Sebetulnya cerita ini kelanjutan dari tulisanku yang berjudul ma'afkan aku Ayah. Akirnya setelah Aku berkelana kesana kemari, Aku kenal dengan dia. Sementara Aku hanya bermain saja dan belum mau ikut di perusahaannya. Sedikit demi sedikit Aku belajar dan di ajari bekerja dengan cara dia. Aku dapat pelajaran hidup yang baik dan betul meskipun tidak langsung sempurna dari Keluarga besar dia. Tiap hari Aku selalu datang ke Rumahnya untuk belajar bekerja, mulai tidak tau apa - apa, sampai mengerti apa yang harus Aku lakukan untuk Diriku. Dengan dia memberikan kegiatan tiap hari, kebiasaanku untuk mengonsumsi barang terlarang berangsur angsur lupa dan hilang dengan sendirinya, meskipun badan ini terasa sakit untuk tidak memakainya. dia tidak pernah melarang, dan tidak menyuruhku untuk berhenti memakainya. Tapi Aku yakin kalau Aku bisa. Banyak sih sebenarnya yang datang ke tempat dia, entah karena apa, Aku juga ndak tau, yang mampir ke tempat dia rata - rata anak yang tidak tau arah jalan hidupnya ( anakjalanan ). dia cukup sabar dan tabah dengan adanya teman - teman yang datang hanya merugikan dia. Dengan santainya dia menghadapi situasi yang mungkin tidak ada di sekenario hidup dia. Sampai saat ini dia sering menemui Anak- anak seperti Aku, hanya untuk memberi dorongan dan wawasan untuk hidup menjadi kuat yang nyata. Alangkah mulianya dia, menyisihkan waktunya hanya untuk mengangkat derajat Orang yang dia sendiri awalnya tidak kenal. Aku merasa dia seperti Bapakku sendiri, Aku tidak tau apa yang harus Aku lakukan untuk membalasbudi kebaikan dia, meskipun dia tidak mengharapkan itu. Itulah cerita singkat yang sangat berarti bagi Aku. Terima kasih atas semua yang Kau berikan, Aku tidak mampu untuk membalas semua yang dia ajarkan ke padaku. Dia ( Bp. Agung triatmoko ).
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H