Mohon tunggu...
agus sudianto
agus sudianto Mohon Tunggu... -

Saya hanya seorang supir truck, yang belajar memahami jalan raya dan jalan hidup melalui kompasiana. Tinggal di Tanggulangin, bertetangga dekat dengan lumpur lapindo yang semakin menawan

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Kopi Jalang

3 April 2010   09:53 Diperbarui: 26 Juni 2015   17:01 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

"Ndi bangun, ayo ngopi !" Aku nggak perlu nunggu Bandi bangun dan menjawab, setir langsung aku banting kekiri. Sebuah warung kopi yang tidak terlalu luas dibandingkan luas halaman parkirnya, yang kebetulan penuh oleh truck-truck lain menarik perhatianku untuk berhenti sejenak melepas lelah. Bandi masih juga belum bangun, aku sempat melirik plat nomor truck-truck lain, wouuw...!! hampir semuanya dari luar kota, dan mereka berkumpul disini dan di warung-warung lain yang banyak tersebar di sepanjang jalan Pantura.

http://fandhie.blogdetik.com/

"Hei..Essss....muat opo koen..?" "permen..Denpasar..!!" Ah ! sapaan demi sapaan mulai meramaikan suasana, sedikit menarik perhatian supir-supir lain, tapi sebentar mereka sudah larut kembali dalam suasana warung dengan penerangan sekedarnya dan musik dangdut rancak yang menghangatkan suasana persahabatan diantara mereka. Yaah...begitulah supir, dijalanan boleh mereka saling ejek, tapi kalau sudah di warung semua seperti saudara senasib sepenanggungan. Aku pesan dua cangkir kopi. Tidak lama kemudian sudah tersuguh, disuguhkan perempuan sepertiga umur dan waaah.....hahahaha.....teng top kendor.....membuat semua yang ada di dalamnya nampak nyaris terlihat sempurna. Lumayan....sontak ngantukku sirna...hahahaha......! "Ayoo mas kopinya..!", sambil memegang pundakku dengan lembut dan menyapa yang lainnya. Perempuan itu segera beranjak pergi lagi untuk melayani tamu lainnya. "Mas...! ngapain ngopi di sini ?", Bandi yang baru dari toilet, duduk disebelahku sambil menyapa tamu-tamu lainnya. Rupanya Bandi cukup kesohor di dunia per sopiran, dia sibuk menjawab dan bertanya dengan sopir-sopir lainnya. "Wis mas, ayo cepet kita makan tempat lain aja", Bandi seperti memberi peringatan aku yang sedang asyik memperhatikan perempuan sepertiga umur yang sibuk kesana kemari dengan tingkah genitnya. "Entertainer sejati", bathinku. Aku segera menuju "kasir" yang, oooohhhh...... ternyata dijaga oleh perempuan yang kurang lebih berpenampilan dan bersikap sama dengan yang tadi. "Enampuluh ribu, Mas..!!" ------- "whuakakakakakakaa.......!!" "Diancuk koen Ndi !, gitu diem aja dari tadi, hahahahaha........." Enampuluh ribu untuk dua cangkir kopi dan dua potong pisang goreng, dan sepanjang perjalanan kami terus tertawa terbahak-bahak mengingat kejadian itu. ------- Bapakku bilang, pelajari apa yang kamu lihat dan lihatlah pada dirimu, apakah kau sanggup melakukannya. Ilmu menjual mereka sangat luar biasa, Pak...!!. Kelak kalau aku punya pabrik aku akan tunjukkan cara yang sama hebatnya dengan yang mereka lakukan. Pengelana Malam

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun