Bayangkan bila kita mempunyai anak perempuan tunggal meninggal dan cara meninggalnya bukan lantaran hal yang wajar, tapi karena dibunuh oleh orang yang pernah dekat. Masih hangat di telingga dan pikiran kita akan kasus pembunuhan Ade Sara Angelina Suroto beberapa waktu yang lalu, orang tua mana yang tidak terpukul dan mungkin sangat goncang dengan peristiwa yang menimpa anak tunggalnya.
Sudah banyak orang yang menganalisa kejadian ini dari berbagai sudut pandang, baik psikologi maupun aspek hukumnya, dan dari kasus inilah kita juga belajar banyak hal.
Tapi yang paling menarik dan membuat saya terharu adalah ketika orang tua pelaku pembunuhan mendatangi rumah korban Ade Sara, tepatnya kemarin Rabu (12/3/2014), ada sebuah momen yang sangat mengharukan, sekaligus menjadi teladan bagi banyak orang, ketika Elizabeth (ibunda Ade Sara) dan ibu kedua pelaku saling berpelukan.
"Saya tulus mengampuni," kata Elizabeth sambil memeluk Ibunda Sifa yang mengenakan jilbab biru.
Menurut saya kata-kata ampunan dari ibunda Ade Sara tidak hanya terucap dari mulutnya, tapi juga dari hati.
Ketika banyak bullying baik didunia maya maupun nyata menyerang pelaku, justru orang yang paling sakit atas tindakan pelaku memberikan “pengampunan”, mungkin ini adalah ironi, tapi inilah kenyaataan yang ada.
Pengampunan bukan sekedar kata maaf, mengampuni adalah melupakan dan tidak mengungkit-ungkit lagi masalah yang ada.
Di tengah dunia yang keras dan penuh dengan kebobrokan ini, kita masih disuguhi kanyataan yang menyegarkan, masih ada praktek-praktek kasih yang nyata.
Saya tidak memandang dia agamanya apa, mau merah, hijau, biru atau hitam sekalipun tapi ketika dia bisa mempraktekan ajaran Tuhan, dialah anak Tuhan yang sejati.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H