Hadi Purnomo, pemuda berusia awal 30-an ini, tercatat sebagai warga korban luapan lumpur di Desa Kedung Bendo delapan tahun lalu. Roda nasib berputar, kini ia dikenal sebagai pengusaha penyedia air minum di lingkungan tempat tinggal barunya.
[caption id="attachment_308779" align="alignleft" width="300" caption="Hadi Purnomo Menggondong Anak berpose di samping mobil baru"][/caption]
Selepas SMA, Hadi sempat merantau ke Pulau Bali mengadu nasib. Di sana, ia menumpang di rumah kerabat sambil membantu membuat kerajinan manik-manik untuk dijajakan kepada para wisatawan. Belum sempat menikmati hasil, mendadak ia diminta pulang kampung. Ibu dan saudara perempuannya membutuhkan tenaga Hadi untuk mengatasi luapan lumpur yang perlahan tapi pasti menggenangi rumah mereka. Maklum, di rumah hanya ia pria yang bisa diandalkan. Sang Ayah sudah lama tiada.
Singkatnya, beberapa hari setelah kejadian semburan pertama lumpur 29 Mei 2006, Hadi tiba di kampung halaman. Setibanya di rumah, tanpa sempat beristirahat, ia langsung mengungsikan keluarganya ke Balai Desa Kedung Bendo. Selang dua minggu kemudian, mereka harus mengungsi lagi ke Pasar Baru Porong.
Seiring minggu-minggu di pengungsian, Hadi hanya bisa meratapi rumah orangtuanya yang berada di atas tanah seluas 6 x 30 meter persegi, perlahan tenggelam. Tanpa pekerjaan, ia bersama orangtua dan kakaknya, hanya bergantung pada bantuan jatah hidup yang diberikan selama di pengungsian.
Hingga pada suatu hari, di pertengahan tahun 2007, ia mendapatkan uang muka jual beli aset terkena lumpur sebesar 20 persen. Seingat Hadi, waktu itu ia menerima uang sekitar Rp180 juta. Hal pertama yang terpikirkan adalah memanfaatkan uang tersebut untuk mendapatkan kembali rumah tinggal bagi ibunya. Setelah beberapa hari mencari, pilihan jatuh pada sebuah rumah sederhana di atas tanah seluas 6 x 20 meter persegi di Desa Entalsewu Kecamatan Buduran, Sidoarjo.
“Lokasi di sini cukup jauh dari rumah saya yang dulu. Saya pilih karena harganya murah, sekitar Rp85juta untuk rumah kecil dan tanah. Ada sisa uang, saya belikan juga tanah pekarangan di sebelah seluas 7 x 40 meter dan sebuah motor,” kenang pria kelahiran 8 Agustus 1982 ini.
Roda nasib terus membaik, seiring perubahan kesepakatan warga korban lumpur dan PT Minarak Lapindo Jaya (MLJ) yang memutuskan uang muka 20 persen menjadi hibah. Hadi pun lancar menerima angsuran 100 persen uang jual beli lahannya sebesar Rp25 juta untuk beberapa bulan pertama di tahun 2007 hingga 2008. Angsuran tersebut dimanfaatkannya untuk merenovasi rumah, membangun kios dan modal membeli peralatan penjernih air minum isi ulang.
Awal 2009, usaha air minum isi ulang milik Hadi sudah berjalan. Di desa yang cukup jauh di pelosok, Hadi ternyata merupakan pionir dalam usaha air minum isi ulang. Banyak warga setempat yang kemudian meniru usahanya. Hadi pun tak kekurangan akal, ia melihat itu sebagai peluang. Uang angsuran yang diterimanya dari PT MLJ, ia kumpulkan hingga cukup untuk membeli sebuah mobil tanki air.
Jadilah kini, selain menjual langsung air minum isi ulang kepada tetangga di lingkungannya, Hadi juga menjadi penyupali air bersih kepada sedikitnya 50 pelanggan di sejumlah desa terdekat. “Mobil tanki saya sehari bisa delapan kali bolak balik ke sumber air bersih di Pandaan. Pelanggan saya ada yang untuk usaha air minum isi ulang, ada juga yang jerigenan,” ujarnya.
Rupiah demi rupiah pun terkumpul, hingga Hadi mengaku cukup percaya diri meminang seorang gadis asal Malang bernama Mutoharoh. Buah perkawinannya di tahun 2010 itu kini telah dikaruniai seorang putra yang sudah menginjak usia tiga tahun.
Niat ingin membahagiakan anak istri, termasuk ibunda yang tetap tinggal bersama di rumah asrinya, Hadi pada awal tahun tadi membelikan sebuah mobil mungil untuk keluarga kecilnya. “Mobil ini saya beli cash, uang hasil usaha air minum isi ulang,” ujar Hadi memancarkan semburat kebanggaan di raut mukanya.(dry)
[caption id="attachment_308780" align="alignleft" width="300" caption="Usaha Air Minum"]

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI