Mohon tunggu...
agoeng widyatmoko
agoeng widyatmoko Mohon Tunggu... Wiraswasta - Pengusaha pengolah cerita untuk beragam media

Saya adalah pemerhati bangsa dan sekaligus praktikan yang peduli pada perubahan diri dan lingkungan. Untuk hidup, saya menulis banyak hal. Dan kini, saya hidup untuk menulis dan menginspirasi dengan cara-cara yang sederhana, namun mudah dimengerti dan dipraktikkan bersama.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Berhaji dengan Senang Hati (Bagian Lima - Jangan Sepelekan Soal Waris)

8 Juni 2022   13:27 Diperbarui: 8 Juni 2022   13:37 121
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pengajian sebelum berhaji jadi kesempatan untuk menginformasikan hal penting untuk keluarga yang ditinggal, misalnya soal warisan. (Dokpri)

Dalam Islam, sudah tegas dan jelas mengatur bagaimana hukum waris ditegakkan. Nah, begitu juga saat ibadah haji yang punya berjuta kemungkinan menyangkut hidup orang yang berhaji. Apalagi, bagi mereka yang sudah berusia lanjut. Malah, tak jarang beberapa orang berobsesi untuk bisa meninggal saat berhaji atau di Tanah Suci.

Inilah yang patut diantisipasi. Sebab, jika karena satu dan lain hal seseorang dipanggil Allah---meninggal---semua sudah jelas porsi warisnya.

Tapi kok sepertinya kurang sopan bertanya dan berdiskusi tentang ini ya? Semua terserah pada Anda. Namun, saran kami, hal seputar waris ini perlu dibicarakan lebih lanjut. Kenapa? Setidaknya ini beberapa alasan yang kami rasakan saat itu. 

  1. Ini akan membuat yang bersangkutan bisa lebih nyaman beribadah. Sebab, jika terjadi sesuatu, semua sudah jelas dengan apa yang ditinggalkannya.
  2. Berapa pun nilainya, besar atau kecil jika sudah jelas pembagiannya akan membuat yang ditinggal ibadah juga akan lebih merasa nyaman.
  3. Jangan sampai timbul konflik berkepanjangan jika yang berhaji meninggal dan belum sempat berwasiat apa pun.

Sekali lagi, ini memang masalah sensitif. Namun, bisa jadi Anda yang "dititipi" akan mendapat tanggung jawab ekstra. Untuk itu, masalah ini ada baiknya ditanyakan kepada pihak keluarga. Sebab, bisa jadi Anda akan ditanya, diinterogasi, atau bahkan dianggap---maaf, bertanggung jawab---jika terjadi sesuatu karena mereka merasa sudah menitipkan orang tua kepada Anda.

Apa yang perlu diantisipasi?

  • Pastikan semua keadaan kesehatan orang tua yang Anda dampingi diketahui bersama-sama oleh semua pihak yang ikut membantu. Mulai dari dokter, perawat, hingga orang satu rombongan.
  •  Jika diperlukan, buat perjanjian tertulis bermaterai tentang keadaan/kondisi jika terjadi sesuatu.
  •  Minta semua nomor kontak dari semua pihak keluarga orang tua yang Anda dampingi. Ini untuk memudahkan komunikasi jika terjadi sesuatu yang sifatnya segera butuh penanganan.

Oh ya, namun terkait dengan komunikasi ini, ada baiknya juga perlu kebijakan saat harus melaporkan keadaan kepada keluarga di Tanah Air. Sebab, ada beberapa kasus, orang tua yang dilaporkan sakit---meski hanya sakit flu atau meriang---namun sudah menimbulkan kepanikan luar biasa di Tanah Air. Jadi, bijak pulalah untuk meng-update status melalui media sosial atau berkabar sebelum berkonsultasi dengan dokter yang menangani.

Sekali lagi, soal waris ini sepertinya sepele. Tapi, akan jadi masalah besar jika tidak disiapkan. Maka, bagi yang saat ini belum berangkat atau menjelang berangkat, semoga sudah bisa segera disiapkan. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun