Mohon tunggu...
Agita Bakti Wardhana
Agita Bakti Wardhana Mohon Tunggu... Mahasiswa -

Mahasiswa kelontong bodoh, pemalas, tukang modus.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Haruskah Menyelesaikan Masalah dengan Berkelahi?

21 Oktober 2016   09:26 Diperbarui: 21 Oktober 2016   18:19 716
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: SW Production - Gettyimages

Pernah waktu itu teman datang ke rumah mengajakku pergi, "git temenin gue yo nyamperin si itu yok." Aku yang tidak mengerti bertanya balik padanya, "mau ngapain emang?" Temanku membalas, "udah ayo git temenin saja kok." Sebagai teman ya sudah aku mengiyakan untuk menemaninya bertemu dengan orang yang disebutnya itu. Walaupun ada firasat yang tidak enak terjadi.

Ketika saya dan teman datang menghampiri orang yang dituju ternyata seorang temanku langsung menyerang dan terlibat perkelahian. Saling adu kekuatan memukul sana sini dan seketika saya melerainya. Coba menanyakan apa masalah yang terjadi di antara keduanya. Setelah duduk bersama kita berbicara dan masih adu mulut tidak terhindarkan saling menuduh dan menyalahkan. Akhirnya karena sudah tidak bisa didamaikan saya lepas dan tinggal pergi saja mereka berdua.

Dari fenomena yang terjadi demikian seperti, sudah menjadi hal yang sangat wajar terjadi di lingkungan sosial kita. Baik itu sekolah maupun kampus dimana tempat kita belajar. Terkadang permasalahan yang ditimbulkan hanya berupa masalah sepele seperti masalah pacarnya diganggu, direbut, ataupun masalah sepele lainnya.

Persepsi publik (terutama kaum muda) menganggap berkelahi merupakan jalan paling mudah dan cocok untuk menyelesaikan masalah. Padahal sejatinya perkelahian memiliki dampak buruk yang lebih banyak lagi, seperti:

Menambah daftar musuh. Dengan kita berkelahi kita menambah daftar musuh dalam hidup. Menambahnya daftar musuh dalam kehidupan itu sejatinya tidaklah baik. Tentu, sebagai makhluk sosial kita memerlukan adanya ikatan persaudaraan supaya bisa saling membantu satu sama lain. Jikalau musuh yang kita tambahkan bagaimana kita meminta pertolongan padanya jikalau sedang kesulitan?

Selalu was-was ketika bepergian. Ketika selesai melakukan perkelahian, berita tersebut akan tersebar ke teman atau kelompok tertentu musuh kita. Belum lagi jikalau musuh kita tersebut memiliki teman yang banyak dan tersebar. Tentu akan timbul perasaan was-was dan takut jikalu sedang bepergian. Akhirnya hal yang seharusnya menyenangkan menjadi tidak nyaman dan penuh kekhawatiran.

Luka yang ditimbulkan dari perkelahian. Inilah yang paling fatal tidak pernah terpikirkan sama sekali oleh mereka yang sangat senang sekali berkelahi. Ketika perkelahian dimulai mereka berusaha untuk menyerang satu sama lain untuk bisa melukai. Dengan perkelahian tersebut tentu kita akan menerima banyak sekali pukulan yang membuat badan menjadi memar dan sakit. Kemudian selanjutnya terkadang ada penyakit di dalam tubuh yang muncul namun tidak kita rasakan dan berdampak kepanjangan selanjutnya.

Dari uraian tersebut kita sama-sama mengetahui bahwasanya perkelahian merupakan hal yang merugikan diri sendiri. Pasalnya dengan perkelahian yang kita lakukan bukannya menyelesaikan masalah justru menimbulkan banyak masalah yang terjadi.

Sebagai seorang pemuda yang hidup di lingkungan sosial dan melihat beragam fenomena perkelahian terjadi membuat saya sendiri sadar bahwa apa yang dilakukan tersebut adalah hal yang paling sia-sia untuk dilakukan. 

Saya adalah orang yang sangat senang berkelahi dahulu sewaktu saya duduk di SMA. Namun ketika sudah tau dan merasakan bahwa hal tersebut sangat buruk dan cenderung merugikan, saya tidak pernah melakukannya kembali. Bahkan saat ini sangat takut sekali jikalau melakukan perkelahian, pasalnya saya sudah memiliki sakit berkepanjangan hingga saat ini yang diakibatkan oleh perkelahian terdahulu. Jadi untuk apalagi melakukannya jikalau akan menambah sakit saja?

Bagaimana sih menyelesaikan masalah tanpa harus berkelahi?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun