain dan jangan lupa bawa turun sampahnya.

Jika kita patuh dengan aturan yang sudah ditetapkan keamanan dan kenyamanan mendaki pasti kita rasakan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun