penyakit cacing terutama penyakit cacing gelang, cacing kremi, cacing perut, dan cacing tambang. Penyakit ini ditularkan ke anak-anak secara langsung, dengan menelan telur cacing yang mengkontaminasi makanan mereka sedangkan cacing tambang ditularkan dengan cara menerobosnya larva pada kaki penderita yang tidak bersepatu. Penyakit cacing yang jarang dibicarakan di masyakarat adalah penyakit cacing yang ditularkan ke manusia melalui perantara binatang. Sebenarnya penyakit cacing yang ditularkan dengan perantara binatang ini banyak terdapat di sekitar kita, tetapi belum pernah diteliti atau diamati.
Di era globalisasi masyarakat mulai terpengaruh kehidupan modern dari negara maju yang mana anak-anak di negara maju banyak sekali menyayangi anjing dan kucing, sehingga sehari-hari mereka hidup bersama hewan-hewan peliharaan tersebut. Kalau perilaku ini sampai dicontoh oleh masyarakat kita maka penyakit cacing ini ditularkan melalui hewan peliharaan ini tidak mustahil akan ditemukan juga di Indonesia. Penyakit cacing ini antara lain: Toxocariasis, Trichinosis, Taeniasis, Hymenolepiasis, Dypilidiasis, dan Echinococcosis.
Oleh karena itu, makalah ini membahas penyakit cacing yang ditularkan lewat binatang peliharaan, gejala-gejala klinis, serta pengobatannya.
Dibawah ini Beberapa Penyakit cacing yang ditularkan lewat binatang peliharaan, diantaranya :
TOXOCARIASIS (VISCERAL LARVA MIGRANS)
Visceral Larva Migrans adalah sindroma klinik yang terdiri dari gejala dan tanda klinis sebagai berikut: panas, pembesaran hati, menunjukkan simptom pulmonar dan ocular yang berhubungan erat dengan pertanda eosinophilia yang nyata. Penyebabnya larva spesies Toxocara.
TRICHINOSIS
Bukan penyakit "tropis", sebab angka kejadian penyakit ini terbanyak di Eropa dan Amerika Utara. Data patologi menemukan bahwa Trichanyak banyak dijumpai di daerah Artik, termasuk bagian Afrika. Penyakit ini disebabkan spesies Trichinella spiralis yang berwujud dua bentuk:
1. sebagai cacing putih dewasa di usus
2. dalam bentuk kista terutama bila di otak.
Manusia terinfeksi bila makan daging babi yang tidak masak dan terinfeksi dengan cacing. Otak selaput atas dan otot jantung dapat terinfeksi cacing ini.
Manifestasi Klinis
Ditemukan tiga stadia
1. Enteric, jika invasi terjadi di usus.
2. Invasive, jika larva migrasi kemana-mana.
3. Kista dalam otot.
Stadia I tidak khas. Stadia II menunjukkan keluhan mialgia dan lemah, kadang-kadang lumpuh sehingga tidak dapat mengunyah, bernapas, dan menelan. Selain itu, ditemukan panas dan eosinofilia, seperti gejala tifoid.
Simtom neurologis meliputi meningitis, meningoencephalitis dan kelainan otak lokal dari penyakit pada otot jantung dapat terjadi. Stadia III, tampak edema, berat badan menurun dan dehidrasi. Cacat neurologis yang menetap dan septicaemia dapat terjadi.
Pengobatan
Mebendazole dalam dosis tunggal dalam waktu yang lama.
Prednisolone diperlukan bila kasus sangat gawat untuk mengontrol sistem imun.
TAENIASIS
Manusia merupakan hospes yang difinitif untuk kedua spesies cacing pipih, T. solium dan T. saginata. Manusia juga dapat menjadi hospes perantara beberapa spesies lain Taenia tetapi jarang dilaporkan. Infeksi Taenia yang disebut cysticercosis yang disebabkan oleh larva T. solium dapat menjadi masalah kesehatan masyarakat yang amat penting
Manifestasi Klinis
Kebanyakan infeksi tidak menunjukkan simtom dan penderita me Keban sakit apabila segmen cacing ditemukan pada tina atau menlotid dapat bebas bergerak melewati sphincter anus. Peristiwa in menyebabkan iritasi pada anus. Simtom yang dilaporkan meliputi lambung yang terasa tidak nyaman dan abdomen terasa nyeri, nafsu makan terganggu, berat badan menurun dan sukar berak atau diare.
Ditemukan:
1. Proglotid dan telur
2. Spesifik diagnosis dapat ditegakkan jika tipe Taenia dapat dibuktikan dengan memperhatikan proglotid gravid T. solium yang berbeda dengan proglotid T. saginata
Pengobatan
Niclosamide (Yomesan, Bayer)
sumber referensi :
1. Warren KS, Mahmoud AAF. Tropical and Geographical medicine. 2000.505.
2. Hendrickse RG, Barr, et al. Paediatrics in the tropics. Blackwell Scientific Publications. 747-53.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H