Mohon tunggu...
Agnessia Nurshinta Dewi
Agnessia Nurshinta Dewi Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa Universitas Pertamina

Tertarik dengan bidang penulisan

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Jerome Polin Culture Shock! Perbedaan Arti Budaya Telanjang saat Onsen di Jepang

24 Januari 2024   00:07 Diperbarui: 24 Januari 2024   00:07 210
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Dokumentasi Pribadi melalui YouTube Jerome Polin

Gegar budaya atau yang lebih dikenal dengan sebutan culture shock merupakan keadaan dimana seseorang merasa tertekan atau terkejut ketika berhadapan dengan budaya baru. Peristiwa ini sangat umum terjadi ketika seseorang yang berasal dari budaya tertentu berhadapan dengan budaya lain. Culture shock dapat terjadi dimana pun seperti di lingkungan sekolah baru, di lingkungan perusahaan baru atau dalam konteks yang lebih luas ketika berada di negara yang baru saja disinggahi. Contohnya adalah ketika pelajar dari Indonesia menempuh pendidikan di negara lain. Kebanyakan dari mereka akan mengalami gegar budaya karena adanya perbedaan nilai budaya yang sudah mereka anut sejak kecil di Indonesia dengan budaya tempat mereka tinggal. Hal tersebut juga diakui dan disetujui oleh Jerome Polin sebagai salah satu influencer terkenal di dunia pendidikan. 

Jerome Polin terkenal sebagai seorang YouTuber pada kanal YouTube miliknya, Nihongo Mantappu. Pada video unggahannya, Jerome biasanya membagikan pengalamannya sebagai seorang mahasiswa asal Indonesia yang menempuh pendidikan di Jepang. Tidak hanya konten mengenai cara belajar bahasa, matematika, dan kesehariannya di Jepang, Jerome juga membagikan kisahnya yang mengalami culture shock ketika awal tinggal di Jepang.

Dalam unggahan videonya yang berjudul "Realita Kehidupan Awal Datang Vs 5 Tahun di Jepang! Tetangga Galak? Culture Shock?!" Jerome membagikan banyak kisah ketika ia memasuki 2 tahun pertama tinggal di Jepang. Dalam video yang mencapai 17 ribu likes tersebut, Jerome menceritakan banyaknya perbedaan budaya Jepang dengan Indonesia dalam berbagai aspek mulai dari kebersihan, makanan, dan sifat orang-orang Jepang. Salah satu culture shock yang ia alami adalah ketika ia harus mandi di pemandian umum (onsen) dengan tidak mengenakan sehelai benang pun. Ia merasa cukup terkejut dan tertekan dengan hal tersebut meskipun pemandian umum tersebut dipisahkan berdasarkan gender. Ia juga menambahkan bahwa ia juga terkejut dan kaget ketika berinteraksi dengan salah satu pengunjung kolam renang dimana pengunjung tersebut berganti pakaian di depan matanya. Interaksi tersebut merupakan salah satu interaksi dalam komunikasi non verbal dengan tidak mempertukarkan pesan secara lisan.

Jerome menyadari bahwa adanya perbedaan budaya antara Indonesia dengan Jepang sehingga terdapat perbedaan makna telanjang dalam interaksi yang ia lakukan dengan salah satu pengunjung di tempat pemandian umum. Hal tersebut merupakan sesuatu yang lumrah terjadi ketika adanya interaksi antar budaya melalui pesan-pesan yang dipertukarkan. 

Peran Komunikasi Antar Budaya dan Kaitannya dengan Semiotika Barthes

Wikipedia
Wikipedia

Harold D. Lasswell menjelaskan bahwa komunikasi adalah proses penyampaian pesan antara komunikator dan komunikan dengan media tertentu dan akan menghasilkan suatu dampak. Lebih jauh Barthes menyatakan bahwa suatu proses komunikasi dapat dikatakan efektif apabila terdapat persamaan makna antara komunikator dan komunikan. Namun untuk menghasilkan suatu persamaan makna akan sangat dipengaruhi oleh latar belakang komunikator dan komunikan dalam memandang suatu pesan komunikasi. Salah satu latar belakang yang memengaruhi adalah latar belakang budaya. 

Budaya sendiri memiliki arti yang sangat luas sehingga cukup sulit untuk mendefinisikan budaya. Mulyana dan Rakhmat (2005) mendefinisikan budaya sebagai hal yang kompleks dimana terdiri dari pengetahuan, keyakinan, kesenian, moral, keilmuan, hukum, adat istiadat, dan kebiasaan yang diperoleh manusia sebagai suatu anggota masyarakat tertentu. Adanya komunikasi antar budaya adalah ketika terdapat interaksi antara komunikator dan komunikan yang berasal dari etnis atau budaya yang berbeda.

Ketika ingin mempelajari proses pemaknaan pesan yang dipertukarkan oleh komunikator dan komunikan dalam komunikasi antar budaya, kajian semiotika dapat dijadikan sebagai landasan dari pemahaman makna suatu pesan yang bergantung pada konteks tertentu. Studi mengenai semiotika atau semiologi menawarkan pendekatan yang berguna untuk menelaah bagaimana tanda yang berbeda mengkomunikasikan suatu makna. Biasanya ilmu semiotika digunakan untuk menganalisa bahasa atau kejadian, namun ilmu ini juga sangat berguna untuk menganalisis kajian non verbal dan ruang budaya. Fondasi ilmu semiotika diperkenalkan oleh Roland Barthes pada tahun 1980. Barthes menjelaskan sistem semiotikanya bahwa semiosis adalah proses produksi makna dimana hal tersebut dibangun oleh interpretasi dari tanda (sign). Tanda atau sign sendiri dapat didefinisikan sebagai kombinasi dari penanda (signifier) dan petanda (signified) ( Martin dan Nakayama, 2022)

Budaya Telanjang di Pemandian Umum (Onsen) Jepang pada Interaksi Jerome Polin

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun