Anime yang rilis pada Oktober 2024 dan tamat pada Maret 2025 ini cukup menarik untuk dibahas dalam ranah Filsafat Kolaborasi.
Berlatar belakang abad ke-15, anime ini menceritakan beberapa karakter utama yang berusaha menemukan kebenaran tentang bumi dan tata surya. Kisahnya bermula dari seorang anak bernama Rafal, seorang anak ajaib yang tertarik dengan astronomi dan menjadi seorang siswa teladan. Kala itu, gereja memiliki kendali yang kuat dan tak segan mengadili pihak yang dianggap sebagai ajaran sesat.
Suatu hari, Rafal meneliti tentang pergerakan bumi dan saat itu masih dianggap sebagai ajaran sesat. Ajarannya ini lalu terus menerus bergerak melewati zaman dan generasi, serta menghadapi berbagai tudingan sesat dari pihak berwajib.
ada 4 fase besar yang ada dalam Anime Orb ini, pada fase Rafal, penolakan secara masif terjadi. Pergerakan kebenaran yang ia patuhi pun bergerak hanya dari 1 titik ke titik yang lain. Dari Hubert yang semula mengaku bertobat pada gereja, namun pada akhirnya menemukan Rafal dan memintanya untuk menyimpulkan pencatatan langit dengan Astrolab dari apa yang telah Rafal amati. Namun penolakan dan kultus gereja membuat Hubert dihukum mati dan Rafal memilih untuk meminum racun. Disinilah sebetulnya titik awal atau bahkan nilai protagonis yang ada dalam Orb, yakni kebenaran absolut. Kenapa cenderung absolut? karena pada dasarnya pengetahuan yang mereka dapat dari Tuhan yang pihak gereja yakini pun harus dibayar mahal dengan kehilangan nyawa. Namun, kematian yang diyakini baik oleh Hubert ataupun Rafal adalah sebuah garis imajiner kebenaran yang muncul dari pengetahuan itu sendiri.
Fase selanjutnya, ada pada ada apa yang diyakini Rafal menyebar ke banyak titik. Dengan tetap anonim, Heliosenstris tetap bergerak sendiri melalui Oczy dan Badeni yang sebetulnya lebih dekat dengan gereja. Penulisan mulai terbentuk, dan pengetahuan yang tadinya berupa api kecil, kini sudah mulai merembet dan memperbanyak volumenya.
di fase ketiga, perlawanan dengan tendensi kebenaran yang amat kuat berhasil meruntuhkan dogma-dogma yang mengurung mereka. Jolenta-yang merupakan metafora dari anti tunduk pada gender, mulai meruntuhkan paradigma bahwa Teologi dan Astronomi tidak dapat bersatu.
barulah pada tokoh Albert pada fase ke-4, dimana pengetahuan telah banyak diamini dan menyebar ke pelbagai titik masyarakat. Merupakan personifikasi pula dari Albert Brudzewski, Salah satu prestasi utama Albert adalah modernisasi pengajaran astronomi dengan memperkenalkan teks-teks paling mutakhir. Ia adalah guru yang berpengaruh bagi Nicolaus Copernicus , yang memprakarsai Revolusi Copernicus.
Menurut penulis, ini adalah awal dari permulaan Filsafat Kolaborasi, dimana-baik teori Geosentris, Heliosentris maupun Teologi justru yang menjadi bias utama. Tidak seperti masa kini yang dimana dua-atau lebih cabang ilmu dapat saling bahu membahu dalam mewujudkan pengetahuan, di abad tersebut, Astronomi dianggap tabu oleh cabang Teologi. Dalam sudut pandang penulis, sains tidak menentang keimanan, melainkan ciptaan dari keimanan. Sebuah turunan pemahaman dari keilahian yang ditaruh di dalam dimensi manusia. Mempercayai sains tidak lantas meluruhkan keimanan. Hubert percaya bahwa Tuhan itu ada dan ciptaannya indah maka dari itu penolakan terhadap Heliosentris adalah hal yang ia lawan, Badeni sendiri percaya bahwa apa yang ia lakukan adalah semata-mata sebagai 'warga' Tuhan dan senantiasa melaporkan apa yang ia dapat pada-Nya, Albert sendiri memandang kebenaran sebagai persimpangan, walaupun pada akhirnya pengetahuan yang menuntunnya pada kebenaran.
Anime Orb ini adalah perwujudan awal dimana pengetahuan masih saling berpunggungan satu sama lain, bahkan jika berhadapan layaknya pisau mata dua yang siap menusuk penggunanya.
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI