Mohon tunggu...
Syaiful Arifin
Syaiful Arifin Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Edisi Memaksakan Menulis: Koreksilah Tulisan Saya

27 Juni 2016   03:00 Diperbarui: 27 Juni 2016   03:19 83
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Untuk memenuhi target menulis sebanyak tiga buah tulisan setiap hari memaksa saya untuk memutar otak agar target tersebut tercapai. Siang tadi saya sudah menulis satu artikel, bisa anda baca disini https://pemudamenulis.blogspot.co.id/2016/06/edisi-bangun-tidur-menulis-tanpa-henti.html. Dan kali ini saya menulis untuk yang kedua kalinya. Karena didorong oleh target yang pada dasarnya, sebagai pemula, sangat sulit saya realisasikan maka saya mengerahkan segenap tenaga dan kemampuan untuk mengejar target tersebut. Hal ini saya lakukan demi cita-cita menjadi penulis.

Seperti yang sudah-sudah, tidak ada tema khusus yang akan saya tulis pada kesempatan kali ini. Yang bisa saya lakukan adalah menulis saja mengikuti irama hati dan otak. Kemanapun hati dan otak itu melangkah jari-jemari saya senantiasa mengikutinya. Walaupun hati dan otak saya seringkali tersesat saya berusaha tidak memprotesnya. Tak elok rasanya menyetop perjalanan otak dan hati yang saya sendiripun tidak lebih tahu dari keduanya.

Saat ini saya hanya sebagai orang yang sedang merangkak belajar menulis dari nol. Menulis membutuhkan ide sebagai isi dari tulisan itu. Tanpa ide niscaya tidak pernah tercipta sebuah tulisan. Karena tulisan itu adalah rangkaian dari ide-ide yang disusun secara sistematis sehingga membentuk ide pokok yang dijelaskan melalui ide turunannya. Namun, saya sendiri kesulitan dalam menemukan ide itu.

Oleh karenanya, dalam menulis saya tidak mencari ide. Seperti saat ini saya langsung saja menulis mengikuti apapun yang dibicarakan oleh otak. Sampai saat ini saya belum tahu apa sebanarnya yang hendak saya tulis. Makanya apa yang saya tulis sekarang ini baru diketahui arahnya setelah semuanya rampung. Baru kemudian saya cari inti atau pesan yang terkandung didalmnya kemudian menentukan judul. Jadi kalau pembaca merasa bahwa tulisan saya ini tidak mengandung pesan yang jelas dan arahnya pun membuat bingung tidak usah marah. Teruslah baca tulisan ini sampai habis. Dan saya sangat berharap pembaca memberikan koreksi atas tulisan ini agar saya sebagai penulisnya dapat mengetahui letak tidak jelasnya untuk kemudian diadakan perbaikan sehingga cita-cita bisa menulis betul-betul terealisasi.

Bukan hanya anda yang mengerutkan dahi ketika membaca tulisan ini. Sebelum di publish disini saya sudah menyadari bahwa tulisan ini sangat jelek. Namun saya tidak tahu cara memperbaikinya. Makanya saya membutuhkan anda sebagai pembaca untuk memberikan masukan atau kritikan dan menunjukkan kesalahan-kesalahan yang ada. Bila perlu kalau menemukan ketidak beresan pada tulisan ini silahkan beri tahusaya bagaimana cara memperbaikinya sehingga saya dengan mudah melukan revisi.

Bukan maksud saya untuk merepotkan anda sekalian. Saya belajar menulis secara otodidak. Tidak mempunyai guru khusus dalam bidang menulis ini. Satu-tunya orang yang bisa saya mintai tolong untuk mengoreksi tulisan ini hanyalah anda. Maka, sudilah anda membantu saya. Bukankah agama kita mengajarkan tentang saling tolong menolong dalam kebaikan. Allah menyediakan pahala yang sangat besar kepada orang yang membantu kebaikan.

Dan saya yakin seyakin-yakinnya bahwa pekerjaan menulis itu merupakan kebaikan yang disukai oleh Allah. Karena menulis adalah salah satu cara untuk mengabadikan ilmu agar tetap utuh sehingga bisa dipelajari oleh generasi selanjutnya. Dalam sebuah hadits dijelaskan bahwa Allah tidak mencabut ilmu dari muka bumi ini dengan cara mencabut ilmu itu sendiri akan tetapi Allah mencabutnya melalui diwafatkannya orang yang ahli ilmu. Coba kita bayangkan seandainya ahli ilmu terdahulu itu tidak menuliskan ilmu yang dimilikinya niscaya kita sebagai generasi penerus tidak akan mengerti tentang kebaikan itu. Kita tidak akan bisa beribadah dengan baik karena tidak mengetahui tatcaranya. Akan tetapi melalui tulisan para ahli ilmu itiu kita bisa membaca dan mempelajari tentang segala hal baik terkait dengan ibadah atau sosial.

Selain itu ada juga pesan agama yang menjelaskan bahwa kita sebagai umat Manusia diwajibkan menyampaikan kebenaran itu walaupun hanya satu ayat. Ini menjadi bukti bahwa berbagi itu merupakan salah satu tuntutan agama. Menulis adalah satu media untuk menyampaikan kebenaran itu. Bahkan dari pada lisan, tulisan lebih besar manfaatnya karena bisa menjangkau orang banyak. Dengan hanya mempunyai satu tulisan yang kita sebar bisa jadi ada ribuan bahkan jutaan orang yang tercerahkan melalui tulisan kita itu.

Oleh karenanya, dengan bersedia mengoreksi tulisan yang saya buat ini saya yakin anda berada pada garis yang benar dan anda berhak atas pahala yang telah dijanjikan oleh Allah SWT.

Saya sangat senang bisa menyelesaikan tulisan ini. Hal ini bukan karena tulisan ini bagus tetapi lebih pada kemampuan saya menuangkan semua unek-unek yang ada di kepala yang menurut saya sulitnya minta ampun. Mungkin menurut anda apa yang saya lakukan ini tidak ada apa-apanya. Tapi menurut saya adalah prestasi yang sangat luar biasa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun