Tantangan dalam Menerapkan Liberalisme
Meskipun prinsip liberalisme menjadi dasar yang kuat, penerapannya dalam forum G20 tidak lepas dari tantangan yang kompleks. Salah satu tantangan utamanya adalah kerja sama multilateral terhambat oleh ketegangan geopolitik, seperti konflik Rusia-Ukraina, yang menciptakan polarisasi bagi negara anggota dan mempersulit tercapainya konsensus bersama.Â
Ketegangan juga memengaruhi masalah perdagangan bebas, karena beberapa negara memiliki kecenderungan untuk menerapkan kebijakan proteksionis untuk kepentingan domestiknya. Kebijakan proteksionis, seperti penerapan tarif tinggi dan pembatasan impor, bertentangan dengan liberalisme, yang mendukung perdagangan bebas, keterbukaan ekonomi, dan penghapusan hambatan perdagangan.
Selain itu, negara maju dan berkembang memiliki kepentingan yang berbeda, terutama dalam hal pembiayaan transisi energi dan distribusi investasi global yang lebih adil. Perbedaan ini tentu menyulitkan dalam proses mencapai konsensus bersama.
Negara maju lebih memfokuskan pada agenda berkelanjutan dan teknologi. Sementara itu, bagi negara berkembang seperti Indonesia lebih menitikberatkan pada inklusivitas dan keadilan dalam aspek ekonomi.Â
Walaupun harus dihadapkan dengan berbagai tantangan, Indonesia, sebagai tuan rumah harus bertindak sebagai mediator untuk menjembatani perbedaan ini. Sewaktu berlangsungnya KTT G20, Indonesia dapat dikatakan  berhasil dalam mengatasi perbedaan pendapat dengan menerapkan dialog yang inklusif dan transparan sehingga semua rangkaian dapat berlangsung dengan lancar.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H