DULU, kalau sedang dapat kesempatan jalan-jalan ke luar negeri, hampir selalu hal pertama yang dilakukan ketika mendarat adalah foto-foto di bandara. Bukan apa-apa. Kalau mau membandingkan dengan Bandara Internasional Soekarno Hatta (BISH) versi jadul, harus diakui kalimat pertama yang muncul selalu… keren! Hiburan ada, belanja banyak, nongkrong cantik lengkap, spot-spot foto gaya juga di mana-mana. Apalagi kalau transit di negeri tetangga Singapura atau Malaysia. Hmm.. terbayang masuk ke mal megah. Coba bandingkan dengan bandara kita, mirip apa ya… pasar mungkin?
Untung dalam kamus besar bahasa Indonesia ada kata DULU! Ya, itu DULU alias beberapa tahun silam. Sejak Terminal 3 BISH dibangun, kita sudah mulai punya spot-spot keren untuk foto-foto di bandara. Yang suka terbang naik Air Asia pasti paham, betapa Terminal 3 ketika jadi langsung membuat perbedaan signifikan dibanding terminal 1 dan 2. Dibuat dengan desain sangat ramah cahaya, banyak kaca, modern, membuat Terminal 3 sudah makin layak untuk membuat kita merasa optimis.
Lalu tiba-tiba, di sebelah persis Terminal 3, ada pembangunan baru. Saya yang sempat melihat awal-awal pembangunan itu dari poster besar yang ditempel di sekitaran bandara langsung bertanya-tanya, kapan jadinya? Dilihat sepintas dari gambaran rencana bandara itu, sungguh keren. Desainnya modern, apik, cantik kalau benar-benar terwujud. Kenapa saya sempat sangsi? Lagi-lagi karena “kesan” pembangunannya yang lambat, kok lama betul?
Tapi, lagi-lagi, untung ada kata, itu DULU! Setelah beberapa kali menyambangi bandara buat mampir transit, mampir pipis, dan mampir jajan, saya melihat gambar poster besar itu pelan-pelan [pelan versi tukang kritik yang hanya bisa mengkritik tapi belum bisa kasih solusi] jadi nyata.
“Mas, yang ditutupin seng itu apa sih?” tanya saya sama sopir taksi bandara.
“Wah… kalau denger gosip teman-teman sopir, itu bakal ngalahin bandara Changi,” sebut sopir.
“Changi itu di mana ya Mas?” uji saya.
“Nggak tahu Mas, tapi pokoknya katanya kalau sudah jadi, bakal super duper keren bikin beken,” sebut mas Sopir lebay.
Itu percakapan saya dengan sopir taksi bertahun-tahun lalu. Isu bandara super keren itu memang membuat mereka takjub. Bahkan meski mereka tak tahu Changi itu bandara Singapura. Setakjub saya saat mengintip terminal baru itu kalau pesawat landing dan diparkir dekat sana. Sayang, pemandangan indah itu selalu tertutup seng. Benar-benar seng ada lawan!
Tiba-tiba, sebuah undangan di grup Writers datang. Rombongan Asosiasi Penulis dan Inspirator Seluruh Indonesia (Aspirasi) diundang untuk melihat-lihat bandara yang sebelumnya dikenal sebagai Terminal 3 Ultimate itu. Bayangan seng-seng itu langsung hilang!