Mohon tunggu...
Agnes Cellyana
Agnes Cellyana Mohon Tunggu... Freelancer - A freelancer; a wife.

A housewife with a wide grin who tries her best for her little lovely family.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Makna Natal yang Sesuai dengan Kasih Tuhan: Tidak Berubah

24 Desember 2020   16:33 Diperbarui: 24 Desember 2020   16:38 590
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagi umat Kristiani, Natal merupakan hari penuh sukacita. Bagaimana tidak, hari ini adalah hari yang memperingati kelahiran Kristus, sang Mesias Juruselamat umat manusia. Kristus, yang merupakan Tuhan sekaligus sentral dari ajaran maupun dari kehidupan sehari-hari kita sebagai orang Kristen.

Tahun ini, Natal terasa sedikit berbeda. Pandemi yang menyerang negeri sampai saat ini membuat perayaan Natal dibatasi. Anak-anak dan lansia tidak diperbolehkan mengikuti Ibadah Natal di Gereja, padahal biasanya anak-anaklah yang menyemarakkan perayaan Natal. Bahkan bersalaman pun kita tidak bisa. Mengunjungi anggota keluarga yang sudah renta pun menjadi sulit. Bisa dikatakan, Natal kali ini adalah Natal yang 'sunyi senyap' dibandingkan Natal-natal sebelumnya, mirip dengan potongan lirik lagu Malam Kudus.

Saya pribadi memaknai Natal tahun ini sebagai Natal yang sesuai dengan kondisi Yesus Kristus ketika datang ke dunia, membuka mataNya untuk pertama kali di bumi. Lahir melalui dara Maria di dalam palungan, kedatangan Yesus penuh dengan kesederhanaan. Orang Majus datang dari timur ke Betlehem, membawa emas, kemenyan dan mur untuk memuliakan dan menyembah Kristus yang saat itu masih berupa bayi mungil.

Kelahiran Kristus yang sederhana, tidak dirayakan oleh pesta pora maupun hura-hura, adalah kondisi yang cukup memprihatinkan, mengingat Ia adalah Anak Allah. Namun makna hidup yang dijalani Kristus dan pelayanan yang dilakukanNya di dunia menjadi bukti bahwa kita tidak harus diliputi oleh pesta pora dan riuh keramaian untuk dapat melayani Allah, apalagi hanya dipusingkan dengan perkara Natal yang tidak semeriah biasanya.

Bagi saya, Natal tahun ini mengajari saya bahwa kita tidak butuh perayaan yang mewah untuk dapat memaknai kelahiran Kristus maupun untuk melayaniNya dalam kehidupan sehari-hari. KelahiranNya, kehidupanNya, kematianNya, semua bermakna bagi kehidupan umat Kristiani. Natal kali ini biarlah dirayakan dengan sederhana, namun tetap memiliki makna dan pesan yang mendalam. Kristus lahir dengan sederhana, sambil membawa tugas yang luar biasa berat sekaligus hebat, yaitu menebus dosa umat manusia. Hal yang seringkali kita lupakan ketika kita merayakan hura-hura Natal.

Selain itu, saya pun yakin kita semua masih bisa merasakan kasih Tuhan yang selalu sama, baik ketika kita sedang merayakan Natal ataupun tidak, terutama di masa pandemi ini. Saya menjalani setiap hari dengan perayaan atas cinta Tuhan dengan tetap bersukacita dan bergembira meskipun hari saya tidak sesuai dengan harapan. Dengan diberi kesehatan, diberikan rezeki yang cukup, diberikan keluarga dan teman yang baik bahkan diizinkan cobaan untuk menguji kita, sudah menjadi alasan bagi kita untuk merayakan wujud penyertaan Tuhan kepada kita. Toh, Kristus hadir bukan saat Natal saja, tapi saat kita sedang merayakan ulang tahun, menjaga orangtua atau anak yang sedang sakit, mendampingi pasangan ketika diterpa kesulitan dan momen-momen lainnya.

Biarlah setiap keluarga diberkati Tuhan dengan limpah damai sejahtera di masa pandemi ini. Biarlah sukacita Natal tidak bergeser menjadi dukacita, karena begitu pun kasih Tuhan, tidak pernah berubah meskipun Natal dirayakan dalam sunyi senyap sekalipun.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun