Di negara-negara yang telah maju sistem kesehatannya, manajemen pencatatan medis (medical record) dijalankan secara terintegrasi dan terkoneksi di tiap-tiap fasilitas kesehatan, baik RS, Klinik, ataupun praktek perorangan. Sehingga hal tersebut dapat meminimalisasikan kekeliruan pemberian obat maupun duplikasi obat oleh praktisi kesehatan/dokter.
Kendala di Indonesia adalah tiap-tiap Fasilitas kesehatan mempunyai medical record masing-masing. Misalkan, seorang pasien berobat di RS yang berbeda dari RS yang biasanya dia berobat. Maka pada pasien tersebut, dibuatlah rekam medis baru. Padahal, Rekam medis yang lama seharusnya dapat digunakan untuk memudahkan tenaga medis menggali riwayat penyakit dan pengobatan pasien sebelumnya. Seandainya kedua RS tersebut dari sisi jarak cukup dekat, tidak masalah (dapat diambil/dipinjam). Tetapi bagaimana dengan RS yang berjauhan, atau beda kota/provinsi/pulau ?
Oleh sebab itu, sebagai pasien, kita selayaknya juga membuat "rekam medis" kita sendiri, yang dapat kita simpan dan pakai disaat dibutuhkan. Berikut adalah tips untuk meminimalkan kesalahan pengobatan :
1. membuat daftar/buku kecil : pastikan untuk mencatat semua obat-obatan, termasuk obat bebas yang diminum secara rutin ( contoh : vitamin, suplemen ), riwayat sakit yang ringkas, alergi obat.
2. perbaharui catatan penggunaan obat ini dan bawalah setiap berobat ( siapa tahu diperlukan).
3. ketahui informasi mengenai obat tersebut seperti efek samping, cara penggunaan, cara penyimpanan obat, dll, kepada aapoteker.
4. habiskan semua obat yang diresepkan sesuai intruksi (kecuali bila diperintahkan lain). Dan pastikan tidak berbagi dengan orang lain.
5. komunikasikan dengan dokter mengenai alergi bat bila terjadi, reaksi tubuh setelah minum, dan setiap perubahan gejala yang anda alami.
Terima Kasih
sumber :
- Buku Seri Panduan Praktis : Edukasi Pasien