“Adalah mimpi yang telah menyeretku lari dan terbangun dari tempat tidurku. Ia nya hadir pada sesiapa yang dikehendaki tanpa diminta, tanpa dibayar. Hanya patut terima bagi mereka yang rela membuka tidur baginya. Mimpi yang datang dengan pesan Tuhannya mengabarkan betapa aku harus hidup tidak dengan hanya memanggul tugas membesarkan nama sahaja, tapi juga berkhitmad berguna bagi sesama. Mimpi....iman aku menyebutnya”.
Diantara banyak tanda-tanda kesempurnaan penciptaan Tuhan adalah dianugerahkannya manusia akal dan pikiran sebagai modal dasar untuk mengarungi hidup dan menggenapi tugas sebagai khalifah atau pemimpin dimuka bumi. dan salah satu peran dari akal dan pikiran ini adalah kemampuan untuk berimajinasi, menciptakan visi dan aku menyebutnya mimpi atau the ability to make dream. Mimpi sebenarnya tidak hanya soal bunga tidur tapi juga kekuatan untuk membangkitkan api sadar betapa hidup harus diperjuangkan dan dipergunakan untuk banyak kesalehan. Mimpi hanya akan menjadi bunga tidur bagi mereka yang malas berimajinasi tapi tidak bagi si fulan yang punya cinta dan cita tinggi. Menaklukkan bulan, menaiki bintang, menumandangkan kemenangan dan bercerita tentang masa-masa keemasan.
Eiffel misalnya, menara besi yang dibangun di Champ de mars ditepi sungai Seine di Paris. Merupakan ikon global Perancis dan salah satu struktur terkenal di dunia. Dinamai sesuai nama perancangnya, Gustave Eiffel. Menara tertinggi dikota Paris ini sudah dikunjungi lebih dari 200 juta jiwa sejak tahun 1889. Sesuatu banget....!, karenanya kini Paris sudah terlanjur dikenal sebagai kota cinta The romance city hingga banyak pemuda pemudi seluruh dunia yang berusaha mengabadikan cintanya disana. Begitulah kekuatan mimpi saat dia berani bicara. Tak hanya kritik dan benci yang dilewati bahkan zaman telah dilampaui.
Pernah suatu ketika ada seorang ulama yang melontarkan pertanyaan retorik dengan kalimat limadza takharal muslimun wa taqoddama ghairuh (mengapa ummat Islam tidak bisa lebih baik dibandingkan ummat yang lain dewasa ini). Karena hanya merupakan pertanyaan retorik, maka beliaupun menjawab sendiri pertanyaan ini dengan kalimat al-Islam mahjubun bil muslimin (jawabannya berada pada ummat Islam itu sendiri). Dewasa ini kita melihat begitu banyaknya negara miskin, bermasalah dan bahkan bermusuh dengan saudara sendiri yang justru merupakan negara-negara dengan mayoritas penghuninya beragama Islam. Yang kontras sebaliknya negara-negara makmur, damai dan berprestasi justru berasal dari barat yang jelas-jelas mayoritas penduduknya tidak beragama Islam, bahkan tidak sedikit diantaranya Atheis sama sekali. Hal ini sangat kontradiktif dengan ajaran Islam melalui nabinya Muhammad SAW yang mengajarkan kedamaian, kemarmuran dan bahkan kesejahteraan sebagai buah dari keberimanan yang kuat. Ada yang bisa jawab kenapa?
Salah satu penyebab diantaranya adalah karena kini kita tidak lagi memahami Iman sebagai sebuah keyakinan yang menerawang masa depan, dan aku menyebutnya mimpi. Sebut saja Ibrahim as yang dengan susah payah menemukan nilai ketuhanannya dan dia sanggupi untuk membangun sebuah monumen mimpi menyejarah tak hanya dihadapan Tuhannya tapi juga manusia yaitu Ka’bah. Seluruh muslim hari ini sholat menghadapnya lalu bahkan berhaji dan tawaf dengan mengitarinya. Konkritnya semakin dekat hamba dengan Tuhannya maka semakin kuat keimanannya dan visi kehidupannya akan memandang lurus kedepan, menciptakan sejarah, memberontak kejahiliahan dan bermimpi untuk berkhidmat membangun peradaban.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H