Pada salah satu kegiatan perkuliahan S-2 minggu lalu, saya berhasil menjawab pertanyaan dari seorang dosen. Sang Dosenpun menjanjikan untuk memberikan saya hadiah karena telah berhasil menjawab pertanyaannya. Wah, tentu senang hati saya.
Pada hari yang sudah dijanjikan Sang Dosen memberi saya hadiah berupa beberapa pembatas buku. Saya bangga menerimanya, benak saya berkata "hari gini, masih ada dosen yang mau menghargai mahasiswanya dengan memberi reward. Luar biasa."
Di tengah perkuliahan, iseng saya mengambil salah satu pembatas buku tersebut, di dalamnya ada gambar dan tulisan. Saya amati gambarnya dan membaca tulisannya. Dalam hati saya agak penasaran dengan maksud gambarnya. Saya bolak-balik akhirnya saya mengerti, bahwa tulisan dan angka yang tertera di sana adalah nama siswa, kelas dan nomer absen.e
Luar biasa.
Saya merasakan jantung saya berdegub lebih kencang. Pipi saya mulai memanas. Saya mulai tidak bisa konsentrasi mendengarkan teman yang presentasi di depan kelas. Saya merasa sedih luar biasa. Mungkin orang akan bilang saya lebai, tetapi sungguh saya sedih. Saya tidak habis pikir kenapa seorang Guru mengambil karya siswanya untuk diberikan kepada orang lain? Saya tidak ingat dan tidak merasa mendengar ada pernyataan yang mengatakan bahwa pembatas buku yang diberikan kepada saya adalah karya orang lain. Pikiran saya menjadi liar. Kalau Sang Dosen, yang nota bene adalah juga seorang Guru di sebuah SMP, bisa menggunakan karya siswanya untuk orang lain, apa tidak mungkin Beliau juga menggunakan karya mahasiswanya untuk kepentingan pribadi beliau? Lantas, apa nilai dari perkuliahan yang diberikan selama ini? Bukankah siswa termasuk mahasiswa belajar tidak hanya dari buku tapi juga sikap dan contoh yang diberikan Guru?
Saat ini, saya cuma bisa diam dan bertekad dalam hati. Saya harus bisa menjadi Guru yang lebih baik dari Beliau. Saya tidak mungkin bisa menghentikan tindakan beliau tetapi setidaknya saya bisa mencegah praktik ini berjalan lebih jauh. Caranya? Saya akan mengirimkan setiap tugas dalam bentuk PDF dan memberi footer di setiap halamannya.
Saat ini saya merasa hanya itu yang bisa saya lakukan. Bagaimana dengan Anda?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H