Mohon tunggu...
Agoes Ibrahim
Agoes Ibrahim Mohon Tunggu... Lainnya - Karyawan Asuransi

independents, cool, low profile...

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Jangan Kapok, yaa.... Hehehe...

27 Mei 2011   06:21 Diperbarui: 26 Juni 2015   05:09 1140
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

siapa berani tinggal di Jakarta, siapa berani naik Bus Umum di Jakarta.

Pasti anda sering melihat bus umum yang melayani trayek dalam kota berkeliaran di jalanan ibukota. Bagaimana kondisinya ? tentu anda bisa menilainya meskipun belum pernah menaikinya, dan pasti sebagian besar dari anda akan menilai buruk dan jauh dari ukuran standar manusiawi.

Semestinya angkutan umum seperti bus kota bisa menjadi salah satu solusi atas rumitnya permasalahan transportasi dan lalu lintas di Jakarta. Namun yang terjadi bus kota malah menjadi momok yang menakutkan bagi sebagian masyarakat. Bukannya menyelesaikan masalah tetapi justru menambah persoalan yang ada.

Pernah kah anda melihat atau bahkan menjadi peumpang Bus PPD 213 jurusan Kampung Melayu-Grogol. Bus Mercedez Benz tipe lama yang berwarna putih dengan garis cat warna 'oren' ditengahnya merupakan bus andalan warga, penumpangnya mulai dari joki '3in1', kuli bangunan, mahasiswa sampai pegawai kantor pemerintah dan swasta bahkan pengusaha kecil dan menengah, mereka semua sering menggunakan jasa bus kota ini.

Meskipun jauh dari kenyamanan, Bus PPD 213 ini selalu dipenuhi penumpang, dan akan melebihi kapasitas ketika jam jam sibuk, pagi dan sore. Mungkin karena trayeknya yang strategis dari timur ke barat, Kampung Melayu-Matraman-Salemba-Pegangsaan/Cikini-Taman Surapati-Jalan Imam Bonjol-Bundaran HI-Jalan Sudirman-kampus atma jaya-Semanggi-JHCC-MPR/DPR-Slipi-Mall Taman Anggrek-Grogol. Pagi hari, coba lihat di terminal bus kampung melayu. Banyak orang berebut untuk dapat naik bus ini, yang mengenaskan banyak diantara penumpang tersebut adalah wanita dan jarang terlihat 'anak sekolahan', mungkin kondekturnya sering mengeluh karena ongkos 'anak sekolahan' sedikit lebih murah, bahkan tak jarang mereka maunya 'gratis'.

Siang atau malam hari atau ketika bus tidak begitu 'berdesakan' kita akan di 'hibur' oleh banyak pengamen bus kota. Mulai dari yang anak anak hingga yang tua renta, dari yang baik baik hingga yang bertingkah seperti preman, semuanya bergantian 'manggung' di bus 213. Belum lagi anda juga akan menemui banyak penawaran dari para 'sales bus kota' dan permohonan sumbangan dari para 'aktivis' baik itu untuk kepentingan organisasi ataupun untuk  kepentingan keluarga atau pribadi. Dan yang paling mengerikan adalah banyaknya tindak kejahatan, tak peduli keadaan bus ramai atau pun sepi, tindak kejahatan bisa terjadi dan menimpa siapa saja.

Bus 213 merupakan salah satu gambaran pelayanan transportasi yang buruk di Jakarta, mulai dari usia kendaraan yang tidak layak operasi, mesin yang suka mogok, awak bus yang tidak simpatik, semaunya mengevakuasi penumpang ke bus lain, supir 'tembak' dan yang ugal ugalan, pemaksaan pemenuhan jumlah penumpang melebihi kapasitas maksimum hingga menurunkan penumpang dalam kondisi kendaraan yang sedang berjalan.

Sungguh mengherankan dan 'lucu', tapi jangan ditertawakan, di kota besar yang merupakan Ibukota Negara dan era teknologi yang semakin maju kendaraan transportasi seburuk itu masih saja diberdayakan untuk beroperasi. Masyarakat pun sepertinya tidak diberikan pilihan pelayanan transportasi yang memadai, ada satu pilihan lain yang sedikit lebih layak, yaitu naik Bus Transjakarta, akan tetapi masih ada kekurangannya yaitu jumlah armada yang masih sedikit dan trayek yang masih terbatas sehingga timbul antrian panjang membuat waktu tempuh perjalanan menjadi lama dan jumlah penumpang yang penuh sesak serta rawan tindak kejahatan.

Entahlah, kapan kita bisa menikmati transportasi yang nyaman dan aman. Sebagai masyarakat biasa kita hanya bisa menunggu realisasi proyek yang telah direncanakan Pemda dan Pemerintah Pusat. Transjakarta merupakan salah satunya, namun itu belum cukup untuk menyelesaikan banyaknya persoalan, Jakarta memerlukan banyak angkutan transportasi massal. Selain itu, pengawasan dan penegakan hukum terhadap pelanggaran lalu lintas juga mesti di optimalkan.

Jika permasalahan transportasi ini tidak berubah juga maka akan semakin banyak masyarakat yang lebih memilih menggunakan kendaraan pribadi, dengan alasan: meski jalan dalam keadaan macet, kita masih bisa merasakan kenyamanan dan keamanan naik kendaraan sendiri daripada naik bus umum yang memakan waktu lama dan jauh dari rasa aman serta nyaman.

Jangan kapok ya naik angkutan umum di Jakarta...

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun