Mohon tunggu...
Agnes Sapta Hukkelhoven
Agnes Sapta Hukkelhoven Mohon Tunggu... Guru - Pekerja Sosial, Guru SMKS Bhakti Luhur, Orthopaedagog

Fulgevit in Conspectum Dei et Gentium

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Elin si Gadis Mungil

6 Desember 2022   19:51 Diperbarui: 6 Desember 2022   20:20 361
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

                                                                                                        Elin si Gadis mungil

Loncatan kaki mungil itu tampak tertatih saat gadis mungil itu berlari menyongsong  sepeda motor yang aku kendarai parkir di halaman sekolah Bhakti Luhur." Mama, mama...besok aku ikut test IQ di aula Setaman 21 ", celotehnya sambil menarik tanganku. "Lalu aku harus belajar tentang apa ?" tanyanya sekali lagi.

 "Oh, besok adalah test untuk melihat bakat dan minat kamu nak. Sehingga Yayasan Bhakti Luhur bisa menempatkan kamu dan teman -- teman kamu sebagai asisten Pekerja Sosial pada tempat yang tepat", ujarku sambil mengelus rambut pendeknya. " Jadi tidak perlu belajar tetapi besok Elin harus focus pada informasi dan mengerjakan seperti yang dinstruksikan oleh pemberi test". Jawabku lagi. " Baik mama, kalau begitu aku pulang ke Wisma dulu untuk setrika seragam dinasku karena besok harus memakai seragam dinas " kata Elin sambil mencium tangan kananku. " Daaag Mama, sampai bertemu besok. Selamat mengajar "

Esok hari, si gadis mungil turun dengan sigap dari kendaraan yang membawanya dari kompleks Dieng. Seragam dinas asisten pekerja social menenggelamkan tubuh mungilnya. Elin bergegas menuju ke kursi yang sudah disiapkan oleh team Klinik Bimbingan Balai Psikodiagnostik dan Terapi Bhakti Luhur yang dipimpin oleh  Ibu Adriana Endang MP, ALMA. 

71 calon asisten pekerja social yang berasal dari SMAK Bhakti Luhur maupun SMK Bhakti Luhur Malang hari itu mengikuti test bakat dan minat yang bertujuan untuk mengetahui kemampuan, skill dan juga kwalitas pribadi dari mereka sehingga Yayasan Bhakti Luhur bisa menempatkan mereka sesuai dengan kemampuan mereka karena melayani, merawat dan menjaga anak disabilitas bukanlah hal yang sederhana dan diperlukan banyak ketrampilan, kesabaran dan terutama panggilan hati.

Elin tampak pucat dan bingung saat dia tertinggal mengerjakan test Kreppelin yang merupakan test kecepatan dan ketelitian. Ibu Endang MP, ALMA dan Ibu Jeanne meminta kami untuk membantu mendampingi beberapa calon asisten pekerja social dalam memahami perintah. Tatapan penuh harap tampak di wajah gadis mungil itu. Pelan tapi pasti aku mencoba mendekatinya dan menjelaskan  kepadanya bagaimana cara mengerjakan test tersebut. "Mama, tungguin aku ya.Aku takut salah ", bisiknya perlahan. Hanya anggukan yang bisa aku tunjukkan karena tidak mau mengganggu peserta yang lain.

 Setelah 3 jam mengerjakan beberapa jenis test maka para peserta bisa kembali ke Wisma masing-masing. Elin bergegas mendekatiku kembali."Mama, kira-kira hasilnya baik nggak ya ? Aku lho sebenarnya ingin menjadi tentara tetapi dengan tubuh pendek, kaki pendek dan tangan pendek begini apa ya diterima jadi tentara ? Tanya Elin. 

"Anakku sayang, mungkin menjadi tentara pemerintah tidak memenuhi syarat tetapi menjadi tentara Tuhan yang menjaga anak-anak yang lebih tidak beruntung dan mereka yang cacat di Wisma kamu ditugaskan itu juga hal yang baik. Kamu sudah menari dan membuat lelucon itu adalah hal yang baik dan bisa menghibur anak -- anak di Wisma Paulo 6. Jangan putus asa jika keinginanmu belum terpenuhi". Wajah kusut itu mulai bercahaya kembali dan senyum manisnya mulai merekah. 

" Terima kasih mama, selalu memberikan dukungan dan mencintai aku seperti anak kandung sendiri. Aku ingin suatu hari bisa berkumpul bersama mama Sapta, papa Wim dan dedek Amanda seperti keluarga kudus Bunda Maria, Santo Yosep dan Tuhan Yesus",peluk Elin sebelum dia menuju ke mobil yang membawanya pulang.

 Tetap semangat anakku, meskipun tubuhmu mungil tetapi semangat dan jiwa pengabdian sebagai asisten pekerja social di Wisma Bhakti Luhur tetap membara dan menjalankan misi serta visi dari Opa Paul Janssen, CM melayani anak-anak yang tidak beruntung, anak disabilitas dan masalah social lainnya seperti belasan tahun saat kamu hadir di Bhakti Luhur sebagai anak kecil yang tak berdaya tetapi kini kamu telah tumbuh menjadi gadis yang dewasa. Tuhan memberkati kamu selalu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun