Mohon tunggu...
Agus Hermawan
Agus Hermawan Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

Ku lukiskan diri ku dalam satu bentuk "Canvas" | twitter @agoeschomel

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Welcome to The New World Asean Community 2015

25 Juli 2013   23:56 Diperbarui: 24 Juni 2015   10:02 1360
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Oleh:Agus Hermawan

*Volunteer Pengelola akun twitter @Aseancom2015&Wakil Ketua DPD KNPI Kota                Palangka Raya

Dan 546 hari lagi. Ya, kurang lebih itulah waktu tersisa yang kita miliki sebelum memasuki gerbang Integrasi ASEAN per 31 Desember 2015 nanti, berdasar countdown atau hitung mundur di website www.aseancom2015.com. Apa itu Integrasi ASEAN atau ASEAN Community?. Setelah krisis ekonomi yang melanda khususnya kawasan Asia Tenggara, para kepala Negara ASEAN pada Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ASEAN ke-9 di Bali, Indonesia tahun 2003, telah menyepakati pembentukan komunitas ASEAN (ASEAN Community) dalam bidang Keamanan Politik (ASEAN Political-Security Community), Ekonomi (ASEAN Economic Community), dan Sosial Budaya (ASEAN Socio-Culture Community) yangdikenal dengan Bali Concord II. Untuk pembentukan ASEAN Economic Community (AEC) pada tahun 2015, ASEAN menyepakati perwujudannya diarahkan pada integrasi ekonomi kawasan yang implementasinya mengacu padaASEAN Economic Community (AEC) Blueprint atau pedoman-pedoman mendasar yang disepakati. Dan pada awalnya AEC baru akan diimplementasikan pada tahun 2020 pada KTT ASEAN ke-2 tahun 1997 di Kuala Lumpur, Malaysia. Namun dipercepat menjadi 2015 dengan beberapa alasan mengemuka di atas tadi. (sumber: Buku “Menuju Asean Economic Community 2015. Departemen Perdagangan Republik Indonesia)

Dengan kata lain, AEC melalui ASEAN Community 2015 adalah gerbang menuju pasar bebas di kawasan Asia Tenggara. Sebagai pasar yang menunggal dan berbasis produksi yang didukung dengan elemen aliran bebas barang, jasa, investasi, tenaga kerja terdidik dan aliran modal yang lebih bebas.

Kesiapan Indonesia Menghadapi ASEAN Community 2015

Bagaimana kesiapan Indonesia Menghadapi ASEAN Community 2015?. Berdasar data dari BKKBN (Badan Koordinasi Keluarga Berencana Nasional) tahun 2013 penduduk Indonesia telah mencapai 250 juta jiwa atau dengan kata lain Negara dengan jumlah penduduk terbesar di ASEAN. Potensi yang besar sekali untuk rising atau bangkit sebagai Negara adi daya di ASEAN. Namundisisi lain potensi ini juga bisa dimanfaatkan sebagai market atau pasar besar-besaran dari Negara-negara tetangga. Semisal Singapura, Malaysia, Thailand, Vietnam, Brunei Darussalam, Filiphina, Laos, Myanmar dan Kamboja. Jika bangsa ini tidak awas dan bersiap diri dalam menghadapinya.

Bagaimana dengan kebijakan pemerintah terkait hal ini?. Terlalu njlimet sepertinya kalau kita diminta untuk menganalisa hal ini. Tapi simpelnya begini. Ada tidak kurikulum atau barang sekedar mata pelajaran pengenalan tentang ASEAN Community disekolah-sekolah tingkat pertama atau tingkat atas di Indonesia hari ini?. Yang hal ini sudah dimulai Singapura dan Malaysia sejaktahun 2008 melalui program ASEAN Goes to School. Atau sejauh mana sosialisasi pemerintah mengenai wacana ASEAN Community 2015 kepada masyarakat?. Hal ini pun tidak santer terasa, kelihatannya pemerintah kita lebih asyik membahas kenaikan BBM (Bahan Bakar Minyak) untuk menekan inflasi ketimbang memperkuat produksi dan pendapatan dengan memberdayakan ekonomi sektor riil untuk mandiri dan berdaya saing menyambut momentum ASEAN Community 2015 nanti.

Political Will Yang Bertolak Belakang

Dengan implementasi sistem pendidikan yang masih value oriented belum lagi pada Character Building, meski kurikulumnya sudah berubah nama menjadi Character Building. Generasi kita masih dibebani PR banyak untuk menghadapi ASEAN Community 2015. UAN (Ujian Akhir Nasional) yang semula dianggap sebagai jalan untuk menyetarakan dan menciptakan generasi yang intelek dan berdaya saing global pun hanya menghasilkanmasalah demi masalah yang tak kunjung usai dengan proses kelulusan yang banyak manipulasi dan akal-akalan. Belum lagi terkait kasus korupsi yang marak terjadi di Departemen Pendidikan, the trouble is complicated pokoknya.

How about the citizen, bagaimana dengan masyarakatnya?. Anda tahu MUSRENBANG (Musyawarah Perencanaan Pembangunan)?. Yah, musyawarah tahunan ditingkat desa atau kecamatan yang menjadi pondasi awal anggaran APBD dan APBN setiap tahunnya ini bisa menjadi parameter atau tolak ukur atas kemapanan SDM (sumber daya manusia) dan kesejahteraan rakyat setiap tahunnya. Kalau rumusan MUSRENBANG nya sudah mencakup pada program pengembangan produksi ekonomi rill, misal seperti “Pemberdayaan dan Produksi Pengolahan Daging Kepiting di Kecamatan Kumai Desa Bogam Raya”, maka bisa dibilang bahwa tingkat kesejahteraan dan kualitas manusia didaerah tersebut sudah berada pada taraf siap bersaing dan better value for ASEAN Community 2015. Tapi mohon maaf, jika pembahasan MUSRENBANG masih seputar pembangunan jalan, renovasi gedung desa, pembangunan jembatan kayu akses antar desa. Anda pun dapat menilai sudah siap atau tidakkah masyarakat-masyarakat kita menghadapi ASEAN Community 2015 nanti.

Kebijakan pemerintah yang bertolak belakang bukanlah barang baru. Amanat UUD 1945 soal mensejahterakan kehidupan rakyat. Seolah-olah hanyalah barisan teks pada selembar kertas yang tidak mewujud pada kehidupan Indonesia hari ini. Banyaknya kebijakan Top-Down (dari atas ke bawah), ketimbang mengambil aspirasi rakyat Bottom-Up (dari bawah ke atas). Menjadi soal klasik yang tidak bisa disikapi dengan arif dan bijaksana. So many opportunity, banyaknya kepentingan-kepentingan golongan dan warna menjadi soal klasik yang masih memodern sampai detik ini. Lihat saja kelakukan para elite dan pejabat publik masa kini. Menjelang PEMILU Legislatif tahun 2014 dan PILPRES 2015 nanti saja, seolah mau perang Baddar. Isu-isu seputar aib seseorang dengan dalih mematikan golongan tertentu pun bermunculan. Sudah jadi habbit sepertinya, sehingga kebiasaan semacam ini terus dibudidayakan sebagai konsumsi publik. Tak tahu opini apa yang coba dibentuk, mungkin pemerintah kita berharap menjelang ASEAN Community 2015 masyarakat kita dituntut untuk heboh dan membahana menjadi tukang gosip semuanya. Aiiihhh, meanless benget deh.

Dan tersisa 546 hari lagi. Walau bagaimanapun, kita tetap berharap pemerintah baik pusat maupun daerah hari ini segera menyadari hal ini. Menjadikan isu ASEAN Community 2015 ini sebagai persiapan pokokyang diarus utamakan ketimbang isu-sisu seputar politik praktis berikutnya. Toh, bukan jaminankan saat punya wakil rakyat baru nantinya di 2014, mereka sudah tanggap dan peka dengan isu ASEAN Community 2015 ini, tahu saja mungkin enggak dengan isu ini?. Karena kita tidak ingin, sementara dokter-dokter Singapura nantinya praktek di Rumah Sakit (RS) dan kita hanya sebagai pasien saja. Karena kita tidak ingin, sementara Hotel-hotel berbintang di Palangka Raya berdiri subur oleh tangan-tangan Malaysia dan kita nanti hanya jadi tamunya saja. Karena kita tidak ingin, sementara guru-guru sekolah kita nantinya berasal dari Filiphina dan kita lagi-lagi hanya jadi muridnya saja. You know? your country it doesn’t need world, but world is need your country. Jika anda pahami betul kalimat satu ini, bahwa Indonesia tidaklah membutuhkan dunia, tapi dunia jelas sekali membutuhkan Indonesia. Kita miliki semuanya. Air, tanah, udara dan api bahkan lebih bahagia bersama kita disini, di Indonesia. Lalu kenapa Negara kita masih miskin yang seharusnya kaya raya. Tiada lain persoalannya adalah karena kita kurang pandai bersyukur. Bersyukur pada dimensi seharusnya adalah dengan menjaga, merawat dan mengelola lahir batin atas pemberian sepenggal syurga yang dititipkanTuhan Yang Maha Esa pada kita.

Salam ASEAN Community 2015

One Vision, One Identity, One Community

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun