Mohon tunggu...
Agus Sutikno
Agus Sutikno Mohon Tunggu... Koki - Belajar, belajar dan terus belajar.

Sederhana dan menghargai prosesnya.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Jadilah Sarah, Jangan Jadi Zaenab

4 Januari 2020   07:51 Diperbarui: 4 Januari 2020   08:58 252
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

JADILAH SARAH JANGAN JADI ZAENAB

Tak selamanya wanita cantik, alim, sopan, santun dalam bertutur kata serta lembut dalam berperangai akan memenangkan hati pria idamannya. Zaenab adalah salah satunya. Dia kalah telak dengan non Sarah dalam memenangkan sebuah hati. Sarah yang notabene datang belakangan dalam merebut cinta cowok idamannya, dimana di saat yang sama sang cowok juga sedang dekat dengan Zaenab. Adalah si tukang insinyur Kasdullah atau yang lebih akrap dipanggil si Doel.

Kenapa? Apa Karena Sarah cantik? Saya rasa tidak. Lha wong Zaenab juga tidak kalah cantiknya. Apa karena Non Sarah kaya?  Tidak juga. Si Doel tidak pernah mau memakai fasilitas apapun dari Sarah selama dia ber PDKT dengan non Sarah yang kaya Raya itu. Sarah selalu yang harus menyesuaikan gaya hidup si Doel.

Terus kenapa?

Ya karena Sarah mengejar, bukan menunggu dan berharap seperti Zaenab. Sarah begitu aktif datang kerumah si Doel, tak segan tiba tiba memberi hadiah atau membawa oleh oleh untuk keluarga si Doel. Sarah bisa dengan cepat membaur dengan keluarga si Doel.

Sedangkan Zaenab yang sudah mengenal si Doel sedari kecil menjadi kalah akrab. Zaenab terlalu mengikuti semacam norma norma yang kadang membatasinya. Ra wani bludusan. Jauh beda dengan si Sarah yang bisa dhas dhes menganggap rumah si Doel seperti rumah sendiri. Rumah yang sebenarnya sering Zaenab kunjungi dari kecil dulu.

Ya, intinya karena Zaenab benar benar selalu memposisikan sebagai tamu ketika berkunjung kerumah si Doel.

Zaenab - si Doel adalah pribadi yang hampir sama. Sama sama pribadi yang tertutup, lebih mengedepankan ewuh perkewuh dari pada kata hati.  Mereka sebenarnya bisa menjadi keluarga yang sakinah mawadah dan warahmah andai mereka menikah. Tapi Sarah datang sebagai pembeda.

Dia datang dengan segala daya upayanya untuk memenangi hati si Doel. Tidak berkelas untuk sebagian yang berpikir konservatif tapi hal yang legal dan syah menurut perundang undangan hati. Sarah sadar betul, Cinta adalah perjuangan kata kata. Lha Zaenab? Zaenab yang menunggu. Sedang si Doel yang ra cak cek, pemalas dalam urusan memperjuangkan hati. Cinta segitiga yang tidak seimbang. Zaenab kalah, tertinggal dalam sebuah penantian panjang.

Pesan yang didapat dari kisah mereka adalah kita jangan hanya menunggu. Perjuangankan cintamu. Ingat, cinta akan selalu ada untuk yang dekat dan hangat.

Sekian

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun